Hitstat

27 June 2016

1 Petrus - Minggu 17 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 5:1
Doa Baca: 1 Ptr. 5:1
Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.


Dalam 5:1-4 Petrus berbicara kepada para penatua. Para penatua adalah para penilik gereja, orang-orang yang memegang pemimpin di antara kaum beriman dalam hal-hal rohani (Ibr. 13:17). Terlebih dulu rasul menasihati mereka, mengharapkan supaya mereka mau memelopori menderita bagi Kristus secara terhormat.

Dalam 5:1 Petrus menyebut dirinya sendiri sebagai saksi penderitaan Kristus. Petrus dan rasul-rasul terdahulu adalah saksi-saksi Kristus (Kis. 1:8), bukan hanya sebagai saksi mata yang mempersaksikan apa yang mereka lihat dari penderitaan Kristus (Kis. 5:32; 10:39), tetapi juga sebagai martir yang meneguhkan kesaksian mereka dengan menderita sebagai martir bagi-Nya (Kis. 22:20; 2 Kor. 1:8-9; 4:10-11; 11:23; 1 Kor. 15:31). Ini adalah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (1 Ptr. 4:13), mengambil bagian dalam persekutuan penderitaan-Nya (Flp. 3:10).

Petrus juga berkata dalam 5:1 bahwa dia pertama-tama adalah seorang saksi, seorang martir, orang yang mengambil bagian dalam penderitaan Kristus, kemudian mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya (Rm. 8:17). Kristus sendiri telah menempuh jalan yang sama (1 Ptr. 1:11; Luk. 24:26).

Dalam bahasa Yunani saksi dan martir adalah kata yang sama. Ini menunjukkan bahwa kita perlu memikul kesaksian sebagai saksi, walaupun dengan risiko menjadi martir, mengorbankan nyawa kita. Inilah yang dilakukan Petrus. Pada hari Pentakosta Petrus memberi satu kesaksian yang kuat, mempersaksikan penderitaan Kristus. Dia dengan berani mengatakan kepada orang Yahudi bahwa mereka telah menyalibkan Tuhan Yesus. Akan tetapi, sebelum hari Pentakosta, Petrus tidak berani. Sebaliknya, dia takut. Pada malam Tuhan Yesus dikhianati, Petrus menyangkal bahwa dia adalah salah seorang pengikut-Nya. Di hadapan Tuhan, Petrus menyangkal Tuhan. Sebenarnya, itu bukan Petrus, sebuah batu; itu adalah Simon, sebuah gumpalan tanah liat. Tetapi pada hari Pentakosta, Petrus mempunyai keberanian menegur orang-orang Yahudi karena menyalibkan Tuhan Yesus. Setelah itu, Petrus mulai menderita penganiayaan. Dia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Dia rela menempuh bahaya atas nyawanya demi menjadi saksi bagi Tuhan Yesus.

Sudah pasti, Petrus mengingat firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1 tentang saksi-saksi. Ketika murid-murid bertanya kepada Tuhan tentang pemulihan kerajaan Israel, Dia menjawab, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:7-8). Petrus adalah orang pertama yang menjadi saksi semacam ini. Dia adalah seorang saksi terkemuka, seorang martir, seorang yang mau mengorbankan nyawanya untuk mempersaksikan penderitaan Kristus. Akhirnya, Petrus sendiri dibunuh sebagai martir. Dia mengorbankan nyawanya sebagai bagian dari kesaksiannya bagi Kristus. Inilah penggenapan firman Tuhan kepadanya dalam Yohanes 21:18, perkataan tentang, "bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah" (Yoh. 21:19). Ketika Petrus menulis suratnya yang pertama, dia sudah cukup tua. Ketika dia menulis suratnya yang kedua, dia tahu bahwa waktunya untuk mati martir sudah dekat. Ketika Petrus menulis surat-surat ini, dia mengingat kata-kata nubuat Tuhan mengenai dia. Dalam 5:1 kita melihat bahwa Petrus mempunyai tiga status. Dia adalah seorang rekan penatua, dia adalah seorang saksi penderitaan Kristus, dan dia adalah seorang yang berbagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 2, Berita 32

No comments: