Hitstat

09 August 2007

Matius Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Masuk Melalui Pintu yang Sempit
Matius 7:13-14b
Masuklah melalui pintu yang sempit, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;karena sempitah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan.

Biasanya orang berjalan lebih dahulu, lalu setelah menempuh jarak tertentu, barulah masuk melalui pintu. Tetapi dalam Matius 7:13-14, Tuhan tidak mengatakan demikian. Tuhan mengatakan bahwa kita harus masuk melalui pintu terlebih dahulu, baru kemudian berjalan. Orang Kristen terlebih dulu masuk melalui pintu yang sempit, setelah itu barulah mereka dapat berjalan pada jalan yang sesak.
Apakah artinya masuk melalui pintu yang sempit? Melewati pintu yang sempit berarti melewati suatu pos, yakni pos pertobatan dan iman, yang olehnya kita bisa menghampiri Allah (Ef. 2:13). Pintu ini kemudian membawa kita berjalan pada jalan yang sesak. Apakah jalan yang sesak itu? Jalan yang sesak adalah jalan di mana kita dapat senantiasa bersekutu dengan Allah. Tanpa melalui pintu yang sempit itu (pos pertobatan dan iman), tidak mungkin seseorang dapat menempuh jalan yang sesak, yakni hidup dalam persekutuan dengan Allah (Ibr. 10:19, 22).
Bagaimanakah agar kita dapat mengalami pintu yang sempit dan jalan yang sesak? Caranya adalah dengan menghentikan upaya perbaikan diri (Rm. 7:25), sebaliknya dengan iman menerima khasiat dari karya penebusan Kristus yang telah memuaskan tuntutan Allah di dalam diri kita. Iman yang demikian akan memimpin kita ke jalan yang sesak, yakni berjalan dalam ketaatan kepada Roh itu (Rm. 8:4). Hari ini, jalan seperti apakah yang tengah kita tempuh? Mungkin kita menyukai jalan yang lebar, jalan di mana kita dapat dengan bebas melakukan apa pun yang kita senangi. Ketahuilah, jalan yang lebar demikian adalah jalan pemberontakan terhadap Roh Kudus, jalan yang menuju kebinasaan (1 Kor. 3:15). Karena itu marilah kita belajar melakukan kehendak Bapa di dalam ketaatan, karena akhir dari jalan ini menuju kepada kehidupan.

Mat. 7:13-14; Ef. 2:13; Ibr. 10:19, 22; Rm. 7:25; 8:4

Siapakah yang dapat masuk melalui pintu yang sempit dan berjalan di atas jalan yang sempit? Hanya umat kerajaan yang miskin dalam roh, yang berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, berbelaskasihan, murni hatinya, suka berdamai dengan semua orang, rela dianiaya demi kebenaran, dan mau dicela karena Kristus. Hanya orang-orang yang demikianlah yang dapat masuk melalui pintu yang sempit dan berjalan di atas jalan yang sesak.
Jalan yang sesak adalah jalan yang penuh dengan pembatasan, penuh dengan pengendalian Roh Kudus. Jika kita ingin mengikuti Yesus, Sang Raja, kita harus belajar menerima pembatasan. Sewaktu Yesus hidup di bumi ini, Ia selalu menerima pembatasan, yaitu dibatasi oleh tubuh jasmani-Nya, dibatasi oleh keluarga-Nya, dibatasi oleh orang-orang di sekeliling-Nya. la selalu menerima pembatasan, baik oleh ruang maupun waktu. la terbatasi oleh segala-galanya. Jika kita ingin menempuh jalan yang sesak sebagaimana Yesus, kita pun harus menerima pembatasan. Jika kita mengikuti jejak-Nya, kita akan kehilangan kebebasan dan keleluasaan. O, alangkah bahagianya jika kita dapat menerima segala pembatasan demi Yesus!
Untuk menerima pembatasan Roh Kudus dalam setiap aspek hidup kita, diperlukan kekuatan yang besar. Misalnya, untuk bersabar dalam situasi yang tengah membangkitkan amarah kita, sungguh membutuhkan kekuatan yang besar. Kita memerlukan kekuatan surgawi, yakni kuat kuasa kebangkitan Kristus yang terkandung dalam Roh itu. Begitu kita menikmati Roh itu melalui menyeru nama-Nya, ajaib sekali, amarah kita langsung menguap. Bersamaan dengan itu, kesabaran pun datang meneduhkan batin kita. Ini bukan teori, tetapi penerapan praktis dari kuat kuasa kebangkitan Kristus melalui Roh itu. Inilah jalan terbaik untuk menerima segala jenis pembatasan.
Khususnya orang-orang muda, perlu belajar menempuh jalan yang sesak, perlu menerima pembatasan. Dalam pergaulan dengan teman-teman kita, dalam hubungan kita dengan lawan jenis, dalam berperilaku dan tutur kata, semuanya perlu pembatasan. Jalan ini memang sesak, tetapi menyelamatkan kita.

Doa:
Ya Tuhan Yesus, berikanlah aku kekuatan rohani untuk belajar hidup dalam pembatasan Roh Kudus, belajar melakukan kehendak Bapa di dalam ketaatan kepada Roh itu, berjalan mengikuti jejak-Mu di bumi. Tuhan, sadarkanlah tatkala aku mulai menapaki jalan yang lebar, yang menuntun aku ke dalam kebinasaan. Berikan aku kesadaran rohani atas jalan yang kutempuh.

No comments: