Hitstat

23 November 2012

Efesus - Minggu 9 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 1:4, 13, 18


Berita ini merupakan kesimpulan dari pasal 1. Dalam pasal ini ada tujuh perkara penting dan menentukan yang memerlukan faktor utama yang sama untuk penggenapannya: pemilihan Allah agar kita menjadi kudus tan-pa cacat cela (ayat 4), penentuan Allah agar kita menjadi putra-putra-Nya (ayat 5), pemeteraian Roh Kudus agar kita tertebus sepenuhnya (ayat 13-14); pengharapan panggilan Allah; kemuliaan warisan Allah di antara orang-orang kudus (ayat 18); kuat kuasa Allah yang memungkinkan kita mengambil bagian dalam pencapaian Kristus (ayat 19-22) dan Tubuh, yaitu kepenuhan Kristus yang memenuhi segala sesuatu (ayat 23). Semua perkara ini telah dirampungkan oleh Allah Tritunggal dan disalurkan ke dalam kita serta telah digarapkan ke dalam diri kita. Hasil penyaluran ilahi yang sedemikian ke dalam sifat insani kita adalah kepenuhan-Nya yang memenuhi semua di dalam segala sesuatu dan menjadi pujian kemuliaan-Nya yang terekspresi. Pada hakekatnya, pasal 1 adalah wahyu tentang ekonomi ajaib dan unggul dari Allah yang dimulai dari pemilihan-Nya atas kita dalam kekekalan sampai dihasilkannya Tubuh Kristus untuk mengekspresikan diri-Nya sendiri sampai selama-lamanya.

Sebelum dunia dijadikan, Allah telah memilih kita, “supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (ayat 4). Bagaimana kita dapat menjadi kudus? Apakah melalui mengikuti ajaran-ajaran yang disebut kekudusan atas masalah pakaian, tata rias, tata rambut, dan sebagainya? Tidak! Kekudusan adalah sifat Allah, dan menjadi kudus berarti memiliki sifat ilahi yang digarapkan ke dalam kita. Tanpa sifat Allah di dalam kita, mustahillah kita menjadi kudus. Untuk menjadi kudus, kita perlu diresapi oleh sifat kudus Allah.

Menjadi kudus mencakup sesuatu yang lebih dalam daripada pemisahan. Ada beberapa guru Kristen mengatakan bahwa menjadi kudus berarti dipisahkan; mereka membantah konsepsi kekudusan sebagai kesempurnaan tanpa dosa. Tuhan Yesus mengatakan bahwa emas dikuduskan oleh bait (Mat. 23:17). Ada beberapa guru memakai ayat itu sebagai ilustrasi untuk membuktikan pengudusan adalah masalah pemisahan, bukan masalah kesempurnaan tanpa dosa. Itu benar, tetapi itu hanya mencakup pengudusan aspek posisi, belum menjamah aspek wataknya, yang diwahyukan dalam Roma 6. Ketika Allah tersalur ke dalam kita dan digarapkan ke dalam diri kita dan kita diresapi oleh-Nya, maka watak kita akan dikuduskan. Dengan jalan inilah kita dikuduskan. Terakhir, Yerusalem Baru akan menjadi satu kota yang kudus. Ini tidak saja berarti dipisahkan dari setiap perkara yang umum, tetapi juga dijenuhi oleh Allah seluruhnya. Fakta bahwa kita telah dipilih oleh Allah Bapa agar menjadi kudus menunjukkan bahwa Allah hendak masuk ke dalam diri kita dan memenuhinya dengan sifat kudus-Nya. Tanpa sifat kudus-Nya digarapkan ke dalam kita, mustahillah kita menjadi kudus.

Ayat 5 mengatakan Allah Bapa telah menentukan kita untuk menjadi anak-anak-Nya. Bila hayat Bapa tidak masuk ke dalam kita, mana mungkin kita menjadi putraputra-Nya? Mustahil! Keputraan menuntut dijenuhinya kita oleh hayat Bapa. Kita bukan menantu atau anak angkat-Nya; kita adalah anak-anak Allah yang mempunyai hayat dan sifat Allah. Karena kita telah dilahirkan dari Allah dan Allah telah terlahir di dalam kita, kita memiliki Allah di dalam kita. Hal ini menyiratkan bahwa Allah Bapa sedang menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Satu-satunya jalan yang memungkinkan kita menjadi putra-putra Allah ialah membiarkan Dia menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita dan kemudian menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam kita. Haleluya, kita adalah putra-putra Allah yang dilahirkan dari Dia!


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 1, Berita 19

No comments: