Hitstat

19 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Senin

Berkat Allah dan Selera Lahiriah
Kejadian 27:3-4
“Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.”

Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, ia memberkati Esau. Tetapi ia mencampuradukkan antara berkat dan selera lahiriahnya. Dalam Kejadian 27:3-4, Ishak berkata kepada Esau, “Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.” Ishak seakan-akan berkata, “Esau, sebelum aku mati, aku ingin makan daging buruan itu sekali lagi. Bila kau membuatkan aku makanan dari daging buruan, maka nanti kau akan kuberkati.” Di sini kita menemukan Ishak mencampuradukkan antara berkat Allah dan selera lahiriahnya.
Misalkan kita ini seorang ayah yang ingin memberkati salah seorang anak kita, tentu kita akan sangat berhati-hati, tidak berani secara sembrono memberkati menurut selera lahiriah kita. Ishak seorang yang terus-menerus menikmati anugerah Allah, memberkati dengan membabi buta. Tetapi Ishak memberkati di dalam iman, dan pemberkatannya dihargai oleh Allah (Ibr. 11:20). Allah tentu tidak menghargai selera lahiriah Ishak, tetapi Allah menghargai motivasinya. Saudara Watchman Nee pernah berkata, “Segala sesuatu tergantung pada motivasi.” Pada orang yang bersih, segalanya bersih; pada orang yang kotor, segalanya juga kotor (Tit. 1:15). Tuhan tidak saja menilik apa yang kita lakukan, tetapi juga menilik motivasi yang di dalam kita. Tuhan menghendaki kita memiliki motivasi yang murni. Bila hati kita tidak murni, pada suatu hari pasti akan timbul masalah dan kesulitan.

Ditakdirkan Menerima Anugerah
Kej. 27:3-4; 1 Ptr. 1:10, 13; 2:2

Ishak memberi tahu Esau bahwa ia akan memberkatinya asal Esau menyediakan makanan daging buruan (Kej. 27:3-4). Ia hanya tahu dua perkara: ia ingin memenuhi kebutuhan seleranya dan ia ingin memberkati Esau, anaknya. Setelah ia makan daging, maka ia akan memberkati anaknya. Ia hanya tahu bahwa ia adalah seorang ayah, dan Esau adalah anaknya. Sebagai orang yang lebih besar, ia harus memberkati yang lebih kecil. Dari hal ini kita perlu jelas bahwa anugerah tidak tergantung kepada apa adanya kita. Allah telah menakdirkan kita sebagai orang yang menerima anugerah-Nya.
Anugerah adalah sesuatu yang telah diperuntukkan bagi kita. Satu Petrus 1:10 mengatakan, “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang anugerah yang diuntukkan bagimu.” Petrus menunjukkan bahwa nabi-nabi bernubuat mengenai “anugerah yang diuntukkan bagimu”. “Anugerah” adalah sinonim dari kata “keselamatan” dalam ayat ini. Dalam 1 Petrus 1:13 anugerah juga mengacu kepada keselamatan Allah. Keselamatan ini mengacu kepada keselamatan jiwa, menunjukkan keselamatan sempurna. Hal itu tidak mengacu kepada keselamatan awal; melainkan keselamatan yang sempurna, keselamatan yang penuh. Ini berarti anugerah mengacu kepada keselamatan sempurna Allah. Banyak orang Kristen mendefinisikan anugerah sebagai kebaikan yang tidak patut diterima. Pengertian ini kurang memadai. Anugerah dalam Alkitab tidak terbatas hanya pada beberapa jenis kebajikan yang tidak patut diterima. Anugerah dalam Alkitab sama dengan keselamatan yang sempurna. Kita telah ditakdirkan oleh Allah untuk berbagian dalam anugerah, yakni keselamatan yang sempurna ini.
Dalam 1 Petrus 2:2 Petrus berkata, “Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu menginginkan air susu yang murni dan rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Di satu pihak, kita telah diselamatkan; di pihak lain, kita masih perlu bertumbuh sampai kepada keselamatan. Ini berarti di sini masih ada keselamatan yang lebih lanjut yang belum kita raih. Kita perlu terus-menerus bertumbuh sampai kita mencapai, sampai kepada, keselamatan yang sempurna. Di satu pihak, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kenikmatan. Tetapi kita semua juga setuju bahwa di pihak lain, kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang penuh kesulitan, terutama kesulitan karena watak alamiah kita. Ini menunjukkan bahwa kita perlu Juruselamat dan bahwa kita perlu bertumbuh sampai kepada keselamatan. Pertumbuhan kita yang sampai kepada keselamatanlah yang akan menyelamatkan kita dari hal-hal negatif di dalam watak alamiah kita.

Penerapan:
Walaupun kita telah dilahirkan kembali oleh Allah, kita masih memiliki selera lahiriah, kesukaan-kesukaan, dan kecenderungan atas sesuatu hal. Kalau tidak hati-hati, hal-hal tersebut dapat menghalangi kita dalam menikmati anugerah, bahkan dapat membuat hati kita tidak murni lagi terhadap Tuhan dan kebenaran firman-Nya. Karena itu, dalam mengikuti Tuhan, jangan mengedepankan selera lahiriah kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan,dalam mengikuti Engkau, aku sering mempertimbangkan selera lahiriahku sebagai hal utama yang harus terpenuhi. Tuhan, kini aku mau belajar meletakkan selera lahiriahku dan mengikuti-Mu demi iman, bukan demi terpenuhinya kesenangan-kesenangan pribadiku.

No comments: