Hitstat

15 May 2007

Matius Volume 2 - Minggu 2 Rabu

Dibaptis untuk Menggenapkan Seluruh Kebenaran
Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Matius 3:14-15 mengatakan, “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya, ‘Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, namun Engkau yang datang kepadaku?’ Lalu jawab Yesus, kata-Nya kepadanya, ‘Biarlah hal itu terjadi sekarang, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak (kebenaran) Allah.’ Dan Yohanes pun menuruti-Nya.” Yohanes tidak mengerti dengan jelas mengapa ia harus membaptis Yesus; dia mengira seharusnya dialah yang dibaptis oleh Yesus. Sekalipun ia telah dijenuhi oleh Roh Kudus lebih dari tiga puluh tahun, ia masih memiliki konsepsi alamiah. Tuhan Yesus datang kepada Yohanes, bukan sebagai Allah, melainkan sebagai manusia biasa, sebagai orang Israel sejati. Karena itu, Ia harus dibaptis untuk memenuhi permintaan Allah pada zaman ini. Jika tidak, Dia tidak akan benar terhadap Allah.
Pada zaman Yohanes Pembaptis, Allah menentukan pembaptisan sebagai jalan. Setiap orang yang ingin memasuki Kerajaan Surga harus melewati pintu baptisan Yohanes Pembaptis. Bahkan Yesus Kristus sendiri pun tidak terkecuali. Ia harus melalui pintu baptisan ini. Jika tidak, Ia kurang bersyarat untuk memulai ministri-Nya. Karena itu, setelah Tuhan memberikan jawaban kepada Yohanes, ia mengerti lalu membaptiskan Dia (Mat. 3:15).
Dibaptis ialah dibenarkan dalam pandangan Allah. Pengakhiran dan permulaan hayat baru manusia kita merupakan kebenaran di hadapan Allah. Orang yang telah dibaptis dengan sendirinya menjadi benar terhadap Allah. Jika kita ingin benar terhadap Allah, kita harus dibaptis. Pengakhiran dan permulaan hayat baru ialah kebenaran yang paling tinggi. Tuhan Yesus, sebagai Raja Kerajaan Surga telah mendahului kita untuk diakhiri. Dengan demikian, Ia menggenapkan kebenaran dalam pandangan Allah.

Mat. 3:14-15

Pentingnya baptisan terlihat atas perkara Tuhan Yesus yang juga perlu dibaptis. Meskipun Dia adalah Anak Allah yang datang menjadi Juruselamat kita, tetapi karena Dia menjadi seorang manusia, Dia harus melaksanakan ketentuan Allah terhadap manusia. Sebagai manusia, Ia berbuat demikian adalah “sepatutnya”, supaya inkarnasi-Nya sesuai dengan prosedur Allah. Sebab itu, di hadapan Allah Ia “menggenapkan seluruh kehendak Allah”. Kalau Tuhan sendiri, sewaktu berinkarnasi menjadi manusia, perlu dibaptis, perlu menggenapkan seluruh kehendak Allah, apa lagi kita. Kalau baptisan merupakan kehendak yang harus digenapi oleh Tuhan yang datang menjadi manusia, maka kita harus menyadari pentingnya perkara baptisan dan hidup dalam realitas baptisan! Baptisan adalah perkara masuk ke dalam “rencana Allah”. Bila seseorang menolak baptisan, berarti ia menolak maksud atau rencana Allah. Ini sungguh perkara yang serius.
Tuhan dibaptis tidak hanya untuk menggenapkan kebenaran menurut ketetapan Allah, bahkan Dia membiarkan diri-Nya ditaruh dalam kematian dan kebangkitan agar Ia dapat melayani, bukan secara alamiah, melainkan di dalam kebangkitan. Melalui baptisan, Ia hidup dan melayani dalam kebangkitan bahkan sebelum kematian dan kebangkitan-Nya yang baru akan terjadi tiga setengah tahun kemudian. Dalam pandangan Allah dan menurut pengertian Tuhan, Ia telah dimatikan tiga setengah tahun sebelum penyaliban-Nya. Sebelum Ia memulai ministri-Nya, Ia telah dimatikan dan dibangkitkan melalui baptisan. Jadi, Ia tidak melayani secara alamiah. Ministrinya mutlak dalam hayat kebangkitan-Nya. Dengan demikian, Ia memasuki pintu kebenaran dan menempuh jalan kebenaran. Pelayanan-Nya menjadi benar di hadapan Allah.
Setiap pelayan Tuhan harus benar. Membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, atau memimpin orang, harus benar. Jika tidak, niscaya tidak bisa melayani. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin dapat memberi bantuan yang sesungguhnya kepada orang lain, tidak mungkin bisa melayani gereja, bahkan ia tidak bernilai di tangan Tuhan.

Doa:
Tuhan Yesus, aku ingin menempuh kehidupan yang tidak berdosa, hidup yang benar di hadapan-Mu, suatu kehidupan yang tanpa ragi, tanpa dosa, sehingga aku layak mewarisi Kerajaan yang akan datang. Bimbinglah aku hari ini untuk mengalami realitas baptisan, di mana aku yang lama benar-benar diakhiri sehingga hayat-Mu menjadi nyata dalam hidupku.

No comments: