Hitstat

15 June 2009

Yohanes Volume 3 - Minggu 2 Selasa

Makanan yang Bertahan Sampai Hidup yang Kekal
Yohanes 6:35
Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Ayat Bacaan: Yoh. 6:34-35; 53-58; Kej. 2:9; 1 Kor. 10:3

Kita tidak hanya memerlukan makanan untuk tubuh dan jiwa, tetapi terlebih memerlukan makanan bagi roh kita. Dalam Yohanes 6:33 Tuhan mengatakan bahwa roti yang dari Allah memberi hidup kepada dunia. Mendengar hal itu, orang banyak berkata kepada-Nya, “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa” (Yoh. 6:34). Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35).
Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah roti yang turun dari surga untuk kita makan (Yoh. 6:32, 53-54, 56-58). Dalam pasal yang sama, Tuhan dua kali berkata, “Akulah roti hidup” (ay. 35, 48). Roti hidup adalah suplai hayat dalam bentuk makanan, seperti pohon hayat (Kej. 2:9) yang juga adalah suplai hayat “yang baik untuk dimakan”. Makanan yang kita makan pada akhirnya akan berbaur dengan diri kita. Bila kita makan Dia sebagai roti hidup, kita akan hidup oleh Dia. Paulus juga berbicara tentang makan makanan rohani dalam surat-surat rasulinya. Dalam Satu Korintus 10:3 Paulus berkata, “Mereka semua makan makanan rohani yang sama.”
Pencatatan mengenai makan makanan rohani dalam Alkitab adalah suatu indikasi dan pernyataan yang kuat bahwa Allah bermaksud untuk menyalurkan diri-Nya ke dalam diri kita dengan sarana hayat, dan dengan cara makan. Allah adalah hayat bagi kita, dan cara kita menerima Dia sebagai hayat adalah makan Dia. Allah adalah makanan kita, dan kita harus makan Dia. Allah bukan hanya makanan kita, Dia bahkan adalah perjamuan kita.
Agama Kristen hanya menyuruh orang-orang percaya Yesus, mencintai Tuhan, mengikuti Kristus, melayani Kristus ... namun kehilangan satu sasaran utamanya. Mereka tidak tahu bahwa kesemuanya itu justru untuk menerima Tuhan masuk ke dalam manusia menjadi hayat manusia. Semua yang di depan hanyalah satu prosedur, sedang tujuannya ialah makan Kristus. Makan Tuhan, baru bisa menerima Allah ke dalam kita, menjadi isi kita. Bukan saja mengerti, jelas, mengenal Tuhan, mencintai-Nya, percaya kepada-Nya, mengikuti-Nya, menyembah-Nya, lebih-lebih harus pula memakan Dia.

No comments: