Hitstat

14 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Rabu

Memiliki Kelemahan Lahiriah seperti Abraham
Kejadian 26:3
“Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.”

Kejadian 26:1-2 mengatakan, “Maka timbullah kelaparan di negeri itu. —Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: ‘Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.‘“ Setelah mendapat penampakan dan perkataan TUHAN, Ishak tinggal di Gerar (Kej. 26:6). Selanjutnya Kejadian 26:7 mengatakan, “Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: ‘Dia saudaraku,’ sebab ia takut mengatakan: ‘Ia isteriku,’ karena pikirnya: ‘Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya.’” Ishak memiliki kelemahan lahiriah yang sama dengan Abraham, yaitu berdusta dengan mengatakan bahwa isterinya adalah saudaranya. Tidakkah kita juga mempunyai kelemahan lahiriah? Kita semua mempunyai kelemahan lahiriah.
Walau kita semua memiliki kelemahan lahiriah kita masing-masing, namun anugerah Allah tidak pernah meninggalkan kita. Anugerah itu tetap bersama dengan kita. Anugerah tidak tergantung pada apa adanya kita. Setiap orang yang menikmati anugerah masih mempunyai kelemahannya masing-masing. Rasul Paulus tentu mempunyai kelemahan. Petrus, Yohanes dan Paulus juga mempunyai kelemahan-kelemahannya sendiri, tetapi kelemahan-kelemahan mereka tidak menghalangi mereka dari menikmati anugerah Allah. Janganlah kita tertipu oleh kelemahan kita sehingga tidak datang kepada Allah dan menikmati anugerah-Nya.

Tetap Menikmati Anugerah
Kej. 26:1-11

Ishak meninggalkan Bersyeba, jalan menurun ke selatan, tidak menuju ke Mesir, tetapi menuju ke tempat yang berdekatan dengan Mesir (26:1-2). Sedangkan tujuan Allah ialah umat pilihan-Nya tinggal di tanah permai. Kapan saja kelemahan lahiriah umat-Nya terwujud, mereka selalu jalan menurun. Kita tidak dapat menemukan sebuah contoh, di mana umat Allah pergi menanjak ke sebelah utara ketika mereka lemah. Hal yang paling celaka itulah turun ke Mesir. Inilah yang dilakukan oleh Abraham (Kej. 12:10). Kedua kalinya Abraham menuju ke selatan, ia hanya pergi sejauh tanah Filistin (Kej. 20:1). Ishak mengulangi cerita Abraham berjalan menurun, di tengah ia menuju ke selatan, Allah datang mencegah dan memperingatinya, kata-Nya, “Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu” (Kej. 26:2). Maksud Ishak mungkin turun menuju ke Mesir, tetapi Allah perintahkan dia agar tinggal di tempat di mana Dia akan memberitahukan kepadanya. Meskipun Ishak tidak tinggal di tempat yang tepat, tetapi ia masih dengan sentosanya menikmati anugerah Allah. Ishak tidak hanya tidak berdiam di tempat yang tepat; ia pun berdusta, sampai-sampai mengorbankan istrinya (Kej. 26:6-7), sama seperti apa yang dilakukan oleh Abraham. Bagaimanapun juga, ia berikut istrinya dilindungi oleh kuasa penjagaan Allah (Kej. 26:8-11). Anugerah Allah yang melindungi dia daripada pengorbanan istrinya.
Ishak adalah model atau pola seorang yang menikmati anugerah Allah. Dalam seluruh Alkitab hampir tidak ada orang lain lagi yang menikmati anugerah sebanyak yang dinikmati oleh Ishak. Sepanjang hidupnya, Ishak tidak mengerjakan lainnya kecuali menikmati anugerah Allah. Hidupnya adalah menikmati anugerah. Kapankah kita menikmati anugerah lebih banyak? Ketika kita merasa diri kita rohani dan baik di pandangan Allah ataukah ketika kita jatuh dan merasa kita sama sekali tidak patut? Justru sewaktu kita jatuh, saat itulah kita menikmati anugerah paling banyak.
Lihatlah pengalaman kita sendiri. Walaupun kita tidak pernah berbohong sehingga mengorbankan istri kita, namun kita seringkali berdusta kepada istri kita. Ada konsepsi yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen, khususnya orang-orang Kristen yang disebut rohani, mustahil berdusta. Betulkah demikian? Sejujurnya kita justru sering menemukan orang-orang Kristen termasuk orang-orang yang disebut rohani juga berkata dusta. Bukan hanya orang-orang dunia yang berdusta; bahkan orang-orang Kristen dan rohaniwan-rohaniwan pun ada yang berdusta. Inilah kondisi manusia yang jatuh. Lalu apa yang harus kita perbuat? Yang harus kita lakukan hanyalah menikmati anugerah terus-menerus.

Penerapan:
Karena kita semua memiliki kelemahan lahiriah masing-masing, maka kita tidak bisa bermegah atas diri sendiri selain di atas diri Tuhan. Tanpa anugerah Allah, kita bisa melakukan sesuatu yang lebih buruk daripada apa yang dilakukan Ishak terhadap isterinya sendiri. Karena itu, marilah kita senantiasa belajar tinggal dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan demi menikmati anugerah-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tidak ada yang dapat kumegahkan dalam hidupku, selain anugerah-Mu semata. Tanpa anugerah-Mu, aku pasti gagal dan tidak bisa melakukan apa pun bagi-Mu. Tuhan, berikan anugerah-Mu menurut keperluanku hari ini.

No comments: