Hitstat

10 September 2005

Wahyu Volume 3 Minggu 1 - Sabtu


Ajaran Bileam (4)

Wahyu 2:14
"Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah."

Di sini, Tuhan khusus menyinggung Bileam. Bileam adalah orang pertama yang memperdagangkan karunia demi Mamon. Perjanjian Baru menyinggung hal ini beberapa kali. Dalam 2 Petrus 2, ia dilukiskan sebagai orang yang loba akan upah yang tidak halal. Kitab Yudas mengatakannya sebagai orang yang berlari-lari mengejar keuntungan dengan lobanya. Cobalah kita bayangkan sejenak, andaikata gereja di Korintus berniat mendatangkan Paulus, mungkinkah sebelumnya mereka menanyakan tentang honorarium yang akan diberikan? Atau mungkinkah gereja di Yerusalem membuat kontrak dengan Petrus, yaitu akan membayar kompensasi sekian dinar per tahunnya? Mungkinkah hal demikian terjadi? Semua pekerja Allah sebenarnya berharap pada pemberian Allah semata. Mereka tidak sepatutnya meminta apa-apa kepada manusia, dan tidak pula menerima uang dari orang kafir (3 Yoh. 7).
Akan tetapi pada masa Konstantin, setiap pekerja Allah telah menerima gaji dari bendahara negara. Hal itu dipraktekkan kira-kira tahun 300 Masehi. Inilah buktinya bahwa ajaran Bileam telah masuk. Ajaran Bileam mutlak bukan yang ditentukan oleh Allah. Andaikata Anda bertanya kepada salah seorang rasul pada masa dulu, "Berapakah honor Anda setiap bulan?" Bukankah ini sebuah lelucon! Namun pada hari ini keadaan yang demikian sudah menjadi terlalu biasa. Kalau kita bisa percaya dan bersandar kepada Allah, jadilah pekerja Allah; tetapi kalau kita tidak beriman untuk bersandar kepada-Nya, lebih baik jangan menjadi pekerja-Nya.

Ajaran Bileam (5)
Why. 2:14; Mat. 27:6.

Pengajaran Bileam ada di mana-mana. Betapa memalukannya bagi nama Tuhan! Jika ini adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan gereja dan menopang orang yang melayani, mengapa tidak membiarkan pekerjaan itu hancur saja? Orang Farisi pada jaman dahulu lebih bijak dari orang Kristen hari ini. Dikatakan, "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persem-bahan, sebab ini uang darah" (Mat. 27:6).
Karena manusia tidak percaya pada kuasa dan kasih Allah, dia menggunakan banyak cara untuk mengisi kekurangan. Tetapi jika Allah benar-benar tidak memiliki kuasa dan kasih, mengapa kita harus membuang-buang tenaga untuk melakukan sesuatu dalam nama-Nya? Jika Allah dapat gagal, mengapa kita tidak membiarkan Dia gagal? Jika Allah dapat gagal, untuk apa kita banyak merencanakan? Jika Dia tidak dapat gagal, bukankah perencanaan hanya menyingkapkan kekurangan iman kita yang besar?
Memang benar bahwa seorang pekerja patut mendapat upahnya (Mat. 10:10; 1Tim. 5:18) dan adalah benar bahwa "mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu" (1 Kor. 9:14). Tetapi siapakah yang menyewa orang yang melayani? Hamba siapakah mereka? Apakah orang Kristen mempersembahkan uang untuk menyewa mereka, ataukah mereka mempersembahkannya untuk Allah? Apakah orang yang melayani itu pekerja Allah, ataukah mereka pekerja dari anggota gereja? Allah tentu dapat memakai umat-Nya untuk memberi uang kepada pekerja-Nya, karena itu, siapa pun yang memberi, harus memiliki sikap yang tepat. Ini bukan perkara gaji bagi orang yang melayani tetapi masalah persembahan kepada Allah. Penerima persembahan pun seharusnya tidak melihat banyaknya pekerjaan yang dia lakukan sebagai dasar untuk jumlah uang yang harus dia terima, dia harus menerima segala sesuatu dari tangan Allah.
Jika hamba Allah tidak dapat percaya kepada Tuhan sepenuhnya, dia tidak perlu melayani Tuhan sepenuh waktu. Sebaiknya dia bekerja untuk mendapat upah dengan jujur. Jika kita tidak dapat bertindak menurut cara Allah, lebih baik kita tidak bertindak sama sekali. Biarkanlah pekerjaan gagal daripada memakai cara manusia untuk menggantikan institusi ilahi.

Penerapan:
Ketika kita mempersembahkan uang, apakah yang ada di dalam hati kita? Dan jika mereka yang menerima persembahan kita, tidak menyenangkan kita, bagaimana perasaan kita? Bersihkah motivasi kita ketika melayani kaum saleh? Apakah kita melayani orang miskin dan orang kaya dengan kualitas pelayanan yang sama?

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kami selalu menginginkan kenyamanan dan kemudahan, padahal hal-hal itu justru memimpin kami kepada kekendoran, juga memimpin kami mengikuti ajaran Bileam. Oh Tuhan Yesus, janganlah bosan membelaskasihi kami agar kami tidak sayang diri kami, agar kami bisa berdiri di pihak-Mu.

No comments: