Hitstat

01 June 2015

Ibrani - Minggu 2 Senin



Pembacaan Alkitab: Ibr. 1:3; Yoh. 1:18


Allah itu rahasia. Ia sepenuhnya merupakan rahasia. Tetapi rahasia ini telah terwahyukan melalui pembicaraan Allah. Tanpa pembicaraan Allah, Allah akan selamanya tidak dikenal. Namun kini Allah bukan lagi rahasia. Dia bukan lagi sebuah rahasia, melainkan sebuah kisah. Kisah Allah ini mutlak terletak pada hal berbicara. Allah mempunyai suatu sejarah, dan sejarah‑Nya ini adalah sejarah berbicara. Kita dapat mengutarakan kisah Allah, sebab kisah Allah adalah sebuah perkara berbicara yang terus‑menerus, sejarah berbicara.

Meskipun Allah pernah berbicara melalui berbagai macam orang : yang bermartabat tinggi, yang berkelas rendah; yang berpendidikan, yang tidak berpendidikan; raja, gembala; namun masih saja tidak cukup pembicaraan‑Nya. Tidak peduli berapa banyak orang itu telah dipakai untuk berbicara bagi Allah, pembicaraan mereka belumlah cukup sempurna. Allah perlu berfirman sendiri secara langsung. Karena itu, Ia datang di dalam persona Putra. Ibrani 1:2 mengatakan bahwa Ia telah berbicara kepada kita "di da­lam" (Tl.) Putra‑Nya. Pada zaman dulu Allah berbicara melalui (dengan perantaraan) nabi‑nabi, kini Ia berbicara di dalam Putra‑Nya. Putra berbeda dengan nabi‑nabi. Nabi-nabi ialah orang‑orang yang dipakai Allah untuk berbicara bagi‑Nya, namun Putra justru Allah sendiri yang berbicara. Ayat 2 mengatakan bahwa Allah berbicara di dalam Putra-Nya, sedang ayat 8 memberi tahu kita bahwa Putra adalah Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah berbicara di dalam diri‑Nya sendiri. Kalau hanya membaca ayat 2, seolah‑olah Allah dengan Putra itu dua persona, sebab di situ dikata­kan, "Allah berfirman di dalam Putra." Tetapi dalam ayat 8 terbukti jelas bahwa Putra dan Allah adalah satu, sebab di sana Putra itu disebut "Ya Allah". Mengatakan Allah ber­bicara di dalam Putra berarti Allah berbicara dalam diri-­Nya sendiri.

Putra adalah firman Allah, pembicaraan Allah, ekspre­si Allah, dan definisi Allah. Ketika Putra berbicara, perkataan‑Nya adalah Roh (Yoh. 6:63). Pada akhirnya, ketika berfirman kepada gereja‑gereja, Ia adalah Roh yang berbicara. Pada awal setiap, pucuk surat dari ketujuh surat da­lam Wahyu 2 dan 3, Putra yang berfirman, namun pada akhirnya dikatakan, itu adalah perkataan Roh Kudus kepa­da gereja‑gereja. Allah berfirman di dalam Putra, dan ketika Putra itu berbicara kepada gereja‑gereja, Dialah Roh yang berfirman. Melalui pembicaraan‑Nya, gereja‑gereja menjadi satu dengan‑Nya. Pada akhir Kitab Wahyu, kita nampak bahwa gereja bersatu dengan Roh dan berbicara bersama (Why. 22:17). Allah berfirman di dalam Putra, Putra men­jadi Roh yang berbicara, sedang Roh yang berbicara itu ber­satu dengan gereja dan berbicara bagi Allah. Inilah sejarah pembicaraan Allah, yaitu sebuah sejarah berbicara.

Surat Ibrani ialah surat pembicaraan Allah. Esens dari surat ini ialah Allah berbicara di dalam, Putra. Allah ber­bicara di dalam Putra, dan Putra menjadi Roh yang berbi­cara kepada seluruh gereja, akhirnya, Roh berbicara bersa­ma gereja. Dalam kisah berbicara yang demikian inilah Allah masuk ke dalam manusia, dan manusia dibawa ke dalam Allah. Allah dengan manusia, manusia dengan Allah, lalu menjadi satu. Inilah hidup gereja yang ajaib.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 1, Berita 3

No comments: