Hitstat

28 November 2016

1 Yohanes - Minggu 15 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 3:19-20
Doa baca: 1 Yoh. 3:20
Bilamana hati kita menuduh kita. Sebab Allah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.


Dalam berita ini kita akan membahas 1 Yohanes 3:19-24. Dalam ayat 19 “kebenaran” menyatakan realitas hayat kekal, yang kita terima dari Allah saat kelahiran ilahi kita. Kita telah menerima hayat ilahi yang memungkinkan kita mengasihi saudara dengan kasih ilahi. Melalui mengasihi saudara dengan kasih ilahi, kita tahu bahwa kita berasal dari realitas ini.

Menurut perkataan Yohanes, jika kita mengasihi dalam kebenaran, kita juga akan boleh “menenangkan” hati kita di hadapan Allah. Menenangkan hati kita di hadapan Allah adalah memiliki satu hati nurani yang tidak berhutang (1Tim. 1:5, 19; Kis. 24:16), sehingga hati kita bisa dihiburkan, taat, diyakinkan, dijamin, dan diteduhkan. Ini juga adalah syarat kehidupan yang tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan menuntut adanya satu hati yang tenang dengan hati nurani yang tidak berhutang. Ini juga sangat penting bagi persekutuan kita dengan Allah, yang dibahas dalam bagian pertama surat ini. Hati yang terganggu dengan hati nurani yang berhutang bisa menghalangi kita untuk tinggal di dalam Tuhan dan merusak persekutuan kita dengan Allah.

Jika kita mempunyai keyakinan bahwa kita berada di dalam kebenaran ilahi, kita akan dapat meyakinkan, menenangkan, dan menjamin hati kita dan membuat hati kita teduh. Kalau tidak, akan ada kekacauan di dalam, karena hati kita akan protes bahwa kita tidak mengasihi menurut kasih ilahi. Jika kita ingin hati kita menjadi teduh, kita perlu hidup dengan hayat ilahi di dalam hubungan dengan setiap orang dan setiap hal. Misalnya, saya dengan sembarangan melempar sesuatu ke samping. Saya tahu dari pengalaman bahwa jika saya melakukan ini, hati saya akan tidak damai. Agar hati saya teduh, saya perlu benar terhadap setiap hal.

Sebenarnya hati nurani kitalah yang menuduh (menyalahkan) kita; hati nurani bukan hanya bagian dari roh, juga bagian dari hati. Hati nurani dalam hati kita adalah wakil pemerintahan Allah di dalam kita. Jika hati nurani kita menyalahkan kita, tentulah Allah, yang lebih besar daripada wakil-Nya dan mengetahui segala sesuatu, akan menyalahkan kita. Kesadaran akan adanya tuduhan semacam itu dalam hati nurani kita, mengingatkan kita akan bahaya terputusnya persekutuan kita dengan Allah. Jika kita memperhatikan kesadaran ini, ini akan membantu persekutuan kita dengan Allah dan akan memelihara kita tetap tinggal di dalam Tuhan.

Dalam ayat 20 Yohanes mengatakan bahwa Allah lebih besar daripada hati kita, yaitu Allah lebih besar daripada hati nurani kita. Allah mempunyai satu pemerintahan, dan pemerintahan ini mempunyai satu administrasi lokal di dalam kita. Administrasi lokal pemerintahan Allah ini adalah hati nurani kita. Jadi, hati nurani kita merupakan administrasi lokal Allah di dalam kita. Dalam hal ini, hati nurani kita adalah sebuah “pengadilan” dan “kantor polisi”. Sering kali hati nurani kita “menahan” kita. Kantor polisi dari hati nurani kita, yang mengenal hukum dengan sangat baik, dapat mengeluarkan surat perintah pemahaman atas diri kita. Kemudian kantor polisi tahu kapan menyerahkan kita kepada pengadilan. Kita tahu dari pengalaman bahwa sering kali kita ditahan dan dibawa ke pengadilan, di mana kita dihakimi dan disalahkan. Bila ini terjadi, kita perlu pembersihan darah adi Yesus, Anak Allah. Ini menunjukkan bahwa penghukuman dari hati nurani yang dibicarakan dalam pasal 3 akan membawa kita kembali ke pembersihan (pembasuhan) yang disebutkan dalam pasal 1.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 29

No comments: