Pembacaan Alkitab: Mat. 20:17-34
Doa baca: “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang.” (Mat. 20:28)
Sangatlah memalukan
berambisi terhadap kedudukan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan. Bagi
kehidupan kerajaan, kita harus membunuh ambisi terhadap kedudukan. Mengenai
masalah ambisi akan kedudukan, dua perkara sudah jelas: pertama, dalam 1
Korintus 12:28 Paulus mencantumkan fungsi penatua setelah fungsi diaken; kedua,
menjadi penatua berarti menjadi budak.
Kemarahan sepuluh orang
murid itu memberi Tuhan kesempatan mewahyukan jalan untuk hidup di dalam
kerajaan: rela melayani orang lain seperti seorang hamba. Ayat 28 mengatakan,
“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Dalam kitab ini, kitab mengenai kerajaan, Tuhan selalu berdiri pada kedudukan
manusia. Meskipun Kerajaan Surga tersusun atas hayat ilahi, tetapi dilaksanakan
di dalam keinsanian.
Tidak seorang pun boleh
melakukan pengontrolan, sebab kita semua berada di bawah tangan Tuhan yang satu
itu dan memiliki satu Roh yang hidup di dalam kita, yang memimpin kita. Namun,
perlu adanya kepengurusan. Misalkan saja
seseorang menyembah berhala dan merasa bebas berbuat demikian. Ini harus disingkirkan.
Jika kita demokratis dan tidak ada kepengurusan, beberapa orang mungkin
menetapkan sidang pada pukul 04.30 pagi, sedangkan yang lain mungkin ingin
bersidang pada waktu-waktu yang sama-sama tidak memadai pada sore hari. Sebab
itu para penatua perlu datang kepada Tuhan dalam doa, bersekutu dengan kaum
beriman, dan menggunakan “hidung” rohani mereka untuk membedakan perasaan kaum
beriman, sehingga mereka dapat menetapkan waktu apa yang terbaik untuk
persidangan. Kemudian para penatua harus membuat keputusan. Ini bukan
pengontrolan melainkan kepengurusan.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Matius, Buku 4, Berita 55
No comments:
Post a Comment