Hitstat

02 August 2007

Matius Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Perihal Mengampuni dan Diampuni
Matius 6:14-15
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.

Mengampuni berarti melupakan dan membebaskan. Orang Kristen mudah gagal dalam hal mengampuni orang lain. Kalau di antara anak-anak Allah terdapat sikap yang tidak mau mengampuni, semua pelajaran, iman, dan kuasa akan bocor. Semua anak-anak Allah memerlukan perkataan yang sederhana ini. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga.” Menerima pengampunan Bapa sangatlah mudah. Namun, “Jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Kita harus dapat mengampuni kesalahan orang lain dari dalam hati kita. Kalau kita mengampuni orang lain hanya dengan mulut, tetapi tidak mengampuni dalam hati, dalam pandangan Bapa itu bukanlah pengampunan. Pengampunan yang hanya di mulut adalah kosong dan menipu, dan tidak terhitung di hadapan Bapa. Charles H. Spurgeon pernah berkhotbah perihal mengampuni orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa orang Kristen pun sulit mengampuni orang lain. Kita mengira telah mengampuni seseorang, tetapi pengampunan kita itu dapat dibandingkan dengan menguburkan seekor anjing mati dengan membiarkan ekornya kelihatan. Kita mungkin berkata, “Dia telah bersalah kepadaku, tetapi aku telah mengampuni dia.” Inilah yang dimaksud dengan memperlihatkan “ekor anjing” itu.
Jika kita benar-benar telah mengampuni seseorang, kita harus juga melupakan kesalahannya. Begitu kita mengampuni seseorang dalam satu perkara, kita tidak boleh menyinggungnya lagi. Setiap kali kita menyinggung satu kesalahan yang sebenarnya telah kita diampuni, itu berarti kita belum membebaskan orang yang bersalah kepada kita, belum terhitung mengampuni. Mengampuni berarti melupakan, selamanya tidak akan membicarakannya lagi.

Mat. 6:14-15; 18:23-35

Sebagaimana murid-murid waktu itu memerlukan perkataan Tuhan tentang mengampuni kesalahan orang lain, kita juga hari ini memerlukan perkataan yang sama. Kalau orang Kristen tidak dapat didamaikan dan kalau mereka tidak mengampuni kesalahan orang lain dari dalam hati mereka, maka gereja akan menghadapi masalah. Kalau kita tidak hidup di dalam kehidupan gereja, kalau kita masing-masing ingin menempuh cara kita sendiri, kita tidak perlu mengampuni satu sama lain. Tetapi bila kita ingin menempuh kehidupan gereja, memiliki persekutuan yang tepat dengan Tuhan dan kaum beriman lain, kita harus belajar mengampuni.
Tuhan tahu bahwa semakin banyak kita berkomunikasi dan bersekutu satu sama lain, semakin perlu kita mengampuni satu sama lain. Jika kita tidak saling mengampuni, kita mudah memberi tempat kepada Iblis. Jika kita tidak bisa saling mengampuni, kita bukanlah umat kerajaan, dan kita tidak bisa melakukan pekerjaan kerajaan. Tidak ada orang yang tidak mau mengampuni bisa berada dalam pekerjaan kerajaan, dan tidak ada orang yang tidak mau mengampuni bisa menjadi orang yang berada dalam kerajaan. Bila di antara kita dengan saudara dan saudari timbul masalah, berarti kita bermasalah dengan Tuhan. Kita tidak bisa berdoa kepada Tuhan di satu pihak, dan tetap tidak mau mengampuni di pihak lain. Saudara saudari, ini bukanlah perkara yang sepele. Kita harus memperhatikan apa yang diperhatikan Tuhan. Kita harus sekuatnya berusaha mengampuni kesalahan orang lain.
Jika seseorang telah diampuni, tetapi tidak mau mengampuni orang lain; telah menerima belas kasihan, tetapi ia tidak mau mengasihani orang lain, maka orang itu adalah orang yang paling jahat di mata Allah. Tidak ada perbuatan yang lebih buruk daripada perbuatan ini. Kita harus menyadari bagaimana Tuhan memperlakukan kita, kita pun harus demikian memperlakukan orang lain. Kalau orang yang menerima kasih karunia menolak memberikan kasih karunia, itu suatu perbuatan yang tidak selayaknya. Orang yang berhutang tetapi menagih hutang; perbuatan itu tidak dibenarkan Allah. Orang yang berhutang mengingat-ingat hutang orang lain, perbuatan demikian dibenci Allah (Mat. 18:23-35).

Doa:
Ya Bapa, pengampunan-Mu itu sempurna dan tuntas sehingga Engkau melupakan semua kesalahanku. Namun aku mengakui, dalam hal mengampuni sesamaku, seringkali tidak tuntas, tidak bisa sepenuhnya melupakan. Bapa, hari ini aku bertobat, aku mau melupakan semua kesalahan sesamaku sebagaimana Engkau telah melupakan semua kesalahanku.

No comments: