Hitstat

09 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 2 Jumat

Orang Tua yang Pilih Kasih
Kejadian 25:27-28
“Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.”

Ishak lebih mengasihi Esau, disebabkan Esau pandai berburu dan bisa memperoleh daging perburuan kesukaan ayahnya (Kej. 25:27-28). Dan karena itulah, Esau menjadi anak kesayangan ayahnya. Atas diri Ishak bukan hanya ada kelemahan lahiriah saja, tetapi juga terdapat hidup lahiriah. Ia masih tetap hidup di dalam hayat lahiriahnya. Ia tidak selalu menempuh hidup yang disebut hidup rohani. Setelah Ishak berdoa, Allah memberinya dua anak, Esau dan Yakub. Ishak mengasihi Esau karena ia pandai berburu dan kebetulan Ishak suka makan daging buruan (Kej. 25:27-28). Kasih sayang Ishak terhadap anak sulungnya sama sekali di dalam hayat alamiahnya dan menuruti selera alamiahnya.
Dikarenakan suami telah memelopori kasih yang berat sebelah, maka sang istri pun mengikuti. Yakub, seorang sangat pendiam yang tinggal di kemah lebih disayang ibunya. Setiap ibu menyayangi anaknya yang tenang tinggal di sekitarnya. Tidak ada ibu yang menyayangi anaknya yang berkeliaran sepanjang hari. Dalam keluarga Ishak sang ayah lebih menyukai Esau, sedangkan sang ibu lebih menyukai Yakub. Hidup macam apakah ini?
Apakah ini kehidupan yang rohani, atau kehidupan kebangkitan? Tidak, meskipun ini bukan kehidupan dosa, tetapi ini kehidupan alamiah. Jangan mengira kita berbeda karena setiap orang tua mempunyai kasih yang berat sebelah. Kasih yang menyebelah ini bukan berasal dari roh kita; melainkan berasal dari selera alamiah kita. Kita lebih menyukai salah seorang anak disebabkan dia cocok dengan selera alamiah kita. Inilah hayat alamiah.

Mengasihi dengan Kasih yang Sama
Kej. 22:7-8

Adakalanya kita sering bisa pilih kasih terhadap saudara tertentu. Ini memperlihatkan kepada kita, bahwa kita tidak dengan kasih yang sama mengasihi kaum saleh, kita selalu mengasihi orang lain berdasarkan kesenangan kita dan citarasa kita. Filipi 2:2 mengatakan, bahwa terhadap semua orang saleh kita harus memiliki kasih yang sama. Kita perlu mengasihi semua anggota….dengan kasih yang sama dalam kasih Allah (Flp. 2:2). Sangat sulit menemukan seorang yang mengasihi orang lain dengan kasih yang sama. Kita selalu mengasihi menurut pilihan dan selera kita.
Jika kita sehat dalam iman, secara otomatis kita akan sehat dalam kasih. Mungkin sekali kita mencintai orang lain terlalu berlebihan atau terlalu sedikit. Dalam kedua keadaan ini, kasih kita tidaklah sehat. Sebaliknya, kita agak sakit dalam kasih kita. Mengapa kita sangat mengasihi saudara tertentu dan tidak mengasihi saudara yang lain sama sekali? Hal itu dikarenakan kita mengasihi orang lain menurut selera kita sendiri. Dalam Filipi 2:2 Paulus berkata bahwa kita harus memiliki kasih yang sama. Hal ini berarti kasih kita terhadap semua orang kudus harus sama. Mempunyai kasih yang berbeda-beda terhadap berbagai orang kudus berarti tidak sehat dalam kasih. Tetapi memiliki kasih yang sama untuk semua orang berarti sehat dalam kasih.
Dalam Filipi 2:2 Paulus berkata tentang “satu kasih”. Satu kasih berhubungan dengan satu pikiran. Karena perbedaan dalam pikiran, kaum beriman di Filipi memiliki tingkat kasih yang berbeda-beda. Mereka tidak mempunyai kasih yang sama terhadap semua orang kudus untuk menjaga keesaan. Dalam hidup gereja hari ini juga ada kemungkinan kita tidak memiliki kasih yang sama terhadap semua orang kudus. Kasih kita mungkin berbeda-beda tingkatannya. Kita boleh jadi mengasihi seorang saudara melebihi saudara yang lain. Karena kita kurang mengasihi seorang saudara maka kita tidak begitu suka melayaninya dengan baik. Namun, karena kita sangat mengasihi seorang saudara lain, kita akan melayaninya secara berlebihan. Dalam hidup gereja mungkin terdapat tingkat kasih yang berbeda-beda terhadap orang kudus yang berbeda-beda.
Kita perlu mengasihi orang lain dengan kasih Allah yang telah kita alami dan nikmati. Jika kita mengalami kasih Allah, kita akan mengasihi Allah dengan kasih ini. Kita juga akan mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang sama ini. Kasih semacam ini tidak menyebabkan masalah. Semoga kita semua melihat bahwa kita perlu mengasihi Allah dan orang-orang lain dengan kasih ilahi yang telah menjadi pengalaman dan kenikmatan kita.

Penerapan:
Allah mengasihi kita dengan kasih yang sama karena Ia adalah Allah yang adil dan benar. Ia ingin kita dengan kasih yang demikian mengasihi sesama. Tetapi kita harus mengakui bahwa kita tidak memiliki kasih yang demikian, yang kita miliki justru adalah kasih yang alamiah, kasih yang tidak sama. Karena itu marilah kita tidak menilai orang lain menurut ukuran selera alamiah kita, tetapi menurut penerimaan Tuhan atas mereka.

Pokok Doa:
Tuhan, ampuni aku yang selama ini sering menilai orang lain menurut selera alamiahku, sehingga aku tidak bisa memiliki kasih yang sama terhadap mereka. Tuhan, penuhi aku dengan kasih-Mu yang mulia, kasih yang sanggup mengasihi semua orang berdosa.

No comments: