Hitstat

14 July 2006

Kejadian Volume 4 - Minggu 1 Jumat

Iman Yang Menghasilkan Pembenaran Oleh Allah
Kejadian 6:8-9
“Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”

Karena iman, Nuh hidup bergaul dengan Allah (Ibr. 11:7). Iman bukan berasal dari diri kita sendiri. Iman tidak lain adalah unsur Allah yang ditransfusikan ke dalam kita. Semakin banyak kita menjamah takhta kasih karunia Allah, semakin banyak kita menengadah kepada Tuhan, kita akan semakin ditransfusi dan diinfus dengan segala apa adanya Dia. Sehingga, unsur kudus Allah yang tersalur ke dalam kita menjadi iman kita. Iman yang Nuh miliki kemudian membuat dia hidup bergaul dengan Allah.
Nuh percaya kepada Allah, hasilnya, ia menjadi orang yang benar (Yeh. 14:14). Dia benar terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri. Orang-orang dunia, tidak ada seorang pun yang benar terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri. Ibrani 11:7 mengatakan, “Ia menjadi ahli waris kebenaran sesuai dengan imannya.” Pertama, Nuh mendapatkan kasih karunia. Kedua, karena Allah telah ditranfusikan ke dalam dirinya, maka dia percaya kepada Allah. Karena unsur iman Allah sudah tertransfusi ke dalamnya, maka Nuh mempunyai kemampuan untuk percaya. Dia percaya, lalu imannya itu dihitung oleh Allah sebagai kebenarannya, sama seperti yang diperbuat Allah terhadap Abraham (Rm. 4:3, 9). Selain itu, karena ia mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka kasih karunia ini menguatkan dan membantunya menempuh hidup yang benar. Iman yang sejati selalu bersumber dari Allah, dari firman-Nya, yang diinfuskan ke dalam kita. Iman yang demikianlah yang membuat kita beroleh pembenaran Allah yang pada akhirnya membuat kita dapat memperhidupkan kebenaran Allah.

Daging, Kasih Karunia, dan Kebenaran
Yoh. 1:14; Ibr. 4:16; Rm. 5:17-21

Dalam Kejadian pasal enam, kita melihat tiga butir benih yang penting: daging, kasih karunia, dan kebenaran. “Firman itu telah menjadi daging dan diam di antara kita, . . . penuh kasih karunia . . .” (Yoh. 1:14 Tl.). Dikatakan dari aspek yang baik, di mana ada daging, di situ ada kasih karunia. Apakah daging? Daging adalah karya besar Iblis. Dimanakah Iblis hari ini? Dia ada di dalam daging manusia. Daging merupakan balai pertemuan Iblis, dosa, dan maut. Ketiga musuh besar ini terus-menerus berkumpul di balai daging kita, dan pertemuan mereka tidak pernah usai.
Lalu, apakah kasih karunia? Kasih karunia adalah Allah sendiri dinikmati oleh kita, dan membantu kita menghadapi situasi daging. Kita telah melihat, menurut Ibrani 4:16, kita bisa mendapatkan kasih karunia untuk memenuhi keperluan kita tepat pada waktunya. Unsur apa yang membuat kita memerlukan kasih karunia? Daging, itulah yang terutama. Kalau bukan karena daging, Allah mungkin tidak perlu memberi kita begitu banyak kasih karunia. Dalam satu aspek, daging itulah faktor yang memaksa kita menghampiri takhta kasih karunia. Meskipun kita tidak dapat berbuat apa-apa, namun kita dapat menuju satu tempat — takhta kasih karunia. Mari, kita menghampiri takhta kasih karunia guna menanggulangi daging.
Di mana ada daging, di sana juga ada kasih karunia; di mana ada kasih karunia, di sanalah juga ada hasil kasih karunia — kebenaran. Roma 5:17 menempatkan kasih karunia dan kebenaran bersama-sama. Ayat ini mengatakan, “Yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Kebenaran selalu menemani kasih karunia. Tidak ada seorang suami yang bisa benar terhadap istrinya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Sebaliknya, tidak ada seorang istri yang benar terhadap suaminya, jika ia tidak memiliki kasih karunia. Begitu kita mendapatkan kasih karunia, kasih karunia itu menjadikan kita benar terhadap suami atau istri kita. Berdasarkan kuasa kasih karunia, kekuatan kasih karunia, dan hayat kasih karunia, baru kita dapat benar terhadap Allah, terhadap orang, dan terhadap diri sendiri. Kebenaran itulah hasil kasih karunia yang tertinggi. Roma 5:21 mengatakan, “Demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, melaui Yesus Kristus, Tuhan kita” (TL.). Jadi, kebenaran dan kasih karunia selalu bergandengan. Di mana daging, di sana juga kasih karunia; dan di mana kasih karunia, di sana juga kebenaran dihasilkan.

Penerapan:
Iman yang hidup selalu membuat kita mampu mempersembahkan persembahan kepada Allah, menyeru nama Tuhan untuk menikmati segala kelimpahan-Nya, dan bergaul dengan Allah. Iman yang demikianlah yang bisa membuat kita hidup benar di hadapan Allah dan manusia. Marilah datang kepada firman Allah setiap hari untuk menerima iman yang demikian.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah sumber iman. Aku tidak memiliki iman sedikitpun. Aku memerlukan firman-Mu yang hidup terus diinfuskan ke dalamku untuk menjadi imanku. Karena itu buatlah aku gemar mendengar, membaca, merenungkan, dan menikmati firman kudus-Mu.

No comments: