Hitstat

30 August 2007

Matius Volume 5 - Minggu 1 Jumat

Mengakui Tuhan di Depan Manusia
Matius 10:32-33
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

Ada beberapa sebab mengapa seorang Kristen tidak berani mengakui bahwa ia sudah percaya Tuhan dan menjadi milik Tuhan. Pertama, mereka beralasan bahwa tidak perlu mengaku dengan mulut, cukup dengan perbuatan baik. Ini adalah pemikiran yang salah, yang harus kita betulkan. Kita tidak mengatakan bahwa perubahan perbuatan (tingkah laku) itu tidak perlu. Tetapi jika perbuatan kita sudah berubah, namun mulut tidak mengaku, itu juga tidak berguna. Perubahan tingkah laku, sekali-kali tidak bisa menggantikan pengakuan mulut kita. Walaupun setelah percaya, perbuatan sudah berubah, tetap masih perlu mengakui Dia dengan mulut.
Kedua, ada juga orang yang berpendapat, “Jika aku mengaku dengan mulut, tetapi kemudian aku tidak awet menjadi orang Kristen, bukankah akan ditertawakan orang? Bila kemudian hari aku sudah stabil, barulah aku mengaku.” Jika kita ingin menunggu perbuatan kita baik dulu baru membuka mulut, maka seumur hidup, kita tidak akan dapat membuka mulut, kita akan membisu seumur hidup. Ketiga, ada orang tidak berani mengaku, alasannya: ia takut kepada orang. Bagi orang yang demikian, dengarkanlah firman Tuhan, “Takut kepada orang mendatangkan jerat” (Amsal 29:25). Ketakutan adalah jerat kita.
Keempat, ada orang tidak mau mengaku disebabkan karena malu. Ia merasakan menjadi orang Kristen itu memalu­kan. Kita harus mengenyah­kan perasaan ini. Ketika Tuhan menanggung dosa kita di kayu salib, sesungguhnya Dia telah menerima “rasa malu” yang sangat besar. Rasa malu yang kita terima hari ini sangat kecil bila dibandingkan dengan rasa malu yang Tuhan terima di salib. Terakhir, ada pula orang Kristen yang tidak mau mengakui Tuhan disebabkan mereka tamak akan kemuliaan dari manusia, melebihi kemuliaan dari Allah. Mereka mau Kristus, juga mau kemuliaan manusia. Orang yang demikian pasti tidak mutlak.

Mat. 10:37-38; Yoh. 5:30; 2 Kor. 1:4

Ketika sejumlah orang memutuskan untuk mengikuti Raja Surgawi, beberapa orang di dalam keluarga mereka mungkin telah dihasut oleh Iblis untuk melawan mereka, bahkan membunuh mereka. Matius 10:36 mengatakan bahwa, “... dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”. Ada sebuah kisah di mana seorang saudara dianiaya oleh istrinya yang tidak beriman. Orang ini mempunyai pekerjaan yang sangat baik di kantor pajak, dan ia sangat kaya. Setelah ia dibawa ke hadapan Tuhan, istrinya mulai menganiaya dia. Pada suatu malam, saudara ini mengundang beberapa pelayan Tuhan ke rumahnya untuk bersantap malam. Biasanya, kalau suaminya mengundang teman kantornya bersantap malam, istrinya sangat gembira dan menyediakan makanan yang terbaik. Tetapi kini sebagai seorang yang beriman, suaminya mengundang beberapa pelayan Tuhan ke rumah mereka. Mengetahui hal ini, istrinya sengaja tidak masak. Sebaliknya, ia sengaja menyajikan makanan sisa yang dingin di atas meja. Saudara itu hanya bisa menatap para tamunya dengan cucuran air mata.
Kita harus menyadari bahwa aniaya bisa saja berasal dari keluarga kita sendiri. Karena itu Raja Surgawi berkata, “Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:37). Kasih kita terhadap Tuhan harus mutlak. Kita tidak seharusnya mengasihi sesuatu melebihi diri-Nya. Dia meminta kita memikul salib dan mengikuti Dia, mengambil kehendak Allah dengan mengesampingkan diri sendiri. Hal ini menuntut kita mengasihi Dia melebihi apapun.
Kristus disalib karena melakukan kehendak Bapa (26:39, 42). Karena kita bersatu dengan Dia, maka Dia menghendaki kita memikul salib kita dan mengikuti Dia. Ini menuntut kita mengesampingkan diri sendiri dan mencurahkan kasih kita yang terutama kepada Dia agar kita layak di hadapan-Nya. Jika kita mengasihi Dia dengan mutlak dan mengizinkan jiwa kita kehilangan kenikmatannya pada zaman ini karena mengikuti Raja dalam meluaskan Injil-Nya, jiwa kita akan mendapat kenikmatan pada zaman kerajaan yang akan datang, yaitu mengambil bagian atas sukacita Raja dalam memerintah atas bumi (Mat. 10:38-39; 25:21, 23).

Doa:
Tuhan Yesus,banyak hal dari manusia lamaku perlu diakhiri oleh kuasa salib sehingga aku layak mengikuti Engkau. Bawalah aku mengalami pengakhiran salib atas tutur kataku, atas pikiranku, dan atas semua tindakanku, sehingga Engkau dimuliakan dan diperbesar melaluiku. Tuhan, murnikan motivasi hatiku dengan salib-Mu, agar aku hanya mencari perkenan-Mu.

No comments: