Hitstat

09 December 2007

Matius Volume 8 - Minggu 1 Senin

Dipanggil untuk Menghadiri Perjamuan Kawin
Matius 22:1-3a
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang...”

Pernahkah Anda diundang untuk menghadiri suatu pesta pernikahan? Bagaimanakah reaksi Anda ketika menerima sehelai kartu undangan pernikahan? Pesta pernikahan adalah saat dimana semua orang biasanya bersukacita, baik kedua mempelai yang melangsungkan pernikahan, keluarga kedua mempelai, maupun segenap undangan yang hadir. Dalam Matius 22:1-14, Tuhan mengungkapkan perihal Kerajaan Surga dengan perumpamaan seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Raja dalam perumpamaan ini adalah Allah, sedangkan anaknya mengacu kepada Kristus.
Dalam perumpamaan sebelumnya, Kerajaan Surga digambarkan seperti kebun anggur. Dalam kebun anggur, yang ditekankan adalah perkara berjerih lelah, bekerja di bawah terik matahari (Mat. 20:1-16; 21:28-41). Tetapi dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin, Kerajaan Surga adalah perkara kenikmatan di bawah kasih karunia. Bahkan ketika kita sedang berjerih lelah di ladang Tuhan, kita sebenarnya sedang menikmati kasih karunia. Kita bukan berjerih lelah, melainkan menikmati.
Matius 22:3 mengatakan, “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.” Ketika kita memberitakan Injil, sesungguhnya kita adalah hamba-hamba yang diutus Allah untuk menyampaikan undangan surgawi. Siapakah yang harus kita undang? Semua orang! Allah kita menghendaki semua orang diselamatkan (1 Tim. 2:4), artinya Dia bermaksud mengundang semua orang untuk datang. Perjamuan ini tidak terbatas untuk 300 atau 500 orang, melainkan semua orang! Kasih karunia Allah tidak terbatas. Karena itu kita wajib memberitakan Injil kepada setiap orang, mengundang orang sebanyak-banyaknya untuk menikmati kasih karunia keselamatan yang telah Allah sediakan bagi semua orang yang percaya.

Mat. 22:1-9; 1 Tim. 2:4; Kis. 13:46; Rm. 11:11

Allah tidak hanya satu kali menyuruh hamba-hamba-Nya mengundang orang-orang ke perjamuan kawin, tetapi berkali-kali. Pertama-tama Allah mengutus para rasul sebermula untuk mengundang umat Israel agar bertobat, berpaling dari hukum Taurat kepada kasih karunia yang Allah sediakan dalam Kristus, tetapi sebagian besar orang menolak undangan itu. Apakah Allah berhenti? Tidak! Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain untuk menyampaikan pesannya kepada orang-orang yang diundang itu agar mereka datang ke perjamuan kawin itu (Mat. 22:4). Inilah hati Allah. Selama 2000 tahun ini, walau sering ditolak, Allah melalui hamba-hamba-Nya terus memanggil orang untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menikmati kasih karunia. Adakah kita ketekunan dan kesabaran yang demikian dalam menyampaikan undangan Allah kepada teman-teman kita?
Walau para rasul telah dengan setia menyampaikan pesan Allah kepada umat Israel, mereka yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka (Mat. 22:5-7). Nubuat ini akhirnya digenapi pada tahun 70 M, ketika pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus menghancurkan dan membakar kota Yerusalem.
Setelah penghancuran Yerusalem, Allah berpaling dari orang Yahudi kepada dunia kafir. Matius 22:8-9 mengatakan, “Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Karena itu, pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.” Karena orang Yahudi menolak Injil, maka mereka tidak layak menikmati Perjanjian Baru (Kis. 13:46). Sebab itu, pemberitaan Perjanjian Baru beralih kepada orang kafir (Kis. 13:46; Rm. 11:11) yang dilambangkan dengan persimpangan-persimpangan jalan. Walaupun ada penentangan dan penolakan, selama berabad-abad, pemberitaan Injil di dunia kafir telah berhasil membawa banyak orang ke dalam kenikmatan atas kasih karunia Perjanjian Baru.

Doa:
Tuhan, terima kasih karena aku sudah berbagian di dalam perjamuan kawin yang telah Engkau sediakan. Tuhan, setiap hari aku menerima Engkau sebagai kebenaranku yang subyektif. Penuhi hari-hariku dengan pengalaman yang intim dan personal dengan Engkau hingga ketika aku bertemu dengan diri-Mu aku dilayakkan masuk ke dalam perjamuan ini.

No comments: