Hitstat

10 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Selasa

Harus Mengenakan Pakaian Pesta
Matius 22:11-12a
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: “Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?”

Setelah hamba-hamba yang diutus raja itu pergi dan mengumpulkan semua orang yang mereka jumpai di jalan-jalan, maka penuhlah perjamuan kawin itu dengan tamu (Mat. 22:10). Bagaimanakah perlakuan raja terhadap tamu-tamu itu? Raja itu tidak langsung menyajikan hidangan, melainkan lebih dulu memeriksa tamu-tamunya satu per satu. Ini menegaskan bahwa setelah kita diselamatkan melalui menerima Injil, kita masih harus menghadapi penghakiman Allah (2 Kor. 5:10). Matius 22:11-13 mengatakan, “Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
Seorang yang tidak berpakaian pesta ini pasti adalah seorang yang telah beroleh selamat. Asalkan kita telah menjawab panggilan Allah, kita telah diselamatkan. Dalam Efesus 4:1 Paulus menunjukkan bahwa kita sebagai orang-orang yang telah beroleh selamat adalah orang-orang yang terpanggil. Kita telah dipanggil untuk diselamatkan. Sekalipun kita telah dipanggil dan diselamatkan, namun mungkin saja kita belum mengenakan pakaian pesta.
Pakaian pesta ini melambangkan kebenaran yang unggul dari kaum beriman pemenang (Mzm. 45:15; Why. 19:8; Mat. 5:20). Orang yang tidak berpakaian pesta mewakili kaum beriman yang tidak memperhidupkan Kristus sebagai kebenaran subyektifnya (Flp. 3:9). Akibatnya mereka tidak dapat berbagian dalam perjamuan kawin Anak Domba (Why. 19:7-9). Biarlah perkataan ini menjadi peringatan bagi kita untuk belajar memperhidupkan Kristus sebagai kebenaran subyektif kita sehari-hari (Flp. 1:20-21; Gal. 2:20).

Mat. 22:10-14; 2 Kor. 5:10; Ef. 4:1; Flp. 3:9; Rm. 3:26

Pakaian pesta melambangkan bersyaratnya kita berbagian dalam perjamuan kawin. Menurut Wahyu 19, mereka yang diundang ke perjamuan kawin berpakaian lenan halus putih. Lenan halus putih dalam Wahyu 19 ialah pakaian pesta dalam Matius 22. Lenan halus putih melambangkan kebenaran yang unggul. Kebenaran yang unggul inilah yang membuat kita bersyarat masuk ke dalam manifestasi Kerajaan Surga pada zaman yang akan datang. Pada prinsipnya setiap orang Kristen mempunyai dua jubah (Rm. 3:26; Mzm.45:14-15). Kita semua telah memiliki jubah yang pertama, jubah yang membuat kita bersyarat untuk diselamatkan. Jubah ini ialah Kristus yang obyektif yang kita terima sebagai kebenaran kita di hadapan Allah. Tetapi setelah menerima Kistus kita perlu memperhidupkan Dia. Kita perlu hidup oleh Kristus sehingga Kristus dapat menjadi kebenaran kita yang subyektif. Inilah jubah yang kedua, yakni pakaian dari lenan halus atau pakaian pesta yang menyebabkan kita bersyarat berbagian dalam perjamuan kawin.
Kita perlu membuang pikiran yang menganggap bahwa karena kita berada di bawah anugerah Tuhan, maka Tuhan tidak akan bertindak keras terhadap kita. Sebaliknya, Tuhan akan masuk ke dalam perjamuan dan mengeluarkan setiap orang yang tidak berpakaian pesta. Kita telah menerima Kristus sebagai kebenaran kita untuk dibenarkan di depan Allah. Tetapi apakah kita hidup oleh Kristus? Dari hari ke hari kita perlu hidup oleh Kristus dan memperhidupkan Kristus. Ini bukan masalah perbuatan, melainkan dengan siapa dan bagaimana kita hidup. Kita perlu berbicara berdasarkan Kristus dan bahkan kemarahan kita pun harus menurut Kristus. Ketika kita mau marah-marah, kita harus mempertimbangkan apakah kita marah-marah berdasarkan Kristus. Inilah kehidupan orang Kristen yang tepat berdasarkan Kristus.
Dalam Matius 22:14 Tuhan menyimpulkan, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Dipanggil adalah menerima keselamatan (Rm. 1:7; 1 Kor. 1:2; Ef. 4:1), sedangkan dipilih adalah menerima pahala. Semua orang beriman telah dipanggil, tetapi sedikit yang akan dipilih untuk menerima pahala. Hanya para pemenang, kaum yang terpilih, akan menerima pahala dan bersyarat untuk berbagian dalam perjamuan kawin Anak Domba.

Doa:
Tuhan, kiranya anugerah yang Kau berikan tidak menjadi sia-sia di atas diriku. Aku mau agar anugerah ini membuat aku lebih giat mengasihi Engkau dan berjerih lelah bagi-Mu. Tanpa Kristus sebagai kebenaranku, semua akan menjadi sia-sia. Tuhan, aku mau ketika aku hidup di Zaman ini sungguh-sunguh mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Mu.

No comments: