Hitstat

05 September 2009

Yohanes Volume 6 - Minggu 2 Minggu

Dukacita Menjadi Sukacita
Yohanes 16:20
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Ayat Bacaan: Yoh. 16:20-21; Gal. 4:19

Dalam Yohanes 16:20, Tuhan memberitahu murid-murid-Nya bahwa Dia akan dibunuh dan dunia akan bergembira, tetapi murid-murid akan berdukacita. Kemudian Tuhan menggambarkan dukacita murid-murid itu seperti seorang perempuan berdukacita pada saat melahirkan. Tetapi, sesudah melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya karena kegembiraannya bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
Dalam ayat ini yang dimaksud dengan perempuan adalah para murid, sedangkan anak yang dilahirkan adalah Kristus, dan kelahiran di sini adalah kebangkitan. Pada waktu Tuhan mengatakan demikian, Dia masih di tengah-tengah mereka, seperti seorang anak yang terkandung dalam rahim ibunya, menunggu dilahirkan sebagai seorang bayi. Penganiayaan yang ditanggung oleh kaum beriman dianggap sebagai sakit bersalin oleh Tuhan Yesus. Sakit bersalin ini mulai dari waktu kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Sejak hari Pentakosta, sakit bersalin ini belum berhenti dialami oleh pengikut Tuhan. Sampai sekarang pun kita juga mengalami sakit bersalin ini.
Ketika kita memberitakan Injil kepada orang, mungkin banyak orang yang menolak, menghina, meremehkan kita. Lalu bagaimana sikap kita? Apakah kita menyerah begitu saja dan tidak mau menginjil lagi? Kita tidak seharusnya memiliki sikap yang demikian. Betapa lucunya jika seorang ibu yang akan melahirkan seorang anak, namun karena takut, lalu melarikan diri dari rumah sakit bersalin. Seorang ibu pasti sudah siap dengan semua sakit yang akan dialami. Rasa sakit itu memang ada, namun sakit itu akan tergantikan dengan sukacita, sebab seorang anak telah dilahirkan.
Demikian juga kita hari ini, ketika kita dapat membawa orang-orang dosa datang kepada Allah, maka hal yang kita dapatkan adalah sukacita. Kita tidak akan mengingat lagi kesukaran apa yang telah kita hadapi, kita tidak lagi ingat penolakan mereka, yang kita ingat adalah kita telah memperoleh seorang bayi rohani yang baru dilahirkan. Sukacita ini adalah sebagai pencicipan dari sukacita kita yang sesungguhnya. Kelak merekalah yang akan menjadi mahkota sukacita kita dan yang menyambut kita di kemah abadi.

No comments: