Hitstat

10 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 1 Jumat

Membaptis Orang di Sungai Yordan
Matius 3:5-6
Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.

Suatu kali, seorang pemuka agama di India berkata kepada seorang misionaris asing, “Saya yakin bila saya dapat membimbing orang menjadi baik dan melakukan apa yang benar, sehingga mereka dapat meninggalkan semua kebiasaan buruk, Allah akan berkenan dan menerima saya masuk surga.” Misionaris itu menjawab, “Itulah yang ada di pikiran kebanyakan orang hari ini. Anda tentu tahu tanaman kaktus. Anda mungkin dapat memangkas ratusan duri dari kaktus itu, tetapi apakah dengan demikian ia akan berganti menjadi tanaman lain? Tentu tidak. Katakanlah Anda dapat membuang satu atau beberapa kebiasaan buruk Anda, Anda akan tetap sama seperti tanaman kaktus tadi. Anda memerlukan hayat yang baru, menjadi manusia yang baru, demikian baru dapat diperkenan Allah. Dan... hanya Kristus yang dapat memberikan kepada Anda hati yang baru.”
Jawaban misionaris itu sangat jelas dan alkitabiah. Hayat yang baru adalah keperluan paling mendasar bagi orang berdosa. Karena setiap bagian dari diri kita telah diresapi oleh maut (Ef. 2:1), maka kita harus menerima hayat Allah. Cara untuk beroleh selamat tidak tergantung pada perbaikan, sebab orang yang sudah mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa tak mungkin diperbaiki. Satu-satunya cara adalah manusia lama kita perlu diakhiri dan menerima hayat kekal Allah. Inilah makna yang tersirat dari ministri Yohanes Pembaptis. Aspek pertama dari ministri Yohanes ialah membaptis orang dalam air. Baptisan Yohanes tidak hanya mengakhiri manusia lama, tetapi juga mengantar kita kepada Kristus agar memperoleh hayat yang baru - hayat Allah. Dibaptis ke dalam air berarti manusia lama kita dimasukkan ke dalam air kematian dan dikuburkan di sana, sedangkan keluar dari air berarti dibangkitkan dari kematian dan beroleh hayat Allah. Inilah jalan penyelamatan Allah yang sesungguhnya.

Mat. 3:5-9; Yos. 4:1-18; Kis. 5:17; 23:8; 26:5

Matius 3:7 kemudian mencatat, “Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?’” Orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki ialah pemimpin-pemimpin umat Israel. Farisi adalah sekte agama yang paling ketat di antara orang-orang Yahudi (Kis. 26:5). Sekte ini dibentuk kurang lebih 200 SM. Mereka membanggakan keagamaan, pengabdian kepada Allah dan pengetahuan Alkitab mereka yang sangat tinggi. Sebenarnya, mereka sudah merosot ke dalam kepura-puraan dan kemunafikan (Mat. 23:2-33). Saduki adalah sekte lain dalam agama Yahudi (Kis. 5:17). Pengikut sekte ini tidak percaya kepada kebangkitan, malaikat-malaikat, ataupun roh-roh (Kis. 23:8). Ketika mereka datang kepada Yohanes Pembaptis, dengan nada menolak Yohanes menyebut mereka keturunan ular berbisa. Yohanes mengatakan perkataan ini justru kepada orang-orang Yahudi, bangsa yang terpilih. Umat Israel menganggap orang bukan Yahudi seperti anjing dan diri mereka sebagai umat yang kudus. Tetapi ketika pemimpin-pemimpin umat kudus ini datang kepada Yohanes, ia menyebut mereka keturunan ular berbisa. Di pandangan Allah, umat Israel, keturunan Abraham, orang yang terpanggil itu, telah menjadi begitu jahat.
Yohanes juga memberi tahu orang-orang Farisi dan Saduki agar jangan berbangga karena Abraham adalah bapa mereka, sebab Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu (Mat. 3:9). Dalam prinsip yang sama, jangan mengira karena kita berasal dari keluarga Kristen maka kita otomatis memiliki jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Karunia keselamatan Allah tidak diwariskan melalui kelahiran. Zaman telah berubah. Mewarisi karunia keselamatan bukanlah masalah kelahiran alamiah, melainkan kelahiran kedua, yakni kelahiran kembali dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Sekalipun kita, dipandang dari aspek hayat, adalah batu-batu mati, dan dipandang dari aspek kedosaan, penuh dengan dosa dan aktif dalam dosa, namun melalui kelahiran kembali, Allah telah menjadikan kita anak-anak-Nya yang hidup. Haleluya!

Doa:
Ya Tuhan, aku bersyukur atas kedudukanku yang sejati di dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Engkau, aku telah mengalami kelahiran baru, permulaan baru, di mana semua hal yang usang, hal yang negatif - dosa, daging, ego, manusia lama, hayat alamaiah, Iblis, maut - telah diakhiri. Tuhan, bimbinglah aku agar semuanya ini bukan menjadi teori bagiku, tetapi menjadi pengalamanku.

No comments: