Hitstat

01 September 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 4 Jumat

Penderitaan Keturunan yang Dijanjikan
Kejadian 15:13
“Firman TUHAN kepada Abram: Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya”

Kejadian 15:12-16 mengisahkan nubuat tentang penderitaan yang akan dialami oleh keturunan yang dijanjikan. Penderitaan ini ditandai dengan gelap-gulita yang mengerikan yang meliputi Abraham. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abraham dengan nyenyak, dan turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. Dalam kegelapan itulah Allah bernubuat tentang keturunan Abraham bahwa keturunannya akan menjadi orang asing dalam suatu negeri dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, 400 tahun lamanya, tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke tanah perjanjian (Kej. 15:13, 16).
Nubuat Allah ini sangat bermakna. Zaman ini adalah zaman gereja, tetapi juga adalah zaman yang gelap. Kebanyakan orang di dunia seakan “tertidur”, tidak berfungsi dan tidak berdayaguna terhadap Allah. Bagi umat Allah, saat seperti ini adalah saat penderitaan. Pada masa seperti ini, orang-orang yang terpanggil oleh Allah berada di bawah penderitaan karena nama dan kesaksian Tuhan.
Allah berkata kepada Abraham, keturunannya akan menderita selama empat ratus tahun. Empat ratus tahun itu merupakan suatu malam yang panjang, suatu zaman kegelapan. Penderitaan dan sengsara yang Allah ijinkan menimpa keturunan Abraham merupakan upaya Allah untuk membuat mereka terjaga dari “tidur”, sehingga mereka dipulihkan bagi tujuan kekal Allah. Dalam dunia yang gelap hari ini, mudah sekali bagi kita untuk “tidur” dan melupakan kehendak Allah. Berdoa setiap waktu merupakan jalan terbaik untuk bangun dari “tidur” kita di dunia yang gelap ini (Ef. 6:18).

Penggenapan Nubuat Tentang Penderitaan Keturunan yang Dijanjikan
Kej. 21:9; Gal. 4:29; Kel. 3:7-8; Kis. 7:6; Kel. 12:1-6, 40-41; Gal. 3:17

Sejarah membuktikan keturunan Abraham menderita sengsara dalam jangka waktu 400 tahun yang diawali dengan aniaya terhadap Ishak oleh Ismael (Kej. 21:9; Gal. 4:29) kira-kira tahun 1891 S.M. hingga orang Israel keluar dari Mesir kira-kira tahun 1491 S.M. (Kel. 3:7-8; Kis. 7:6). Penghinaan kepada Ishak oleh Ismael merupakan awal dari aniaya terhadap keturunan Abraham yang berlangsung terus hingga 400 tahun. Sebelum orang Israel diuji di padang belantara selama empat puluh tahun, mereka telah diuji selama sepuluh kali empat puluh tahun. Allah memakai waktu yang sangat panjang untuk menguji, mendisiplinkan, dan mendidik umat-Nya.
Dalam kehidupan gereja hari ini prinsipnya juga sama. Tuhan Yesus berkata, ”Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat” (Luk. 6:22). Pada kesempatan yang lain, Ia berkata, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yoh. 15:19). Seluruh suasana dunia hari ini bersifat negatif terhadap rencana Allah, termasuk terhadap kita, orang-orang percaya. Iblis, dosa, ego, kegelapan, dan keduniawian mendominasi semua orang di bumi. Kemuliaan Allah dipermalukan, Kristus ditolak, Roh Kudus dikecewakan, gereja menjadi terlantar, manusia menjadi bobrok, dan seluruh dunia menjadi jahat, menentang Allah dan kepentingan-Nya. Semua hal-hal ini merupakan aniaya sekaligus ujian bagi kita. Dikatakan aniaya, karena Iblis berusaha membinasakan kita melalui sistem dunia jahatnya; dikatakan ujian, karena melalui penderitaan itu iman kita sedang diuji dan kita sedang dimurnikan. Dilihat dari sudut pandang kita, penderitaan itu menyusahkan dan menakutkan; tetapi dari sudut pandang Allah, penderitaan itu menguji dan memurnikan kita.
Sebagai orang-orang yang terpanggil, kita perlu melewati ujian dan pemurnian. Dalam Kejadian 15:17 Allah datang sebagai perapian yang berasap dan suluh yang berapi, lewat di antara potongan-potongan daging itu. Perapian adalah untuk memurnikan kita dan sebagai suluh yang berapi untuk menerangi kita (Why. 3:18; 4:5). Melalui pemurnian dan penerangan yang demikianlah, kita dapat menggenapkan tujuan-Nya. Mazmur 139:23-24 mengatakan, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku, lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Inilah doa dari seorang yang damba dimurnikan dan diterangi.

Penerapan:
Dalam jaman yang gelap ini, janganlah terpengaruh oleh keadaan gereja yang tertidur. Namun, bangkitlah untuk menjadi orang-orang yang merespon panggilan Allah. Marilah kita menjadi orang yang mengusung kematian keluar dari gereja melalui tetap melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala di dalam doa.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, jagalah hatiku apabila dalam bahagiaku ku lalai sandar-Mu. Demikian juga, ketika aku harus menghadapi penderitaan-penderitaan dalam hidup ini, tariklah aku semakin dekat kepada-Mu. Biarlah aku hanya lari kepada-Mu, bukan yang lainnya.

No comments: