Hitstat

24 January 2017

Yudas - Minggu 1 Selasa



Pembacaan Alkitab: Yud. 3
Doa baca: Yud. 3
Saudara-saudaraku yang terkasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.


Iman (kepercayaan) dalam ayat 3 bukan iman subjektif sebagai tindak percaya kita, melainkan iman objektif sebagai kepercayaan kita, mengacu kepada hal-hal yang kita percayai, isi Perjanjian Baru sebagai iman kita (Kis. 6:7; 1 Tim. 1:19; 3:9; 4:1; 5:8; 6:10, 21; 2 Tim. 3:8; 4:7; Tit. 1:13), yang dalamnya kita percaya demi keselamatan kita bersama. Iman ini (bukan doktrin apa pun) telah disampaikan sekali untuk selamanya kepada orang-orang kudus. Untuk iman ini, kita harus berjuang sungguh-sungguh (1 Tim. 6:12).

Dalam Perjanjian Lama, Allah memberi Abraham sebuah janji. Kemudian, melalui Musa, Allah memberikan hukum Taurat kepada umat Israel. Dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa ketika Tuhan Yesus datang, anugerah pun datang (1:17). Di sini kita memiliki tiga hal penting: janji, hukum Taurat, dan anugerah. Beberapa guru Alkitab menyebutnya: zaman janji, zaman hukum Taurat, dan zaman anugerah.

Untuk memahami kebenaran dalam Perjanjian Baru, kita perlu melihat bahwa Allah mula-mula memberikan janji kepada Abraham. Kita boleh mengatakan bahwa janji ini merupakan “jalan utama” dari perlakuan Allah terhadap manusia. Tetapi karena ketidaktahuan dan ketidakpercayaan umat pilihan Allah, Allah perlu memberikan hukum Taurat kepada umat Israel. Dalam Kitab Galatia, Paulus menyamakan hukum ini dengan Hagar, gundik Abraham, bukan Sara, istri Abraham (Gal. 4:21-25). Ini berarti Hagar merupakan satu tipe, atau pralambang dari hukum Taurat. Karena itu, posisi hukum Taurat bukan sebagai istri, melainkan sebagai gundik. Sekarang dalam Perjanjian Baru Allah memberi kita kepercayaan sebagai pengganti hukum Taurat.

Iman yang Allah berikan memiliki aspek subjektif dan aspek objektif. Aspek subjektif menyangkut tindakan percaya kita, sedang aspek objektif menyangkut hal-hal yang kita percayai. Iman dalam ayat 3 bukan ditujukan kepada kemampuan kita untuk percaya, melainkan mengacu kepada apa yang kita percayai. Jadi, iman ini mengacu kepada isi Perjanjian Baru.

Iman dalam pengertian objektif sama dengan isi dari kehendak Allah yang diberikan kepada kita dalam Perjanjian Baru. Hukum Taurat meliputi isi dari Kesepuluh Perintah Allah dan semua peraturannya. Hukum Taurat diberikan dalam Perjanjian Lama, tetapi yang Allah berikan dalam Perjanjian Baru adalah iman yang mencakup semua butir yang baru dari kehendak Allah, yang juga meliputi Allah Tritunggal. Namun, ini tidak meliputi perkara-perkara seperti penudungan kepala, pembasuhan kaki, atau berbagai cara baptisan. Meskipun demikian, sebagian kaum beriman yang berjuang untuk hal-hal semacam itu mengira dirinya sedang berjuang untuk iman. Ini bukan pemahaman yang benar dengan maksud Yudas tentang berjuang untuk iman yang telah disampaikan sekali untuk selamanya kepada orang-orang kudus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Yudas, Berita 1

No comments: