Hitstat

02 September 2006

Kejadian Volume 5 - Minggu 4 Sabtu

Tandanya Allah Menggenapkan Perjanjian-Nya
Kejadian 15:18
“Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat”

Sewaktu Allah membuat perjanjian dengan Abraham, Allah dengan kedaulatan-Nya membuat lingkungan yang gelap. Di dalam lingkungan yang gelap itu ia berkata kepada Abraham, keturunannya akan dianiaya selama empat ratus tahun. Nubuat ini adalah tanda bahwa Allah menggenapkan perjanjian-Nya. Melalui penderitaan seperti yang Allah nubuatkan, umat Allah harus percaya bahwa Allah akan menggenapkan perjanjian-Nya. Penderitaan gereja di dalam masa-masa kegelapan juga adalah tanda yang kuat bahwa Allah akan menggenapkan perjanjian-Nya bagi perwujudan kehidupan gereja di bumi melalui Kristus sebagai keturunan dan tanah yang dijanjikan itu.
Dalam Kejadian 15:18 Allah membuat perjanjian dengan Abraham dan berkata, “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari Sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, Sungai Efrat.” Kepada keturunan Abraham diberikan suatu bentangan tanah yang sangat luas, mulai dari dari sungai Mesir sampai sungai Sungai Efrat. Secara perlambangan, ini berarti setelah melewati semua pengalaman penganiayaan, kehidupan gereja akan diperluas dan bahkan menjadi sangat luas. Kemudian kita akan memiliki Kristus yang lebih kaya dan kehidupan gereja yang lebih luas. Oleh karena itu, penganiayaan dan kesulitan yang kita alami karena kepentingan Tuhan, tidak seharusnya melemahkan kita. Kita justru harus bersyukur karena hal itu akan memperbesar dan memperkaya pengalaman rohani kita atas Kristus. Asal kita mengasihi Dia, maka apa pun kesulitan yang menimpa kita, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28).

Tanah Kanaan Mengekspresikan Kekayaan Kristus
Ibr. 3-4

Allah yang memanggil Abraham keluar dari Ur-Kasdim mengatakan kepadanya bahwa Ia akan membawanya ke suatu tempat, yaitu Tanah Kanaan. Kita bisa melihat bahwa mulai dari Kejadian 12 sampai pada akhir Perjanjian Lama, entah berapa kali Tuhan menitikberatkan tentang tanah itu. Allah berulang-ulang menjanjikan kepada Abraham dan keturunannya akan tanah itu. Hampir seluruh isi Perjanjian Lama berkaitan dengan tanah itu.
Tanah itu merupakan suatu lambang yang menyatakan bahwa Kristus menjadi segala kita. Segala sesuatu yang Allah sediakan untuk manusia, semua terpusat di atas “sebidang tanah ini” (Kristus). Manusia tercipta untuk mendiami bumi dan menikmati segala yang Allah sediakan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia terhimpun di tanah, sedang tanah melambangkan Kristus. Maka segala sesuatu yang Allah sediakan bagi kita terpusat di dalam Kristus.
Iblis, musuh Allah, sampai hari ini terus berupaya untuk menghalangi umat Allah menikmati “tanah itu”. Ia sedapat mungkin merusak kenikmatan manusia atas Kristus. Sekarang kita dapat memahami mengapa Allah di dalam Perjanjian Lama selalu berusaha memulihkan tanah itu, sementara bangsa-bangsa kafir yang melambangkan musuh Allah selalu ingin menghalangi, merusak dan menjerumuskan tanah itu ke dalam kekacauan. Walaupun umat Allah pernah tertawan di Mesir dan terbuang di Babel, tetapi Allah sekali lagi membawa mereka kembali ke tanah itu. Inilah upaya Allah memulihkan Tanah Kanaan.
Tanah Kanaan adalah lambang kekayaan Kristus. Kita semua telah menerima Kristus sebagai Penebus, alangkah indahnya hal itu. Tetapi kita harus memahami, bahwa Kristus sebagai Penebus belumlah mewakili seluruh kekayaan-Nya. Alkitab menerangkan kepada kita, Kristus ialah segala sesuatu dan di dalam segala sesuatu (Kol. 3:11). Segala sesuatu ada di dalam-Nya, Ia pun ada di dalam segala sesuatu. Di dalam Perjanjian Lama, kekayaan Kristus yang tak terduga itu hanya dapat digambarkan oleh Tanah Kanaan.
Dalam pengalamannya akan Kristus, Paulus berkata, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp. 3:12). Ini seharusnya juga menjadi sikap kita. Kristus itu begitu kaya, pengalaman kita atas Dia baru sekelumit saja. Marilah kita dengan roh yang lapar dan haus mencari Dia, mengejar Dia, sehingga Dia beserta kekayaan-Nya semakin tergarap di dalam kita.

Penerapan:
Penganiayaan yang terjadi karena Kristus ( baik secara fisik maupun secara psikologi) di atas diri kita bukanlah tanpa tujuan. Lihatlah secara positif apa yang terjadi karena semuanya adalah untuk membawa kita menikmati dan mengalami Kristus lebih dalam. Karena itu, bersyukurlah dan nikmatilah Dia sebagai kasih karunia yang cukup kita pakai.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang seringkali menggerutu dan menyalah pahami diri-Mu karena sedikit penderitaan. Namun, justru di saat-saat itulah Engkau menjadi begitu nyata dalam hidupku. Tuhan, bawalah aku lebih dalam untuk mengenal Dikau di dalam setiap aspek kehidupanku.

No comments: