Pembacaan Alkitab: Mrk. 14:1-26
Doa baca: “Dan Ia berkata kepada mereka: 'Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang.'” (Mrk. 14:24)
Mengingat Tuhan melalui Memakan Dia
Makan Tuhan untuk mencerna
dan mengasimilasi Dia agar Dia menjadi hayat kita ditandakan oleh makan roti di
meja. Roti ini bukan sekadar untuk dipamerkan, melainkan untuk kita makan.
Ketika Tuhan Yesus mendirikan perjamuan malam-Nya, “Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu
memberikannya kepada mereka dan berkata, 'Ambillah, inilah tubuhKu'” (Mrk.
14:22). Menurut Lukas 22:19, Tuhan Yesus berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku.” Ayat ini membicarakan perihal mengingat Tuhan. Jalan
yang tepat mengingat Tuhan Yesus adalah memakan Dia. Peringatan yang sejati
akan Tuhan adalah makan roti dan minum cawan (1 Kor. 11:24, 26), yaitu
berbagian dan menikmati Tuhan yang telah memberikan diri-Nya sendiri kepada
kita melalui kematian penebusan-Nya. Makan roti dan minum cawan adalah makan
Tuhan penebus sebagai bagian kita, sebagai hayat kita dan berkat kita.
Mengingat Tuhan bukan hanya
berpikir tentang Dia, bukan hanya mengenang apa yang telah Dia alami.
Sebaliknya, mengingat Tuhan adalah memakan Dia. Roti di meja bukan untuk kita
analisis atau pikirkan; roti adalah untuk kita makan sebagai suplai hayat kita.
Roti ini harus dicerna dan diasimilasi oleh kita untuk menjadi apa adanya kita.
Makan roti dari meja Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan masuk ke dalam kita sebagai
suplai hayat kita dan kemudian benar-benar menjadi kita. Tidak hanya ada kesatuan
organik antara kita dengan makanan yang kita makan, cerna, dan asimilasi; kita
akan dibaurkan dengan makanan yang kita asimilasi. Dengan cara yang sama,
ketika kita makan Allah Tritunggal sebagai makanan kita, kita benar-benar
berbaur dengan Dia. Supaya makanan yang kita makan menjadi hayat kita, makanan
itu harus berbaur dengan kita. Prinsip ini sama dengan mengambil Allah
Tritunggal sebagai makanan kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Markus, Buku 2, Berita 44
No comments:
Post a Comment