Hitstat

13 October 2014

Kolose - Minggu 29 Senin



Pembacaan Alkitab: Kol. 2:20; Gal. 2:20


Menikmati Kristus, berpegang teguh kepada Dia sebagai Kepala, berarti menyerap unsur-unsur Kristus yang kaya sebagai tanah ke dalam kita. Dua dari unsur ini adalah pengalaman mati bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Dia. Dalam Kolose 2:20 Paulus menunjukkan bahwa kita telah “mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari unsur-unsur dunia” dan dalam Kolose 3:1 dia mengatakan bahwa kita “telah dibangkitkan bersama dengan Kristus”. Perjanjian Baru mengatakan dengan jelas bahwa kita telah disalibkan bersama dengan Kristus (Rm. 6:6; Gal. 2:20). Pada waktu saya masih muda, saya berusaha sekuat tenaga untuk memahami kebenaran ini. Bagaimana kita dapat mati bersama dengan Kristus sedangkan Dia tersalib lebih dari sembilan belas abad yang lalu? Beberapa buku menunjukkan bahwa sewaktu Kristus tersalib, Dia pun mencakup kita. Saudara Watchman Nee dengan Ibrani 7 mengilustrasikan hal tersebut. Menurut Ibrani 7:9-10, “. . . dengan perantaraan Abraham telah dipungut juga persepuluhan dari Lewi yang berhak menerima persepuluhan, sebab ia masih berada dalam tubuh bapak leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong bapak leluhurnya itu.” Ini berarti sewaktu Abraham mempersembahkan sepersepuluh kepada Melkisedek, maka Lewi, keturunan Abraham, yang masih berada dalam tubuh Abraham, juga mempersembahkan persepuluhan itu. Jika Abraham mati tanpa memiliki anak, Lewi pun mati. Ilustrasi ini membantu saya untuk memahami bagaimana kita tercakup dalam Kristus sewaktu Dia disalibkan.

Untuk mencari bantuan lebih lanjut dalam memahami fakta penyaliban kita bersama Kristus, saya telah membaca banyak buku yang menganjuri saya untuk menghitung diri saya telah mati. Tetapi, dalam pengalaman saya, cara menghitung yang demikian itu tidak manjur. Malah semakin saya menghitung diri saya mati, saya semakin hidup. Bertahun-tahun kemudian, mata saya tercelik. Saya nampak bahwa Kristus yang telah disalibkan di kayu salib itu telah menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan. Ketika kita percaya kepada Kristus, Roh pemberi-hayat ini masuk ke dalam roh kita. Sekarang kedua roh ini — Roh Kudus dengan roh manusia — menjadi satu (1 Kor. 6:17). Setiap kali kita berseru, “Tuhan Yesus,” Roh pemberi-hayat itu datang. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah nama dan Roh itu adalah persona. Roh itu sebagai persona sekarang berada di dalam roh kita. Apa saja yang dialami-Nya kini menjadi sejarah kita. Ia telah mengalami penyaliban dan masuk ke dalam kebangkitan. Setelah masuk ke dalam roh kita untuk membuat kita menjadi satu dengan-Nya, Ia membuat pengalaman-pengalaman ini menjadi sejarah kita. Karena itu, di dalam rohlah kita dapat berbagian dalam kematian Kristus di atas salib. Ini bukan masalah menganggap, melainkan masalah persatuan, masalah menjadi satu. Ketika Roh itu masuk ke dalam kita dan menjadi satu dengan kita, Roh itu membawa khasiat kematian Kristus bersama-Nya. Sebab itu, melalui Roh majemuk dalam roh kita, kita dapat berbagian dalam kematian Kristus. Dari hari ke hari kita dapat mengalami khasiat kematian Kristus tersebut.

Roh pemberi-hayat yang majemuk adalah suatu minuman almuhit yang mengandung banyak unsur. Dengan minum Roh itu, dengan spontan kita akan menerima semua unsur yang terkandung dalam Roh itu. Khasiat kematian Kristus merupakan salah satu unsur dalam Roh itu. Inilah yang memungkinkan kita untuk mengalami penyaliban Kristus. Selaku Kepala, Kristus hari ini adalah Roh almuhit dalam roh kita. Untuk berpegang teguh kepada Dia sebagai Kepala, kita harus berada di dalam roh.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 57

No comments: