Hitstat

20 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 3 Rabu

Syarat untuk Menerima Wahyu Allah (1)
Kejadian 18:20
“Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.”

Ketika Allah datang kepada Abraham, Abraham menyambut-Nya, menyediakan air dan menyajikan makanan yang lezat bagi-Nya. Allah tidak langsung memberitahukan maksud kedatangan-Nya kepada Abraham. Setelah Allah dan kedua malaikat-Nya itu berdiri dan hendak pergi meninggalkan kemah, Abraham pun mengantar mereka, baru pada waktu itulah Allah mengutarakan tujuan-Nya (Kej. 18:17). Allah tidak dapat menyembunyikan kehendak-Nya kepada Abraham, teman-Nya yang terkasih itu.
Agar dapat menerima wahyu dari Allah, kita harus menempuh suatu proses yang panjang. Pertama, kita harus keluar dari “Ur-Kasdim”, keluar dari latar belakang kita yang penuh berhala untuk masuk ke dalam Kristus dan kehidupan gereja sebagai tanah permai kita. Di sanalah kita bisa memiliki pengalaman Hebron, pengalaman bersekutu dengan Allah. Kedua, kita perlu mengalami “sunat” Kristus untuk mengakhiri manusia alamiah kita. Begitu daging dan manusia alamiah kita diakhiri, maka Allah mendapatkan seorang yang sesuai dengan hati-Nya. Demikianlah kita siap dan layak menerima wahyu dari Allah tentang maksud hati-Nya.
Orang yang tidak mengerti kehendak Allah, orang yang tidak memiliki wahyu mengenai maksud hati Allah, adalah orang yang bodoh (Ef. 5:17). Kita tentu tidak mau menjadi orang yang bodoh, orang yang hanya menghamburkan waktu dan mabuk oleh “anggur” dunia hari ini. Kita harus menebus waktu kita untuk bersekutu dengan Allah dan mengalami salib-Nya, barulah kita bersyarat menerima wahyu Allah mengenai kehendak-Nya.

Syarat untuk Menerima Wahyu Allah (2)
Kej. 18:20-21

Selagi Abraham berdiri di hadapan-Nya (Kej. 18:22), Allah kemudian membukakan diri kepadanya. Ia berkata, “Sesungguhnya banyak keluh-kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh-kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya” (Kej. 18:20-21). Walaupun Allah tidak mengatakan sepatah kata pun tentang Lot, tetapi maksud-Nya membicarakan Sodom adalah untuk Lot. Abraham tahu bahwa Allah memperhatikan Lot walau Ia tidak menyebutkan namanya. Abraham tahu maksud hati Allah karena Allah terbuka terhadapnya.
Agar Allah mewahyukan kehendak hati-Nya kepada kita, kita harus sudah siap untuk itu. Meskipun berjuta-juta orang telah masuk ke dalam nama Tuhan, tapi sedikit sekali yang telah siap, didisiplin, dilatih, disunat dan diakhiri. Sekalipun kita tidak begitu serupa dengan Abraham, tapi kerapkali kita mempunyai pengalaman yang sama. Tatkala kita mau menyingkirkan ego kita dan menolak daging kita, ajaib sekali, Allah datang pada kita bagaikan seorang teman. Kita berbicara dengan Dia seperti seorang teman karib.
Saudara Watchman Nee pernah menulis sebuah kidung yang sangat manis yang menggambarkan pengalamannya terhadap Allah sebagai teman yang paling akrab. Kiranya setelah menikmati kidung ini, kita semua terdorong untuk lebih akrab bersekutu dengan Tuhan.
1. Satu Kawanku akrab, ku teramat sayang;
Lemah lembutlah sikap-Nya, manislah cinta-Nya;
Mustahil hidup tanpa Dia, papah-Nya ku harap;
Kita tinggal bersama, Tuhan dan ku.

2. Kadang ku nyaris rebah, lemahku Dia paham;
Disuruh-Nya ku sandar Dia, ku suka rangkul-Nya.
Ke arah t’rang ku Dia bawa, ‘nempuh hidup cerah;
Kita jalan searah, Tuhan dan ku.

3. Semua suka dukaku, ku b’ri ta’u pada-Nya;
Semua rindu dambaku, ku ungkap pada-Nya;
Hibur, anjur, amanat-Nya, Dia beri padaku;
Kita saling bercakap, Tuhan dan ku.

4. Dia memberitahukan, tak jauhlah K’rajaanNya;
Hati-Nya sangat mendesak, bawa ku ke sana;
Bah’gia kekal, riang gembira, dan takhta mulia;
Kita sama meraja, Tuhan dan ku.

Penerapan:
Kesibukan dalam keseharian kita sering membuat kita tidak begitu mempedulikan apakah Allah menyatakan kehendak-Nya kepada kita atau tidak. Akibatnya kita menjadi orang Kristen yang tanpa wahyu, liar (Ams. 29:18). Sediakanlah waktu lebih banyak untuk bersekutu dengan Allah melalui firman kudus-Nya sehingga terang firman-Nya mengendalikan hidup kita.

Pokok Doa:
O Tuhan Yesus, berbicaralah kepadaku. Ampunilah bila padaku banyak hal yang menghalangi-Mu untuk menyatakan kehendak-Mu. Tuhan, terangilah aku, aku mau membereskan semuanya itu sehingga aku bisa mendengar dan mengenal kehendak hati-Mu.

No comments: