Hitstat

13 April 2012

2 Korintus - Minggu 29 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 13:11-13


Dalam alinea sebelumnya kita telah memakai hypostases. Kata ini adalah bentuk ungkapan dari bahasa Yunani. Kata ini tersusun dari dua kata Yunani: hupo, kata depan yang berarti di bawah, dan stasis, kata yang berarti penunjang atau penyangga. Kata Yunani hypostasis dipakai dalam 2 Korintus 9:4 dan 11:17. Kata ini berarti pekerjaan dasar yang di atasnya didirikan bangunan; karena itu, ini adalah pondasi, kedudukan; jadi mengandung arti keyakinan seperti dalam 2 Korintus 9:4 dan 11:17. Jika kita memiliki dasar pekerjaan yang tepat atau penunjang di bawah yang tepat, maka kita dapat memiliki keyakinan.

Beberapa kamus menghubungkan kata hypostasis ini dengan tiga Persona Trinitas. Kata hypostasis itu bukan berarti persona. Tetapi para ahli teologi telah memakainya untuk menyebut tiga Persona dari Ke-Allahan, yaitu Bapa, Putra, dan Roh. Sebenarnya, Bapa, Putra, dan Roh itu adalah tiga hypostasis, yakni, substansi penunjang Ke-Allahan. Dengan kata lain, Ke-Allahan itu tersusun dari substansi-substansi yang menopang dari Bapa, Putra, dan Roh. Ini berarti jika tiga hypostasis ini diambil, maka Ke-Allahan itu akan kehilangan substansinya.

Dua Korintus 13:13 adalah bukti yang kuat bahwa Trinitas Ke-Allahan bukanlah teologi sistematis untuk pemahaman doktrin tetapi untuk penyaluran Allah sendiri dalam ketrinitasan-Nya ke dalam umat pilihan dan tebusan-Nya. Dalam Alkitab, ketrinitasan ilahi tidak pernah diwahyukan sekadar sebagai doktrin, tetapi selalu diwahyukan atau disinggung berkaitan dengan hubungan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya, terutama dengan manusia yang diciptakan oleh-Nya, dan lebih khusus lagi dengan umat-Nya yang dipilih dan ditebus. Sebutan ilahi pertama yang digunakan dalam wahyu ilahi, yaitu Elohim dalam bahasa Ibrani (berbentuk jamak), suatu sebutan yang digunakan berkaitan dengan ciptaan Allah (Kej. 1:1), menyiratkan bahwa Allah ini, Pencipta langit dan bumi bagi manusia, adalah tritunggal. Mengenai ciptaan Allah terhadap manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, Dia menggunakan kata ganti jamak "Kita", yang mengacu kepada ketrinitasan-Nya (Kej. 1:26) dan menyiratkan bahwa Dia akan bersatu dengan manusia, bahkan mengekspresikan diri-Nya melalui manusia dalam ketrinitasan-Nya. Dalam Kejadian 3:22, 11:7, dan Yesaya 6:8, ketika Dia menyinggung hubungan-Nya dengan manusia dan dengan umat pilihan-Nya, berulang-ulang Dia menyebut diri-Nya sendiri sebagai "Kita".

Untuk menebus manusia yang jatuh agar Ia tetap dapat memiliki kedudukan untuk bersatu dengan manusia, Dia berinkarnasi (Yoh. 1:1, 14) di dalam Putra dan melalui Roh (Luk. 1:31-35) menjadi manusia, dan menempuh hidup insani di bumi, juga di dalam Putra (Luk. 2:49) dan oleh Roh (Luk. 4:1; Mat. 12:28). Pada awal ministri-Nya di bumi, Bapa mengurapi Putra dengan Roh (Mat. 3:16-17; Luk. 4:18) supaya Dia dapat mencapai manusia dan membawa manusia kembali kepada-Nya. Sebelum disalibkan dalam daging dan bangkit menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45), Dia menyingkapkan misteri ketrinitasan-Nya kepada murid-murid-Nya dalam kata-kata yang jelas (Yoh. 14-17), menyatakan bahwa Roh ada di dalam Bapa, Bapa ada di dalam Putra (Yoh. 14:9-11), Roh adalah perwujudan Putra (Yoh. 14:16-20), bahwa ketiganya, secara berkesinambungan serentak ada dan saling huni, tinggal bersama kaum beriman bagi kenikmatan mereka (Yoh. 14:23; 17:21-23); juga mengatakan semua yang Bapa miliki adalah milik Putra dan semua yang Putra miliki diterima oleh Roh untuk dinyatakan kepada kaum beriman (Yoh. 16:13-15). Trinitas ini seluruhnya berhubungan dengan penyaluran Allah yang telah melalui proses ke dalam kaum beriman-Nya (Yoh. 14:17, 20; 15:4-5) supaya mereka boleh menjadi satu di dalam dan dengan Allah Tritunggal (Yoh. 17:21-23).


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 59

No comments: