Hitstat

26 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 4 Selasa

Kelemahan yang Tersembunyi
Kejadian 20:1
“Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing.”

Setelah Kejadian 18 dan 19, mencatat pengalaman Abraham terhadap Allah pada puncak yang tertinggi; selanjutnya dalam Kejadian 20 mencatat kelemahannya. Sungguh sulit dipercayai dan susah dimengerti, Abraham bisa mempunyai penampilan yang demikian lemah. Abraham, seorang milik Allah, mempunyai kelemahan yang tersembunyi dalam hatinya yang terdalam.
Dalam Kejadian 20:1 kita tahu Abraham berangkat ke Tanah Negeb (Selatan, KJV). Abraham pergi menuju ke Selatan, berarti ia telah meninggalkan kedudukan bersekutu dengan Allah di dekat pohon tarbantin di Mamre, Hebron. Ia seharusnya menetap di Hebron, karena di sana ia dapat bersekutu intim dengan Allah. Tidak ada yang lebih indah daripada ini. Tetapi tidak berselang lama, ia meninggalkan Hebron dan pergi menuju ke Selatan. Dalam Kejadian 20, Allah tidak menyuruh Abraham pergi ke selatan. Jadi Abraham bertindak sendiri.
Dalam perlambangan, Selatan menunjukkan kemudahan, nyaman, sedangkan Utara menunjukkan kesulitan dan penderitaan. Selatan beriklim hangat, Utara beriklim dingin, tetapi Allah justru tinggal di Utara (Mzm. 48:3, 75:7-8, Yeh. 1:4). Walaupun di tempat yang Allah tentukan kita mengalami kesusahan, tetapi ada penyertaan Allah. Di tempat lain mungkin kita nyaman, namun tidak ada penyertaan Allah. Manakah yang lebih kita hargai, penyertaan Allah ataukah kenyamanan kita? Hidup tanpa penyertaan Allah berarti hidup tanpa berkat. Memang daging kita cenderung mengejar kenyamanan, tetapi baiklah kita memilih berkat penyertaan Allah, walaupun dalam prosesnya kita mengalami kesusahan.

Meninggalkan Kedudukan yang Tepat
Kej. 20:1

Dalam Kejadian 12, Abraham menuju ke Selatan sebab tempat di mana Abraham tinggal itu tertimpa bala kelaparan. Kelaparan memberinya alasan untuk pergi ke Selatan yaitu Mesir. Tetapi dalam pasal ini Abraham tidak memiliki alasan (Kej. 20:1). Seandainya ia tetap tinggal di dekat pohon tarbantin di Mamre dekat Hebron, Abraham tentu tidak perlu berbohong. Ia berbohong disebabkan posisinya yang keliru. Dari hal ini kita nampak bahwa kedudukan yang betul sangatlah penting. Untuk dapat melakukan sesuatu bagi Allah, kita harus berada pada kedudukan yang tepat. Ketika Abraham meninggalkan kedudukan bersekutu intim dengan Allah dan pergi ke Selatan, segera ia kehilangan penyertaan Allah. Alkitab tidak mengatakan di Selatan Allah menampakkan diri kepada Abraham atau Abraham mendirikan mezbah dan menyeru nama Tuhan. Ia sama sekali kehilangan kedudukan yang tepat untuk bersekutu dengan Allah. Kita perlu berada dalam kedudukan yang benar. Bila kita tinggal di dalam gereja, kita akan terpelihara dan terlindung, tetapi apabila kita pergi ke “Selatan”, kita akan meninggalkan kedudukan yang benar itu dan kehilangan penyertaan Allah.
Abraham telah disunat. Ia seharusnya bukan seorang yang alamiah lagi, karena ia betul-betul telah ditanggulangi oleh Allah. Ada orang Kristen yang mengatakan bahwa begitu sekali mereka mengalami suatu berkat, tidak mungkin lagi berada dalam daging. Tetapi lihatlah contoh Abraham. Sekalipun ia telah mengalami sunat baik secara jasmani maupun rohani, ketika ia meninggalkan kedudukan yang tepat yaitu bersekutu dengan Allah, ia segera kembali ke dalam daging. Setelah mencapai puncak begitu tinggi dalam mengalami Allah, Abraham, bapak iman itu, berkelakuan sama seperti yang tercatat lebih dari 20 tahun sebelumnya dalam Kejadian 12.
Asalkan kita masih di dalam ciptaan lama, kita dapat melakukan segala sesuatu dalam daging. Bila kita tidak tetap tinggal di dalam persekutuan dengan Allah, kita dapat melakukan perkara yang sama seperti dilakukan oleh orang dunia. Janganlah mengatakan karena kita telah dilahirkan kembali, telah mengalami baptisan Roh atau telah mengalami berkat Allah, lalu tidak mungkin kembali ke dalam daging. Tidak peduli berapa banyaknya berkat yang kita terima dari Allah, bila kita tidak tetap tinggal di dalam persekutuan dengan-Nya, kita ada kemungkinan kembali ke dalam daging. Janganlah kita menaruh sedikit kepercayaan pun pada kekuatan diri kita. Ego kita sama sekali tidak dapat diandalkan. Kita harus bersandar penyertaan Tuhan. Betapa pentingnya penyertaan Allah itu bagi kita!

Penerapan:
Di dalam situasi yang sulit, tidak nyaman, justru merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami penyertaan Allah. Dalam situasi seperti itu, janganlah menjauhi Tuhan, sebaliknya marilah kita mencari penyertaan-Nya melalui berkontak dengan Dia di dalam roh kita, menyeru nama-Nya, dan bersandar pada firman-Nya. Hasilnya kita akan menikmati hadirat-Nya dan mengalami bimbingan-Nya yang manis.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tanpa penyertaan-Mu, apapun yang aku lakukan sia-sia belaka. Aku memerlukan bimbingan-Mu dalam tiap langkah hidupku. Karena itu, ajarlah aku untuk senantiasa menyeru nama-Mu dan hidup di hadirat-Mu.

No comments: