Hitstat

28 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 4 Kamis

Iman, Anugerah, dan Kesaksian
Kejadian 20:3
“Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: ’Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami.’”

Dalam perlambangan, Abraham mewakili iman dan Sara mewakili anugerah. Abraham ialah bapa iman, dan hidupnya adalah hidup oleh iman. Dalam perlambangan apabila iman gagal, anugerah juga terusak. Setiap kali Abraham gagal, Sara dirugikan dan ketika Sara dirugikan berarti anugerah juga dirugikan. Anugerah dan kesaksian itu selalu berdampingan. Ketika Abraham berbohong, pada waktu itu pula ia tidak menikmati anugerah, dan hilanglah kesaksiannya. Bilamana iman gagal, anugerah dirugikan, maka kesaksian pun hilang.
Allah datang menyelamatkan Sara dan mengembalikannya kepada Abraham. Allah tahu bagaimana dengan kedaulatan-Nya melindungi Sara, yang melambangkan anugerah dan kesaksian-Nya. Kita tidak tahu berapa kali kita berada dalam bahaya akan merusak anugerah dan kehilangan kesaksian, sebab kita telah meninggalkan kedudukan yang tepat. Tetapi pada saat-saat itu, kita justru mengalami penyelamatan Allah. Ini tidak berarti bahwa kita boleh berbuat sembarangan karena Allah pasti akan menyelamatkan kita. Tidak. Allah hanya memperhatikan kesaksian-Nya di bumi. Kalau kita betul-betul adalah bagian dari kesaksian-Nya, Dia pasti akan melindungi kita menurut cara-Nya sendiri, bukan menurut cara kita. Abraham ingin menyelamatkan diri menurut caranya sendiri, tetapi Allah bekerja menurut cara yang sama sekali berbeda. Kuncinya adalah apakah kita bagi kesaksian-Nya? Tujuan dari penyelamatan Allah adalah agar kita kembali kepada kedudukan yang tepat untuk menikmati anugerah dan hidup oleh iman demi kesaksian-Nya.

Cara Allah Mendidik Abraham
Kej. 20:3-7; 14-16; 21-24

Walau iman Abraham gagal, Allah tetap dengan kedaulatan-Nya melindungi dan memperhatikannya (Kej. 20:3-7, 14-16). Karena Abraham telah menyimpang, Allah tidak menampakkan diri kepadanya. Dalam pasal 18 dan 19, Allah menampakkan diri kepada Abraham tetapi tidak kepada Lot. Dalam pasal 20 Ia tidak menampakan diri kepada Abraham, melainkan kepada Abimelekh dalam suatu mimpi (Kej. 20:3). Ini berarti kedudukan Abraham dalam pasal 20 hampir sama dengan kedudukan Lot dalam pasal 19. Sebab itu Allah menampakan diri kepada Abimelekh, seorang raja kafir, memberi tahu dia, orang yang berbohong kepadanya ialah nabi-Nya. Abimelekh tercengang mendengar salah satu nabi Allah berbohong kepadanya dan mengorbankan istrinya. Dalam pasal ini, kita lihat kebijaksanaan, kedaulatan, keadilan, dan perhatian Allah. Allah meninggalkan Abraham, seorang pembohong, Allah berbicara kepada Abimelekh, seorang yang kena bohongnya, serta berfirman, “Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami” (Kej. 20:3). Abimelekh sangat terperanjat. Kemudian Allah memberi tahu dia bahwa ia harus mengembalikan istri Abraham dan Abraham akan berdoa untuknya (Kej. 20:7). Allah tidak menggerakkan Abraham berdoa untuk Abimelekh, sebaliknya ia menunjukkan Abimelekh bahwa Abraham adalah seorang nabi yang mempunyai kedudukan mendoakan raja dan keluarganya. Allah berbuat demikian, dan tidak mencela Abraham.
Sekalipun Abraham berada di luar penyertaan Allah, Allah tetap melindungi kesaksian-Nya dan memberi Abraham banyak kekayaan (Kej. 20:14-16). Ketika Abraham mengalahkan Kedorlaomer serta raja-raja yang lain dan menyelamatkan Lot, ia menolak menerima sesuatu dari raja Sodom karena ia mempunyai Allah yang Mahatinggi (Kej. 14:21-24). Tetapi ketika Abimelekh memberi Abraham domba, lembu, budak-budak dan perak, Abraham tidak berani menolaknya. Ia tidak memiliki kedudukan untuk menolak semuanya ini dan mulutnya telah tersumbat oleh kegagalannya. Ketika ia menerima hadiah-hadiah dari Abimelekh di hadapan Sara, ia tentunya malu. Allah dengan bijaksana dalam kedaulatan-Nya mengembalikan Sara kepada Abraham, memperhatikan anugerah dan kesaksian-Nya, serta pada waktu yang sama Ia mengajar Abraham. Ini juga adalah suatu pelajaran yang berharga bagi kita. Kegagalan kita selalu berawal dari meninggalkan persekutuan dengan Allah dan berakhir pada kehilangan kesaksian. Kita adalah anak-anak Allah, juga ekspresi Allah di bumi. Kegagalan kita tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi terlebih merugikan kemuliaan Allah.

Penerapan:
Setiap kegagalan selalu mendatangkan kerugian bagi kemuliaan Allah. Karena itu kita jangan memandang ringan kegagalan, tetapi baiklah kita segera bertobat, dan bersandar pada kasih karunia Allah untuk tidak mengulangi kegagalan yang sama. Pertobatan yang tuntas akan menyelamatkan kita dari mengulangi kesalahan yang sama.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering gagal sehingga merugikan kemuliaan-Mu. Aku memerlukan anugerah-Mu. Terangilah aku agar aku memiliki pertobatan yang tuntas agar aku terhindar dari kegagalan yang sama.

No comments: