Hitstat

21 November 2006

Kejadian Volume 8 - Minggu 4 Rabu

Ishak Memberkati Yakub
Kejadian 27:27
“Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: ‘Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.’”

Kejadian 27:27-29 mengatakan, “Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: ‘Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.’” Ishak ingin memberkati Esau, tetapi dia mencampuradukkan berkat Allah dengan selera alamiahnya (Kej. 27:4). Sekarang, Ishak memberkati Yakub, tetapi dia memberkati secara buta, baik secara jasmani (Kej. 27:1), dan secara rohani, karena dia telah dibutakan oleh selera alamiahnya. Ini menunjukkan bahwa Ishak tidak memiliki cukup banyak kematangan dalam hayat. Namun Ishak memberkati anak-anaknya oleh iman, dan Allah menghormati berkatnya dan berkat ini kemudian menjadi suatu nubuat (Ibr. 11:20).
Sikap Esau yang memandang ringan hak kesulungannya (Kej. 25:34), kemahiran Ribka dalam pilih kasihnya, dan kebutaan Ishak dalam memberkati anaknya, turut bekerja untuk kebaikan Yakub, supaya Allah secara berdaulat dapat menggenapkan tujuan pemilihan-Nya (bd. Rm. 8:28-30). Jadi, segala sesuatu itu berada di bawah pengaturan Allah, dan bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ribka Menderita Kerugian Akibat Perkataannya
Kej. 27:31, 33, 41, 46

Setelah Ishak memberkati Yakub, kemudian datanglah Esau dengan daging buruan masakannya sendiri dan memberikannya kepada Ishak, ayahnya (Kej. 27:31). Setelah mengetahui bahwa yang datang kemudian adalah Esau, terkejut Ishak dan berkata, “Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati” (Kej. 27:33). Menyadari bahwa semua berkat telah diberikan ayahnya kepada Yakub, adiknya, Esau menangis dengan suara keras.
Karena kasih yang berat sebelah di dalam keluarga ini, Esau membenci Yakub serta hendak membunuhnya. Kejadian 27:41 mengatakan, “Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: ‘Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.’” Mendengar hal ini, Ribka segera memberi tahu Yakub supaya melarikan diri ke rumah pamannya, Laban dan tinggal bersamanya untuk beberapa saat, sampai kemarahan dan kegeraman Esau surut.
Tetapi Ribka melaporkan cerita yang lain kepada Ishak (Kej. 27:46). Dia berkata, “Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?” (Kej. 27:46). Ribka menceritakan hal yang sama dalam dua cara yang berbeda. Banyakn istri yang pandai berbuat hal yang sama, yaitu menceritakan satu hal dalam dua cara. Ribka mendustai Ishak dengan cerita yang benar. Ia berniat menyuruh Yakub pergi untuk melindungi dia dari Esau. Tetapi dia tidak mengatakan demikian kepada Ishak. Sebaliknya, dia mengatakan bahwa dia telah jemu dengan menantu-menantu kafirnya dan dia tidak menginginkan Yakub mempersunting istri yang seperti ini. Ia menyarankan Ishak agar menyuruh Yakub pergi memungut seorang istri dari suku bangsa mereka sendiri. Menurut minatnya, ini merupakan sebuah dusta; menurut perkataannya, ini memang hal yang benar. Justru inilah yang kemudian menjadi penyebab penderitaannya. Dusta selalu berakhir pada kesulitan dan penderitaan, bukan hanya di atas diri kita tetapi juga dapat menyebabkan kekacauan yang besar atas diri orang lain. Kita perlu berhati-hati dalam berbicara, karena begitu perkataan itu keluar dari bibir, sudah tidak dapat ditarik kembali. Kita seharusnya bertobat atas banyak perkataan yang kurang tepat yang telah keluar dari mulut kita, karena perkataan-perkataan itu tidak akan menghasilkan buah yang baik.

Penerapan:
Tutur kata manusia adalah suatu hal yang sangat besar dan penting dalam kehidupan manusia. Apa yang terkandung dan memenuhi hati manusia akan diucapkan dari mulutnya. Oleh sebab itu, setelah kita percaya Tuhan haruslah kita dari semula belajar bagaimana menjadi manusia, bagaimana bertutur kata dengan benar dan menanggulangi dusta. Jika tutur kata kita ada penyakitnya, pasti akan timbul kesulitan.

Pokok Doa:
Tuhan, aku mau menguduskan mulutku sebagai senjata kebenaran bagi kemuliaan nama-Mu. Biarlah mulutku menjadi sumber yang mengalirkan perkataan sehat yang membangun orang lain di dalam kasih dan kebenaran.

No comments: