Hitstat

30 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 4 Kamis

Menjadi Penjala Manusia
Matius 4:19-20
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.

Ketika kita membaca bagian firman ini, mungkin kita tidak memahami mengapa nelayan-nelayan ini tiba-tiba mengikuti orang Nazaret yang berkata, “Ikutlah Aku.” Di tepi Laut Galilea, Tuhan menemui Andreas dan Petrus untuk kali kedua. Mereka tertarik oleh Tuhan sebagai terang yang besar yang bersinar dalam kegelapan maut, kemudian mengikuti Dia untuk mendirikan Kerajaan Surga dalam terang hayat. Ketika Petrus dan Andreas dipanggil oleh Tuhan, mereka sedang menebarkan jala ke laut. Tuhan memanggil mereka untuk mengikuti-Nya dan menjadikan mereka penjala manusia.
Kata Yunani untuk “menjala” adalah zogreo, yang terdiri atas zoos, hidup dan agreuo, menangkap; jadi artinya, menangkap hidup-hidup, menangkap tawanan perang hidup-hidup, bukan membunuhnya. Para nelayan biasanya menangkap ikan untuk mematikannya. Tetapi Petrus dipanggil Tuhan untuk menjadi penjala manusia (Mat. 4:19) supaya mereka mendapatkan hayat (Kis. 2:38; 11:15). Setelah Tuhan selesai berkata-kata, mereka pun segera meninggalkan jala mereka, dan mengikuti Raja Kerajaan Surga untuk menjadi penjala manusia. Akhirnya, Petrus menjadi penjala besar pertama untuk mendirikan Kerajaan Surga pada hari Pentakosta (Kis. 2:37-42; 4:4).
Sebagai umat Kerajaan Surga, kita pun adalah penjala manusia. Tetapi bagaimanakah caranya menjadi penjala manusia? Masyarakat hari ini adalah seperti lautan yang luas yang penuh dengan ikan. Paulus menasihati Timotius, “Beritakanlah firman; siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (2 Tim. 4:2a). Menjala manusia berarti memberitakan firman Allah yang hidup, yang adalah perwujudan Kristus. Kita harus belajar menjala manusia dengan membicarakan Kristus kepada orang. Demikian kita menjadi penjala-penjala manusia, yang membawa manusia kepada Kristus untuk mendapatkan hayat.

Mat. 4:19-20; Kis. 2:38; 11:15; 2 Tim. 4:2

Sebagai murid-murid yang dipanggil Tuhan untuk menjadi penjala manusia, kita tidak seharusnya pilih-pilih waktu; sebaliknya perlu memegang setiap kesempatan yang ada. Dalam hal memegang kesempatan untuk menjala manusia, D.L. Moody merupakan teladan yang baik bagi kita. Pada suatu kali ketika ia sudah di tempat pembaringan dan hendak tidur, tiba-tiba ia teringat bahwa pada hari itu ia belum memberitakan Injil. Ia segera bangun, mengenakan pakaian, pergi keluar mencari orang untuk memberitakan Injil kepadanya. Karena waktu sudah larut malam, ia tidak menemukan seorangpun berlalu lalang di jalan. Kemudian dia pergi ke suatu tempat, dan melihat seorang polisi yang sedang berpatroli. Ia menghampirinya serta berkata, “Tuan, Anda harus percaya kepada Yesus, jika tidak percaya kepada Yesus, Anda akan masuk neraka.” Mendengar perkataan ini, polisi itu marah-marah. Tetapi keesokan harinya, dia mencari Moody, dan Moody dengan teliti memberitakan Injil kepadanya. Akhirnya polisi itu menjadi percaya.
Selain perlu memegang kesempatan, kitapun perlu menjala manusia menurut bimbingan Roh Kudus. Ketika Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida dari Etiopia, ia berada di bawah bimbingan Roh Kudus. Siapa yang harus kita temui, apa yang harus kita katakan, semuanya perlu mengikuti bimbingan Roh Kudus. Dalam kesempatan lain, D.L. Moody memberitakan Injil di suatu tempat. Setelah usai, ada orang datang kepadanya. Moody menuruti bimbingan Tuhan, bertanya kepada orang itu, “Damaikah Anda?” Orang itu agak jengkel, lalu menjawab, “Damai!” Moody berkata, ”Allahku berfirman: Orang jahat tidak mungkin memiliki damai!” Orang itu pun pulang. Roh Kudus menggunakan perkataan yang diucapkan oleh Moody itu untuk bekerja di dalam diri orang itu. Semakin memikirkannya semakin ia tidak ada damai. Keesokan harinya dia segera mencari Moody dan berkata, “Tuan Moody, kemarin saya berkata kepada Anda, saya merasa damai, itu adalah kesombongan. Setelah pulang, saya benar-benar merasakan di dalam saya tidak ada damai.” Lalu Moody memperkenalkan Tuhan dan karunia keselamatan-Nya kepada orang itu, dan orang itu pun beroleh selamat.

Doa:
Tuhan Yesus, jadikanlah aku penjala manusia. Aku mau setiap hari meluangkan waktu untuk berdoa syafaat bagi jiwa yang belum diselamatkan. Karena itu, mohon Kautaruh jiwa-jiwa yang terhilang itu ke dalam hatiku untuk kubawa ke hadapan Allah melalui doa. Semoga Engkau senang mendengarkan setiap permintaanku dan mau mengabulkan doaku.

No comments: