Hitstat

16 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 3 Jumat

Hidup dalam Berkat Allah (1)
Kejadian 26:12-13
“Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.”

Apakah yang disebut berkat? Berkat adalah pekerjaan Allah yang tanpa dasar. Berkat Allah adalah pekerjaan Allah yang tidak ada dasarnya, melebihi apa yang seharusnya kita dapat. Lima ketul roti memberi makan lima ribu orang sampai kenyang, bahkan sisa dua belas bakul! Inilah yang disebut berkat. Seluruh pekerjaan kita dibangun di atas berkat Allah. Berkat adalah mendapatkan hasil yang tidak selayaknya kita terima. Menurut karunia yang kita miliki sebenarnya tidak bisa mendapatkan hasil yang sebanyak itu, inilah berkat. Menurut kemampuan kita seharusnya tidak bisa mendapatkan hasil yang sebanyak itu, inilah berkat. Atau kita tekankan lebih berat lagi, menurut kegagalan dan kelemahan kita seharusnya tidak bisa mendapatkan hasil, tetapi kita mendapatkan hasil yang banyak, inilah berkat. Sebab itu, kalau kita mengharapkan mendapatkan berkat Allah, Allah akan memberi kepada kita hasil yang di luar dugaan kita.
Apakah dalam pelayanan kita, kita memiliki hati yang menaruh pengharapan, yaitu mengharapkan Allah memberi kita banyak buah? Kita harus berhati-hati supaya tidak kehilangan berkat Allah. Kita harus menaruh diri kita ke dalam suatu lingkaran yang bisa diberkati Allah. Kita harus berkata kepada Tuhan, “Berdasarkan hasil yang tidak sepantasnya kami terima, Tuhan, untuk nama-Mu, untuk gereja-Mu, untuk jalan-Mu, kami mengharapkan Engkau memberkati kami.” Dalam pekerjaan kita, kita harus memiliki iman, yakni iman yang percaya dan mengharapkan berkat Allah. Ketika kita demikian, Allah akan memberkati kita. Oleh karena itu, kita semua harus belajar senantiasa hidup dalam berkat Allah.

Hidup dalam Berkat Allah (2)
Yoh. 21:3; Rm. 9:13

Adakalanya Allah tidak saja tidak memberkati, bahkan sepertinya sengaja tidak memberkati. Perihal Allah tidak memberkati itu lebih serius daripada tidak ada berkat. Berdasarkan kemampuan kita, berdasarkan karunia kita, seharusnya kita mendapatkan yang lebih banyak dari ini, tetapi kita tidak mendapatkannya. Berjerih lelah semalam suntuk, seharusnya mendapatkan hasil tertentu, tetapi karena Allah tidak memberkati, hasilnya lebih sedikit daripada yang seharusnya kita dapatkan. Berjerih lelah sekian lama, tetapi tidak mendapatkan hasil. Sudah rajin bekerja, tetapi tidak ada buahnya. Karena Allah sama sekali tidak memberkati.
Sering kali yang kita lakukan sangat benar, tetapi Allah tidak memberkati. Semalam suntuk menjala ikan, itu benar, tetapi Allah tidak memberkati (Yoh. 21:3). Kita hidup di bumi bukan untuk melakukan pekerjaan yang benar, tetapi untuk melakukan pekerjaan yang diberkati Allah. Daud melakukan pekerjaan yang sangat salah, Abraham juga melakukan kesalahan, Ishak tidak terlalu berguna, Yakub sangat licik, tetapi mereka semua diberkati Allah. Sebab itu masalahnya bukan salah atau benar, masalahnya adalah Allah memberkati atau tidak. Kita yang ada di sini sekarang, mungkin lebih baik daripada Yakub, tetapi kalau tidak diberkati Allah, apa gunanya. Kita harus menjadi orang yang bisa diberkati Allah. Hari depan semua pekerjaan berada dalam berkat Allah, tidak tergantung pada benar salah kita. Kalau Allah memberkati, banyak orang dosa bisa beroleh selamat. Kalau Allah memberkati, banyak orang dapat diutus bagi Tuhan ke tempat yang terpencil. Kalau tidak ada berkat, orang tidak bisa beroleh selamat. Kalau berkat tidak datang, orang tidak bisa terbina. Kalau berkat tidak datang, orang tidak mau mempersembahkan diri. Kalau berkat tidak datang, tidak ada orang yang mau pergi untuk Tuhan. Begitu berkat datang, meskipun perkara itu kelihatannya salah, tetapi masih tidak salah. Ketika Allah memberi berkat, yang kelihatannya salah pun tidak menjadi salah. Dalam berkat Allah, kita tidak akan berbuat salah. Sepertinya kita dengan kesalahan menghalanginya, namun berkat itu tetap tidak terhalang. Allah berkata: Aku mencintai Yakub dan membenci Esau (Rm. 9:13). Allah senang lalu memberkati. Perkara ini sangat serius. Kita sekali-kali jangan mengira berkat adalah satu perkara yang kecil. Berkat adalah jiwa-jiwa yang diselamatkan; berkat adalah persembahan. Kita harus mohon kepada Allah, supaya batin kita tertusuk begitu rupa sehingga tidak bisa tidak memperoleh berkat Allah. Kita harus berharap kepada berkat Allah, jangan membiarkan berkat itu pergi.

Penerapan:
Perkataan, sikap, dan opini kita, bisa membuat berkat Allah berhenti. Ada orang bisa diberkati oleh Allah. Ada orang tidak bisa diberkati oleh Allah. Hal-hal ini jangan membuat kita marah atau iri. Hal-hal ini seharusnya membuat kita dengan hebat menghakimi diri sendiri. Karena kita ingin diberkati oleh Allah, maka kita perlu membatasi banyak perkataan kita, juga perlu banyak membatasi kehidupan kita, sebaliknya belajar tunduk pada pimpinan Allah.

Pokok Doa:
Tuhan, aku mau menjadi orang yang menabur benih dan menyiram. Tetapi apakah aku memperoleh tuaian yang baik atau tidak, itu tergantung kepada berkat-Mu, karena Engkaulah yang menumbuhkan.

No comments: