Hitstat

08 October 2015

Ibrani - Minggu 20 Kamis



Pembacaan Alkitab: Kel. 30:6


Dalam berita ini kita perlu membahas pengalaman-pengalaman kita atas Kristus yang terlukis pada susunan perabotan kemah. Di pelataran luar terdapat mezbah kurban bakaran dari tembaga dan bejana pembasuhan dari tembaga, kedua benda itu menandakan pengalaman kita atas Kristus di aspek luarnya. Mezbah kurban bakaran tembaga menandakan salib (Kel. 40:29), di sini terutama kita mengalami Kristus sebagai kurban penghapus dosa dan kurban‑kurban lainnya (Ibr. 13:10, 12; 10:12). Melalui salib Kristus kita telah dibenarkan, baik dengan Allah maupun manusia. Sebagai kurban penghapus dosa, Kristus telah membereskan masalah dosa kita; sebagai kurban pendamaian, Ia pun telah mendamaikan kita dengan Allah, juga antar sesama kita. Ini merupakan pengalaman pertama yang kita nikmati di dalam Kristus di aspek luarnya.

Setelah mezbah, ada bejana pembasuhan tembaga yang menandakan pembasuhan Roh Kudus. Dalam perlambangan, tembaga melambangkan penghakiman kebenaran Allah. Pembasuhan Roh Kudus berdasar pada penghakiman yang dialami Kristus karena kita. Walaupun kita telah mengalami Kristus sebagai kurban-kurban persembahan kita, tetapi sebelum kita dapat memasuki hadirat Allah, kita perlu pembasuhan, penyucian Roh Kudus. Sesudah memiliki kedua macam pengalaman di pelataran luar, barulah kita memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kemah.

Ketika kita masuk ke dalam tempat kudus, perabotan pertama yang kita jumpai ialah meja roti sajian (Kel. 40:22-23), yang menandakan Kristus sebagai suplai hayat kita (Yoh. 6:35, 57). Ada dua belas ketul roti di atas meja roti sajian. Angka dua belas menandakan kegenapan dan kesempurnaan yang kekal. Kristus adalah roti kekal kita. Kenikmatan kita atas Kristus secara batiniah di atas meja roti sajian bersifat kekal.

Setelah meja roti sajian ada kaki pelita (Kel. 40:24‑25). Di sini kita mengalami Kristus sebagai pancaran terang hayat (Yoh. 1:4; 8:12). Pengalaman atas kaki pelita menyusul pengalaman atas meja roti sajian, menunjukkan terang hayat berasal dari kenikmatan kita atas Kristus sebagai suplai hayat. Ketika kita menikmati Kristus sebagai makanan hayat, kita pun memiliki terang itu, sebab "hayat itu adalah terang manusia" (Yoh. 1:4). Di atas kaki pelita terdapat tujuh buah pelita. Tujuh juga merupakan angka kegenapan, namun bukan menunjukkan angka kegenapan kekal. Itu adalah angka kegenapan Allah pada tiap periode dalam pergerakan ekonomi Allah. Kita akan memiliki suplai hayat sampai selama‑lamanya, namun tujuan kaki pelita adalah memungkinkan umat Allah tetap dapat bergerak dan bertindak dalam zaman yang gelap. Jadi kaki pelita adalah untuk pergerakan dalam ekonomi Allah. Tanpa pancaran terang ini mustahil kita dapat bergerak atau berbuat apa pun dalam ekonomi Allah.

Perabotan terakhir dalam tempat kudus adalah mezbah ukupan emas. Meja roti sajian terletak di sebelah utara, kaki pelita di sebelah selatan, dan mezbah ukupan di sebelah barat, yakni di antara meja sajian dengan kaki pelita, yang sangat berdekatan dengan tirai (tabir) pemisah. Di mezbah ukupan ini kita bisa mengambil bagian dalam Kristus sebagai ukupan harum yang dipersembahkan kepada Allah, agar kita diperkenan Allah (Ef. 1:6). Kita harus berdoa dalam nama Kristus. Doa kita seperti dupa, sedangkan Kristus ibarat kemenyan harum yang dimasukkan ke dalam dupa. Ketika kita berdoa dalam dan bersama Kristus, Kristus sebagai kemenyan terbaur dengan doa kita dan naik ke hadirat Allah. Ukupan ini menjadi unsur yang memungkinkan diri kita dan doa kita diperkenan Allah. Pengalaman ini lebih dalam, membawa kita kepada pengalaman yang paling dalam, yaitu di dalam tempat maha kudus.

Walaupun mezbah ukupan bukan berada di tempat maha kudus, namun ia mengarahkan dan memimpin kita memasuki tempat maha kudus. Ia berada di tempat kudus, tetapi fungsinya ditujukan untuk tempat maha kudus. Jadi, pengalaman atas mezbah ukupan lebih dalam daripada pengalaman atas meja roti sajian dan kaki pelita.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 40

No comments: