Hitstat

14 September 2016

1 Yohanes - Minggu 4 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 1:5-7
Doa baca: 1 Yoh. 1:6
Jika kita katakan bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan tidak melakukan kebenaran.


Dusta berasal dari Iblis. Dia adalah bapak pendusta (Yoh. 8:44). Sifatnya adalah dusta, dan ia mendatangkan kematian dan kegelapan. Pada kegelapan ada kebohongan, lawan dari kebenaran. Kegelapan setani berlawanan dengan terang ilahi, dan dusta setani berlawanan dengan kebenaran ilahi. Sebagaimana kebenaran ilahi adalah ekspresi dari terang ilahi, maka dusta setani adalah ekspresi kegelapan setani. Jika kita berkata bahwa kita beroleh persekutuan dengan Allah yang adalah terang, tetapi kita hidup dalam kegelapan, itu berarti kita berdusta dalam ekspresi kegelapan setani dan tidak melakukan kebenaran dalam ekspresi terang ilahi. Ayat ini menyuntik kita terhadap ajaran bidah dari kaum Antinomi, yang mengajarkan bahwa seseorang bebas dari batasan hukum moral, dan mengatakan bahwa seseorang dapat hidup dalam dosa dan pada saat yang sama beroleh persekutuan dengan Allah.

Jika kita ingin memelihara persekutuan ilahi, kita tidak saja harus berjalan di dalam terang ilahi, tetapi juga melakukan kebenaran ilahi, yang berlawanan dengan dusta setani. Mempraktekkan kebenaran adalah menampilkan kebenaran dalam kebiasaan, bukan hanya melakukannya secara kebetulan. Mempraktekkan kebenaran adalah melakukannya secara konstan (tetap), terus-menerus, tanpa henti. Ini dapat disamakan dengan bernafas, yang sifatnya konstan, terus­menerus, dan terbiasa. Sementara kita berbicara, kita bernafas. Kita tidak perlu berpikir untuk bernafas atau mencoba dengan kekuatan kita sendiri untuk bernafas, karena bernafas adalah alami dan merupakan kebiasaan. Jadi, bernafas adalah satu praktek. Dalam cara yang sama, ketika kita tinggal di dalam Allah sebagai terang dan ketika kita berjalan di dalam terang ilahi, kita dengan spontan mempraktekkan kebenaran secara terbiasa.

Andaikata ada seorang beriman berada dalam kegelapan. Karena dia di dalam kegelapan, maka apa pun yang dia lakukan, apa pun yang dia praktekkan adalah salah. Dia mungkin mencoba pergi ke suatu tempat, tetapi itu akan salah. Jika dia mencoba pergi ke tempat yang lain, itu juga akan salah. Tetapi jika dia di dalam terang, dia secara otomatis akan mempraktekkan kebenaran. Dia akan hidup, berperilaku, dan berbicara kepada orang lain dengan cara yang tepat. Inilah mempraktekkan kebenaran.

Jika kita di dalam terang, kita akan nampak gereja sebagai suatu realitas. Kita juga akan nampak Tubuh dan anggota-anggota Tubuh sebagai realitas. Kita akan nampak bahwa kita adalah satu anggota dari Tubuh. Tetapi jika kita di dalam kegelapan, kita mungkin mengira bahwa kita adalah satu anggota yang besar dari Tubuh, seperti bahu, padahal kita mungkin satu anggota yang kecil, seperti jari kelingking. Tetapi hidup menurut apa yang kita lihat dari realitas di dalam terang adalah mempraktekkan kebenaran.

Hanya ketika kita di dalam terang barulah kita melihat kebenaran. Jika kita di dalam terang, apa pun yang kita lakukan akan menjadi riil. Kita bukan hanya akan mempraktekkan apa yang benar dan tepat, juga akan melakukan apa yang riil. Ini berarti apa pun yang kita lakukan adalah satu realitas. Kita akan terbiasa dan secara otomatis mempraktekkan kebenaran realitas. Jika kita melakukan hal ini, kita akan memelihara diri kita sendiri dalam persekutuan ilahi.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 7

No comments: