Hitstat

17 October 2014

Kolose - Minggu 29 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 4:14; 7:25


Dalam Kitab Ibrani, Kitab Efesus, dan Kitab Wahyu terdapat jendela-jendela yang melaluinya kita dapat melihat hal-hal yang di atas. Aspek pertama dari hal-hal yang di atas tercantum dalam Ibrani 2:9. Menurut ayat ini, kita nampak Yesus telah dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Sebagai persona yang dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, Kristus jauh lebih mustika daripada agama Yahudi atau filsafat Yunani. Memikirkan hal-hal seperti agama Yahudi dan filsafat Yunani berarti memikirkan “hal-hal di bumi” (Kol. 3:2).

Dalam Kisah Para Rasul 2:36 kita jumpai aspek lain dari hal-hal yang di atas. Di sini Petrus mengumumkan, “Jadi, seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Yesus, tukang kayu dari Nazaret telah diangkat oleh Allah menjadi Tuhan atas segala sesuatu dan Kristus. Alangkah ajaibnya! Jika kaum beriman di Kolose benar-benar menyadari hal ini, mereka pasti tidak akan diselewengkan oleh agama Yahudi atau filsafat Yunani. Hari ini Yesus adalah Kristus Allah, Sang terurap Allah, Tuhan segala sesuatu.

Dalam Efesus 1:20-23 Paulus mengatakan bahwa Allah telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati; mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga, jauh lebih tinggi dari semua pemerintah, penguasa, kekuasaan, dan kerajaan, dan tiap-tiap nama, dan segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia diberikan-Nya kepada gereja, Tubuh-Nya, sebagai Kepala dari segala yang ada. Kekuasaan yang digunakan Allah dalam membangkitkan Kristus dari antara orang mati telah menjadikan Dia Kepala dari segala yang ada bagi gereja.

Kitab Ibrani juga mewahyukan bahwa Kristus adalah Imam Besar kita, yang “duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di surga” (Ibr. 8:1). Dalam Ibrani 4:14 dikatakan bahwa kita mempunyai “Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah”. Sebagai Imam Besar surgawi kita “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang melalui Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibr. 7:25). Ketika kita berseru kepada Tuhan dan bersekutu dengan-Nya, kita akan merasa ada sesuatu dari surga ditransmisikan ke dalam kita. Karena kita mempunyai seorang Imam Besar yang mendoakan kita, maka kita harus “dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rah-mat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya” (Ibr. 4:16). Hal-hal yang di atas itu mencakup ministri doa syafaat dari Imam Besar kita. Karena doa syafaat-Nya, kita dapat menerima rahmat dan anugerah bagi keperluan kita pada waktunya.

Dalam Kitab Wahyu kita nampak lebih banyak hal-hal yang di atas. Langit telah terbuka bagi Yohanes, dan ia melihat “sebuah takhta di surga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Why. 4:1-2). Takhta ini bukan hanya takhta anugerah, tetapi juga takhta kekuasaan, yakni takhta pemerintahan ilahi. Dalam Wahyu 4:5 Yohanes melanjutkan berkata, “Dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: Itulah ketujuh Roh Allah.” Yohanes juga memberi tahu kita bahwa di tengah-tengah takhta itu, ia melihat seekor Anak Domba (Why. 5:6). Dari visi Yohanes ini kita memahami bahwa surga bukan tenang atau tanpa aktivitas. Sebaliknya, dari takhta-Nya itu Allah melaksanakan pemerintahan-Nya atas alam semesta. Anak Domba, Sang Penebus, persona yang tersembelih di atas salib bagi dosa-dosa kita, sekarang duduk di atas takhta, dan bermata tujuh, yaitu ketujuh Roh Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 58

No comments: