Hitstat

10 October 2015

Ibrani - Minggu 20 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Rm. 8:2


Sesudah tempat kudus ada tempat maha kudus dalam tempat maha kudus kita mengalami Kristus dengan cara yang paling dalam. Pertama, di tabut hukum (Kel. 40:20‑21) kita beroleh bagian dalam Kristus sebagai perwujudan Allah untuk kesaksian Allah (Kol. 2:9; 1br. 1:3a). Karena hukum Taurat itu adalah kesaksian Allah, maka tabut yang di dalamnya berisi hukum Taurat disebut juga tabut kesaksian. Tabut kesaksian adalah lambang Kristus, kesaksian Allah yang sejati, yang adalah perwujudan dan ekspresi segala apa adanya Allah. Di tempat maha kudus, yaitu di bagian paling dalam dari tempat kediaman Allah, kita mengalami Kristus sebagai tabut kesaksian Allah. Di sini kita tidak saja menikmati Kristus sebagai Penebus, suplai hayat, dan terang hayat, juga menikmati‑Nya sebagai perwujudan dan ekspresi segala apa adanya Allah. Di sini kita beroleh bagian dalam unsur ilahi, sifat ilahi, bahkan ekspresi ilahi Allah itu sendiri.

Dalam tabut kesaksian kita menikmati tiga aspek dari Kristus : pertama, kita menikmati‑Nya sebagai manna yang tersembunyi (Kel. 16:33‑34). Manna yang tersembunyi ini ditaruh dalam buli‑buli emas, melambangkan pengalaman kita atas Kristus sebagai suplai hayat di batin kita yang terdalam, jauh lebih dalam daripada pengalaman atas roti sajian di tempat kudus. Itulah manna yang dijanjikan Tuhan kepada para pemenang dalam Wahyu 2:17. Manna terbuka merupakan makanan semua orang di luar tempat kediaman Allah, yakni mereka yang mengembara di padang gurun jiwa, sedangkan manna yang tersembunyi ialah makanan mereka yang tidak lagi mengembara di padang gurun jiwa, melainkan yang hidup di hadirat Allah di dalam roh bagian paling dalam dari tempat kediaman Allah. Untuk menikmati Kristus sebagal suplai kita yang paling dalam, kita perlu mengalahkan semua hambatan yang di luar, menerobos semua rintangan duniawi, daging, dan jiwa, untuk masuk ke dalam tempat maha kudus Allah.

Dalam tabut kesaksian juga ada tongkat yang bertunas, melambangkan pengalaman kita atas Kristus, sebagai diperkenannya kita oleh Allah dalam hayat kebangkitan, untuk kekuasaan dalam ministri yang diamanatkan Allah (Bil. 17:3, 5, 8, 10). Ini juga lebih dalam daripada pengalaman atas Kristus sebagai ukupan yang membuat kita diperkenan Allah. Tongkat Harun yang bertunas melambangkan hayat kebangkitan. Di mana ada hayat kebangkitan, di sana ada kekuasaan. Jadi, tongkat yang bertunas berarti kekuasaan dalam hayat kebangkitan untuk ministri yang Allah berikan kepada kita. Di sini, Kristus yang bangkit dan tersembunyi menjadi kekuasaan pemberian Allah dalam hayat kebangkitan kepada kita, tanpa unsur maut sedikit pun, bahkan dalam kegelapan yang dingin sekalipun tetap bertunas. Untuk hidup gereja hari ini, kita memerlukan pengalaman atas tongkat yang bertunas yang sedemikian ini, yakni Kristus yang telah bangkit dan tersembunyi.

Dalam tabut kesaksian, Kristus juga kita alami sebagai loh hukum, loh kesaksian, kesepuluh perintah, yaitu sebagai hukum hayat batiniah yang mempersaksikan, menerangi, dan mengatur kita (Ibr. 8:10). Hukum hayat batiniah, yang adalah Kristus sebagai kesaksian Allah, adalah kesaksian Allah yang sebenarnya. Ketika hukum hayat batiniah ini menurut sifat ilahi Allah mempersaksikan, menerangi, dan mengatur kita, ia pun menginfuskan sifat dan atribut ilahi ke dalam kita, menyerupakan kita dengan gambar Allah agar kita dapat mengekspresikan dan mewakili Dia. Butir terakhir dalam pengalaman kita atas Kristus ialah tersalurnya sifat ilahi Allah ke dalam diri kita, agar kita sama dengan Allah baik dalam sifat maupun ekspresi‑Nya. Hukum hayat batiniah berfungsi untuk menjenuhi dan meresapi kita dengan menginfuskan ke dalam kita unsur Putra sulung Allah, model standar itu, agar kita menjadi duplikat‑Nya, dan dengan demikian Allah akan beroleh ekspresi korporat diri‑Nya untuk menggenapkan kehendak‑Nya yang kekal. Inilah titik tertinggi dari pengalaman kita atas Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 3, Berita 40

No comments: