Hitstat

11 April 2015

2 Timotius - Minggu 2 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 2:16-26


Dalam ayat 23 Paulus mengatakan, "Hindarilah persoalan-persoalan yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa persoalan-persoalan itu menimbulkan pertengkaran." Kata "bodoh" di sini juga berarti tolol, dungu. Kata "tidak layak" menunjukkan hal-hal yang tidak terdidik, tidak disiplin, tidak terlatih; berarti tidak taat kepada Allah, hanya menuruti pikiran dan kemauan diri sendiri (Darby). Kata "menimbulkan" berarti meneruskan, melahirkan. Kita harus menolak soal-soal bodoh semacam itu, karena hal-hal itu bersumber dari Iblis, si ular. Bertahun-tahun yang lalu saya membaca tulisan seseorang yang menyatakan mungkin si ular berdiri dalam bentuk tanda tanya ketika ia berbicara dengan Hawa. Ia bertanya kepada Hawa dengan perkataan, "Bukankah Allah berfirman?" (Kej. 3:1 Tl.). Semua soal yang bodoh berasal dari ular itu. Jadi, kita harus menolak soal-soal yang bodoh dan tidak layak, soal-soal yang menimbulkan pertengkaran. Persoalan-persoalan itu selalu timbul dari sumber yang jahat, si ular itu.

Dalam ayat 24 Paulus melanjutkan, "Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar." Bila orang menyalahi Anda, tidak sepatutnya Anda sedih atau tersinggung. Sebaliknya, sebagai hamba Tuhan, Anda seharusnya ramah dan sabar.

Dalam ayat 25 Paulus melanjutkan, "Dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." Kata "bertobat" yang dipakai Paulus menunjukkan bahwa ada masalah dalam hati dan hati nurani dari orang-orang yang menentang kebenaran (truth). Kebenaran adalah wahyu Allah yang hidup beserta ekonomi-Nya (kehendak hati-Nya). Untuk menerima wahyu ilahi, hati dan hati nurani perlu dilatih sehingga benar terhadap Allah. Hati harus berpaling kepada Allah, hanya tertuju kepada-Nya, dan hati nurani harus bersih dan tak bercela di hadapan-Nya. Kalau tidak, ia bisa ditawan oleh Iblis, dan jatuh ke dalam jeratnya (ayat 26).

Dalam ayat 25 kembali Paulus menyinggung pengetahuan yang penuh tentang kebenaran. Paulus tidak hanya berbicara tentang pengetahuan penuh tentang Alkitab atau pengetahuan penuh tentang doktrin dan ajaran. Ia menekankan pertobatan kepada pengetahuan yang penuh tentang kebenaran. Penyuntik harus memikul beban untuk menuntun, mengoreksi dengan lembut orang-orang yang suka melawan dengan harapan agar mereka diterangi, bertobat, dan kembali kepada pengetahuan yang penuh tentang kebenaran.

Adalah mungkin, orang-orang yang bertobat "sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya" (ayat 26). Menurut Vincent, sadar kembali berarti siuman kembali, sadar dari keadaan yang mabuk. Paulus memakai ungkapan "jerat Iblis" untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang menentang kebenaran telah ditawan oleh Iblis dan jatuh ke dalam jeratnya. Musuh Allah telah memenuhi pikiran mereka yang terkutuk dengan kesalahan dan menutupnya terhadap Allah, seperti yang Iblis lakukan terhadap orang-orang Farisi (Yoh. 8:42-45). Mereka perlu memalingkan hati mereka kepada Allah, dan juga menanggulangi hati nurani mereka dengan tuntas.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Timotius, Berita 4

No comments: