Hitstat

30 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 4 Sabtu

Berdoa Menurut Kedudukan Kita
Kejadian 20:17
“Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak.”

Kita semua harus belajar tidak berdoa menurut kemenangan diri kita, tetapi menurut keperluan. Setelah kita menang mudah sekali berdoa, tetapi tidak demikian pada waktu kita gagal. Kita tidak seharusnya terganggu oleh kegagalan kita. Allah tidak melihat kegagalan kita, tetapi Ia melihat apa adanya kita. Di hadapan Allah kita semua adalah manusia baru. Inilah apa adanya kita, dan kita harus berdoa menurut ini. Selama kita masih dalam ciptaan lama, kita masih mungkin jatuh dan gagal. Tetapi kita dapat melupakan kegagalan kita dalam ciptaan lama ini dan berdiri pada kedudukan ciptaan baru. Ketika Abraham berdiri pada kedudukannya sebagai nabi Allah, ia dapat berdoa bagi Abimelekh.
Kejadian 20 merupakan suatu pasal yang berharga. Kita berdoa syafaat bagi orang lain tidak tergantung pada kondisi kita, tetapi tergantung pada kedudukan kita, tergantung pada apa adanya kita. Kita adalah nabi Allah, ciptaan baru, anggota Tubuh Kristus. Karena dalam hidup gereja kita adalah anggota Tubuh Kristus, ini memberi kita kedudukan untuk berdoa syafaat bagi orang lain. Lupakan lingkungan dan kegagalan kita. Bila kita terus mempertahankan perasaan-perasaan kita, mulut kita akan tersumbat, Iblis (Satan) akan mengalahkan kita, sehingga kita akan tenggelam selama berhari-hari. Ini sangat serius. Kita harus melupakan kegagalan-kegagalan kita dan berdiri pada kedudukan yang tepat untuk berdoa syafaat bagi orang lain menurut petunjuk Allah. Doa syafaat yang demikian akan membuat orang lain mempercayai Allah. Kalau kita mau melupakan kegagalan kita, kita pasti memiliki kekuatan untuk berdoa syafaat bagi orang lain.

Terlepas dari Ego
1 Tim. 2:1
Kita harus belajar mengenal diri kita sendiri. Janganlah menduga bila kita telah mencapai tingkat setinggi yang tercatat dalam Kejadian 18-19 itu, kita tidak akan memiliki problem apapun, lalu kita dapat minta “izin berlibur” dan meninggalkan persekutuan dengan Allah. Janganlah mengandalkan diri kita yang usang. Sekalipun ego kita yang usang telah ditanggulangi oleh Allah, bahkan sudah seluruhnya disunat, tetap masih tidak dapat dipercayai. Karena itu kita perlu memusatkan diri pada anugerah, melupakan kegagalan kita serta keperluan kita dan berdoa syafaat bagi orang lain. Berdirilah pada kedudukan kita sebagai anggota Tubuh Kristus, sebagai bagian dari manusia baru dan sebagai seorang saleh dalam gereja. Kita harus berdiri pada kedudukan ini serta berdoa, meskipun kadang kita dengan rasa malu berdoa. Doa syafaat kita mungkin tidak ada kemuliaan di dalamnya, tetapi Allah akan tetap menjawabnya. Tidak saja Allah menjawab doa syafaat kita, bahkan Ia akan menjawab doa bagi keperluan kita sendiri yang tidak terjawab sebelumnya. Alangkah ajaibnya hal ini!
Pada waktu Abraham, nabi Allah ini berbohong kepada orang lain, orang-orang lain menjadi mati. Tetapi ketika ia melupakan kegagalannya di hadapan mereka dan berdoa syafaat bagi mereka, mereka menerima hayat dan ia sendiri pun disegarkan kembali. Demikian pula, bila kita melupakan kegagalan kita dan berdoa syafaat bagi keperluan orang lain yang di hadapan mereka kita telah gagal, kita tidak saja akan menyuplai hayat kepada mereka, bahkan juga menyuplai diri kita sendiri.
Melalui pengalaman Abraham ini, setidaknya kita bisa belajar dua hal penting. Pertama, kegagalan kita tidak seharusnya membuat kita tidak berdoa. Memang kegagalan dapat membuat kita tidak ada kekuatan untuk berdoa, tetapi kita harus belajar melupakan semua kegagalan kita dan mulai berdoa menurut keperluan saat itu. Kedua, kita perlu berdoa syafaat bagi orang lain (1 Tim. 2:1). Dalam hal berdoa ada kemungkinan kita menjadi egois, hanya mendoakan kebutuhan diri sendiri. Para saudari yang menjadi ibu mungkin berdoa syafaat hanya untuk anak-anaknya sendiri. Ini memang baik, tapi kalau selama ini kita tidak pernah sekali pun mendoakan anak orang lain, itu berarti kita egois. Tuhan barangkali tidak akan menanggapi doa-doa yang egois seperti itu. Tetapi bilamana para saudari yang menjadi ibu, selain berdoa syafaat bagi anaknya sendiri, juga belajar berdoa syafaat bagi anak orang lain, kita yakin Tuhan pasti akan menjawab doa yang demikian. Betapa indahnya kehidupan gereja bila di antara kita terdapat doa syafaat yang demikian.

Penerapan:
Asalkan kita berada pada kedudukan yang tepat saat berdoa syafaat di hadapan Tuhan maka kegagalan kita pun akan dilupakan oleh Tuhan. Bahkan Tuhan akan menjawab doa kita. Janganlah malu untuk kembali datang kepada-Nya di dalam doa-doa kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, walau aku sering berdosa dan gagal,namun demi darah-Mu aku boleh berdoa syafaat bagi orang lain. Tuhan,aku mau belajar menyangkal egoku dengan memperhatikan orang lain melalui mendoakan mereka.

No comments: