Hitstat

15 March 2012

2 Korintus - Minggu 25 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 10:7-18


Ayat 7 mengatakan, "Tengoklah yang nyata di depan mata kamu! Kalau seseorang benar-benar yakin bahwa ia adalah milik Kristus, hendaklah ia berpikir di dalam hatinya bahwa kami juga milik Kristus sama seperti dia." Tidak diragukan lagi, para penganut agama Yahudi itu adalah orang-orang yang memiliki keyakinan dalam diri mereka sendiri bahwa mereka adalah milik Kristus. Meskipun para penganut agama Yahudi ini adalah orang Kristen, tetapi mereka tidak rela bersatu dengan Paulus dalam ministrinya. Mereka menyatakan bahwa mereka adalah milik Kristus. Karena itu, Paulus ingin menjelaskan hal ini bahwa para rasul tentunya juga milik Kristus. Ini menunjukkan bahwa milik Kristus adalah satu perkara yang penting. Ini penting bagi kehidupan dan pelayanan orang Kristen.

Dalam ayat 8-9 Paulus mengatakan, "Bahkan, jikalau aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu, maka dalam hal itu aku tidak akan mendapat malu. Tetapi aku tidak mau kelihatan seolah-olah aku menakut-nakuti kamu dengan surat-suratku." Ayat 8 ini menunjukkan bahwa dulu Paulus pernah mengatakan sesuatu kepada orang-orang Korintus mengenai kuasa kerasulannya. Kuasa kerasulan ini bukan digunakan untuk menguasai kaum beriman, seperti dalam hal alamiah, tetapi untuk membangun mereka.

Dalam ayat 9 Paulus mengatakan bahwa kaum beriman takut dengan surat-suratnya. Ini mungkin mengacu kepada Surat Kiriman Paulus yang pertama kepada orang-orang Korintus. Dalam Surat Kiriman itu Paulus memang menunjukkan kuasa kerasulannya. Beberapa orang Korintus mungkin menganggap perkataan itu menakutkan mereka. Tetapi di sini Paulus menunjukkan bahwa hal itu seharusnya tidak menakutkan mereka.

Dalam ayat 11 Paulus melanjutkan, "Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka." Meskipun Paulus kelihatannya berbeda dengan apa yang dikatakannya dalam surat-suratnya, tetapi sebenarnya ia sama. Kita harus belajar dari Paulus untuk tidak berpolitik atau berbasa-basi secara alamiah, tetapi harus luwes. Ketika kita hadir bersama orang lain, kita tidak boleh demikian berani atau tegas. Namun, ini bukan berarti kita benar-benar lemah atau tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, kita tidak ingin menyinggung orang lain secara tidak semestinya. Meskipun demikian, sering kali kita perlu mengucapkan sesuatu yang kelihatannya berani atau tegas. Kadang-kadang kita perlu memakai perkataan yang tegas dalam surat kita, tetapi kita tidak mau melakukannya. Pada waktu lainnya, kita tidak seharusnya terlalu berani di hadapan seseorang, namun kita berani. Ini menunjukkan bahwa kita tidak bijaksana, tidak luwes atau tidak lapang. Marilah kita semua belajar untuk menjadi riil, tidak berpolitik. Pada saat yang sama, kita harus belajar luwes. Di satu pihak, kita harus berusaha untuk tidak menyakiti perasaan orang lain; tetapi di pihak lain, kita mungkin perlu sering berbicara dengan terus terang tentang kebenaran dengan berani.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 51

No comments: