Hitstat

06 October 2015

Ibrani - Minggu 20 Selasa



Pembacaan Alkitab: Ibr. 9:8-11


Kita telah nampak kemah yang pertama, yaitu tempat kudus, menandakan perjanjian yang lama adalah satu lambang (9:1-2, 6, 8-10). Karena tempat kudus merupakan simbol dari perjanjian yang lama, maka ia menandakan bahwa perjanjian yang lama adalah lambang perjanjian yang baru. Jadi, seluruh tempat kudus merupakan satu lambang, satu simbol, bukan realitas.

Sebagai lambang perjanjian yang lama, kemah pertama tidak dapat menyempurnakan mereka yang beribadah (9:9). Karena ia bukan yang rohani dan tanpa hayat, maka ia tidak dapat menyempurnakan mereka yang beribadah kepada Allah melaluinya. Ia menyingkapkan kekurangan para penyembah Allah, tetapi tidak dapat menyempurnakan mereka dengan hal-hal riil yang berasal dari hayat dalam roh.

Dikatakan dalam ayat 8 bahwa pada waktu itu "jalan ke tempat maha kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada" (Tl.). Ketika kemah yang pertama itu masih ada, jalan masuk ke tempat maha kudus belum nyata, ini berarti jalan masuk ke perjanjian yang baru belum terbuka. Namun ketika kita tiba pada 10:19-20, kita nampak satu jalan yang baru dan yang hidup, yang baru saja terbuka untuk menuju ke tempat yang maha kudus, ke dalam perjanjian yang baru. Seperti telah kita lihat, kemah yang pertama, tempat kudus menyimbolkan perjanjian yang lama, dan kemah yang kedua, tempat maha kudus menyimbolkan perjanjian yang baru. Sekarang tirai (tabir) yang menutupi tempat maha kudus telah terkoyak oleh kematian Kristus (Mat. 27:51), yang menyalibkan daging (Ibr. 10:20; Gal. 5:24), dan kini jalan ke tempat maha kudus telah ternyata. Karena itu, kita tidak perlu tetap berada di tempat kudus, yaitu perjanjian yang lama, yang juga adalah jiwa kita, kita harus masuk ke dalam tempat maha kudus, yaitu perjanjian yang baru, yang juga adalah roh kita. Inilah sasaran Kitab Ibrani.

Kemah kedua, tempat maha kudus, menandakan bahwa perjanjian yang baru adalah realitas, bukan suatu lambang (9:3‑5, 7‑8, 10‑12). Sekalipun dalam zaman perjanjian lama, tempat maha kudus bukanlah suatu lambang, melainkan suatu realitas, sebab di sana terdapat kemuliaan, kehadiran, dan pembicaraan Allah. Di sanalah Allah berjumpa dengan umat‑Nya. Namun, dalam zaman perjanjian yang lama tidak semua orang bisa masuk ke tempat maha kudus, karena jalan menuju tempat itu belum terbuka. Tempat kudus merupakan satu lambang. Apakah kaki pelita dan meja yang ada di dalam tempat kudus itu riil? Tidak, semua hanya merupakan gambaran belaka. Tetapi bagaimana dengan kemuliaan dan pembicaraan Allah di tempat maha kudus? Semuanya riil. Walaupun pada zaman perjanjian lama jalan menuju tempat maha kudus belum ternyata, tetapi hari ini jalannya sudah ternyata. Karena itu, jangan lagi kita berhenti di tempat kudus, kita harus maju, masuk ke tempat maha kudus. Bila kita masuk ke dalam tempat maha kudus, kita berada dalam perjanjian yang baru, menikmati semua warisan yang diwasiatkan kepada kita dalam perjanjian yang baru. Warisan ini mencakup kehadiran Allah, pembicaraan Allah, pertemuan dan persekutuan dengan Allah. Ketika kita bersekutu dengan Allah, Ia akan mentransfusikan dan menginfuskan diri‑Nya ke dalam kita. Inilah realitas perjanjian yang baru. Apakah Anda menyadari bahwa hari ini kita berada dalam tempat maha kudus? Sudahkah Anda nampak bahwa kita kini sudah berada di depan tutup pendamaian sambil menikmati penyertaan‑Nya? Haleluya, kita telah menyeberang sungai! Kita telah meninggalkan tempat kudus di seberang sana sungai, dan sekarang berada di tepi yang indah seberang sini, yaitu di tempat maha kudus. Inilah Surat Ibrani.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 39

No comments: