Hitstat

30 September 2005

Wahyu Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Pakaian Putih
Why. 3:4b-5a
"Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian."

Tentang orang-orang yang tidak mencemarkan pakaiannya, Tuhan berkata bahwa, "mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu" (ay. 4). Putih bukan hanya melambangkan kemurnian, melainkan juga melambangkan diperkenan. Di sini, pakaian putih melambangkan perilaku dan kehidupan yang tidak tercemar oleh maut, yang diperkenan oleh Tuhan. Inilah syarat berjalan dengan Tuhan, terutama dalam kerajaan yang akan datang.
Jika kita membaca konteks Wahyu 2 dan 3, kita akan nampak bahwa setiap kali Tuhan memberikan suatu janji dalam ketujuh surat ini, semuanya selalu dengan tegas ditujukan kepada masa depan kita dalam kerajaan seribu tahun (kerajaan milenium). Setelah kerajaan milenium, masih ada kekekalan. Janji-janji dalam Wahyu 2 dan 3 tidak menentukan nasib kekal kita, binasa atau hidup kekal.
Ini adalah prinsip dasar yang menentukan dalam memahami seluruh janji dalam ketujuh surat ini. Dalam ayat 4 Tuhan berjanji bahwa mereka yang tidak mencemarkan pakaiannya, akan berjalan dengan-Nya dalam pakaian putih. Kapankah hal ini terjadi? Tentu saja, pada hari pernikahan Kristus, yang akan berlangsung selama seribu tahun. Berjalan dengan Tuhan dalam pakaian putih berarti berjalan dengan-Nya selama seribu tahun, dalam kerajaan seribu tahun (kerajaan milenium). Dalam prinsipnya, ini juga harus diterapkan dalam hidup kita hari ini, yaitu selalu berjalan dengan Tuhan.

Dua Pakaian
Luk. 15:22; Why. 3:5; 19:8

Setiap orang beriman memerlukan dua pakaian: yang pertama adalah pakaian pembenaran untuk keselamatan kita, yang melambangkan Kristus sebagai kebenaran obyektif kita.
Dalam Lukas 15, ketika anak yang hilang itu kembali ke rumah, bapanya mengambil sehelai jubah yang terindah yang disediakan baginya. Perkara pertama yang dilakukan ayah itu ialah mengenakan jubah terindah itu kepadanya. Dengan mengenakan jubah itu, anak yang hilang itu dibenarkan di hadapan bapanya. Tadinya, ia telah menjadi seorang pengemis yang kasihan, tidak lagi layak hidup bersama bapanya. Tetapi saat ia mengenakan jubah itu, ia dibenarkan dan diperkenan. Ini berarti ia dibenarkan dalam Kristus dan Kristus menjadi jubah kebenarannya. Jadi, pakaian pembenaran adalah untuk keselamatan.
Namun, di samping ini, kita memerlukan pakaian lain yang membuat kita diperkenan Tuhan. "Kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih" dalam Wahyu 19:8 menunjukkan pakaian yang kedua.
Menurut perlambangan, permaisuri dalam Mazmur 45 juga mempunyai dua macam pakaian, satu untuk keselamatan dan yang lain untuk dikenakan bersama-sama raja dalam pemerintahan-Nya.
Setelah beroleh selamat (memiliki pakaian pertama), kita perlu menjadi matang dan mengalahkan semua gangguan dan halangan. Kita harus berlari dalam jalur perlombaan dan mencapai tujuan. Walaupun sewaktu kita berlari dalam perlombaan, banyak perkara akan menghalangi kita mencapai sasaran, kita harus mengalahkan semua penghalang itu. Ya, kita memang telah beroleh selamat, dibenarkan, dan telah memiliki pakaian pertama, tetapi kita masih harus menjadi matang dan mencapai apa yang telah ditentukan bagi kita. Jika kita berbuat demikian, itu berarti kita sedang mempersiapkan pakaian kedua kita. Kelak, kita akan berjalan bersama Tuhan dalam pakaian putih.
Tetapi, jika kita hidup sembarangan, maka kita akan seperti orang yang diundang ke pesta tetapi tidak mengenakan pakaian pesta (Mat. 22:11-12). Tuhan akan mencampakkan kita ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sana kita akan meratap dan menggertak gigi (Mat. 22:13).

Penerapan:
Jika kita ingin berjalan dengan Tuhan di kerajaan yang akan datang, kita perlu memperhatikan perilaku kita. Jangan biarkan maut mencemari pakaian kita. Karenanya, saat bersidang, gunakan segenap diri kita, berfungsilah dengan baik. Paling tidak pakailah roh dengan sungguh-sungguh.

Pokok Doa:
Oh Tuhan, berilah kami perasaan yang benci terhadap maut sama seperti Engkau membencinya. Kami tidak mau pakaian kami tercemar. Sering kali kami begitu mati tetapi masih merasa baik, bahkan masih bisa mengkritik orang lain. Ampuni kami Tuhan. Ingatkan kami Tuhan, untuk membuka mulut dan hati kami dengan sungguh-sungguh dalam setiap sidang.

No comments: