Hitstat

22 June 2015

Ibrani - Minggu 5 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:10; Yoh. 17:22; 1 Kor. 2:7


Kemuliaan Allah adalah sesuatu yang paling sulit dije­laskan dan dipahami oleh siapa pun. Dalam doa‑Nya kepada Bapa, Tuhan Yesus berkata, "Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada‑Ku." (Yoh. 17:22). Kemuliaan apakah itu? Yaitu kemuliaan yang akan kita masuki di bawah pimpinan Pemimpin kita. Itulah kemuliaan yang sudah diberikan‑Nya kepada kita.

Kitab Perjanjian Baru menerangkan bahwa kita telah dipanggil untuk memasuki kemuliaan, sedang kemuliaan itu dirancang menurut hikmat Allah dalam kekekalan yang lampau. Satu Korintus 2:7 mengatakan bahwa dalam keke­kalan lampau, Allah telah menyediakan kemuliaan bagi kita untuk kita masuki. Satu Tesalonika 2:12 dan 1 Petrus 5:10 mengatakan bahwa kita telah dipanggil untuk mema­suki kemuliaan. Kolose 3:4 mengatakan apabila Kristus menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri ber­sama dengan Dia di dalam kemuliaan.

Kita boleh mengibaratkan hal kemuliaan ini dengan se­kuntum bunga anyelir. Benih anyelir itu kecil sekali. Kalau Anda tanam ke dalam tanah, ia akan bertumbuh dan akhir­nya mencapai tahap berbunga. Ketika anyelir berbunga, itulah saat ia dipermuliakan. Tetapi dari tahap benih hing­ga tahap bunga, perlu melalui proses yang panjang. Dalam proses itu, ia, harus mengalami banyak peperangan. Andai­kata Anda adalah benih anyelir itu, Anda tentu dapat me­ngisahkan berapa banyak peperangan yang harus Anda alami. Pertama‑tama, anyelir itu harus berperang melawan dirinya sendiri, karena unsur hayat yang di dalam benih harus berperang melawan kulit luarnya, dan setelah men­dobraknya barulah bisa bersemi. Kemudian ia harus berpe­rang melawan tanah di sekitarnya. Sebenarnya tanah mem­bantu anyelir bertumbuh, karena itu dapat kita sebut tanah pertumbuhan. Namun tanah itu juga merupakan suatu penghambat bagi anyelir. Tanaman memang membutuhkan tanah, karena tanah membantunya bertumbuh, namun ta­nah juga merupakan penghambat bagi pertumbuhannya. Maka anyelir harus pula berperang melawan tanah. Ter­akhir, setelah ia mengalami banyak peperangan, akhirnya barulah anyelir tiba pada tahap berbunga. Itulah kemuliaan anyelir. Berbunga adalah kemuliaan anyelir.

Masing‑masing kita tanpa terkecuali adalah seperti se­butir benih anyelir. Melalui kelahiran kembali, hayat kemuliaan telah masuk ke dalam kita. Kini dalam kita terdapat sebutir benih kemuliaan; hayat yang kita miliki inilah ha­yat kemuliaan sebagai benih dalam batin kita dan inilah Kristus yang menjadi harapan mulia di dalam kita. (Kol. 1:27). Kemuliaan bukan sekadar sinar atau terang yang gemerlap di udara, itu terlampau obyektif. Kalau kemuliaan hanya semacam cahaya di luar saja, itu akan merupakan kehampaan dengan corak lain lagi. Namun kemuliaan yang dimaksud dalam Alkitab bukanlah yang lahiriah. Kemuliaan yang diwahyukan Alkitab tidak lain ialah berbunga­nya unsur ilahi di dalam batin kita. Pada suatu hari, unsur ilahi Allah ini akan berbunga di dalam kita. Apakah Anda merasa bingung bila saya mengatakan kemuliaan yang akan kita masuki bukan hanya sesuatu yang obyektif, me­lainkan berbunganya unsur ilahi dari dalam kita? Jika de­mikian, itu membuktikan Anda tetap berpegang pada dok­trin usang, setidaknya pada suatu tahap seperti itu. Jika demikian, Anda perlu menyeberang sungai.

Ketika kita, dilahirkan kembali, unsur hayat masuk ke dalam kita. Unsur hayat ini bukan hal yang kecil, ini un­sur ilahi Allah. Segala apa, adanya Allah terkandung dalam unsur hayat yang masuk ke dalam kita itu. Oh, betapa perlunya kita semua mengenal peristiwa yang terjadi pada diri kita, pada saat kita dilahirkan kembali! Unsur ilahi Allah telah masuk ke dalam kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 9

No comments: