Hitstat

29 September 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Kegagalan hayat alamiah: Petrus menyangkal Tuhan
Yohanes 18:25
Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: “Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?” Ia menyangkalnya, katanya: “Bukan.”

Ayat bacaan: Yoh. 18:12-27; Mat. 26:69:75

Tuhan diuji oleh orang Yahudi menurut hukum Allah di dalam agama mereka. Pengujian merupakan suatu perkara yang sangat tidak menyenangkan. Tuhan pun merasakan sengsara menghadapi penyangkalan seorang murid yang paling dekat dengan-Nya (Yoh. 18:17-18, 25-27). Sewaktu Dia sedang diperiksa, Petrus menyangkal-Nya tiga kali. Penyangkalan Petrus terhadap Tuhan merupakan suatu penyingkapan.
Di bawah kedaulatan Allah, keadaan sekeliling tidak membiarkan Petrus pergi sampai ia dicobai habis-habisan, sehingga ia menyadari bahwa ia sama sekali tak dapat diandalkan dan tidak berani lagi mempercayai dirinya sendiri. Dalam penyangkalan pertama, Petrus hanya berkata-kata, dalam penyangkalan yang kedua kali, ia menjawab dengan sumpah, dan dalam penyangkalan yang ketiga kali, ia mengutuk dan bersumpah. Setelah menyangkal Tuhan ketiga kalinya ia mendengar ayam berkokok, Petrus ingat perkataan Tuhan dan ia pergi keluar, menangis dengan sedihnya (Mat. 26:69-75). Ketika Tuhan sedang menderita aniaya dan hukuman yang tidak adil, Petrus malah menyangkal-Nya. Dengan menyangkal Dia, Petrus telah tersingkap sejelas-jelasnya, bahwa alamiahnya tidak dapat diandalkan.
Kisah ini bukan sekedar cerita tentang Petrus, sebab kisah ini mewahyukan bahwa hayat alamiah kita semuanya juga demikian. Kita semua sama seperti Petrus, kita jangan coba-coba menempuh jalan yang sempit ke dalam kerajaan namun dengan hayat alamiah kita. Ujian akan datang dan akan menyingkapkan kita seluruhnya. Cepat atau lambat, kita semua yang berada pada jalan sempit menuju kerajaan juga akan menghadapi ujian yang sama. Puji Tuhan bahwa masih ada jalan pertobatan dan pengakuan yang mendatangkan pengampunan Tuhan serta kunjungan-Nya lebih lanjut. Bagi kerajaan kita wajib memiliki hayat lain dan persona lain. Hanya setelah kita melalui semua ujian dan telah menderita semua kegagalan serta kekalahan, barulah kita mengetahui kebutuhan kita akan hayat lain, yakni hayat Tuhan dan diri Tuhan sendiri. Inilah tujuan kematian Kristus. Hayat inilah yang memampukan kita melampaui segala ujian yang ada.

No comments: