Hitstat

14 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 2 Sabtu

Dikembalikan di dalam Kebangkitan
Kejadian 22:12
“Lalu Ia berfirman: ’Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.’”

Setelah Ishak dipersembahkan, ia lalu dikembalikan di dalam kebangkitan untuk menggenapi tujuan kekal Allah (Kej. 22:4, 12-13, 16, 18). Setelah dikembalikan di dalam kebangkitan, Ishak menjadilah orang yang lain. Ia bukan lagi Ishak yang alamiah, melainkan Ishak yang dibangkitkan. Ini sangatlah membesarkan hati. Setelah kita mempersembahkan kepada Allah apa yang telah kita terima dari pada-Nya, Ia lalu mengembalikannya kepada kita di dalam kebangkitan. Setiap pemberian, berkat rohani, pekerjaan, dan kesuksesan yang kita terima dari Allah haruslah mengalami ujian ini. Akhirnya, semuanya itu akan kembali kepada kita di dalam kebangkitan.
Tuhan Yesus bersabda “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Misalkan, Allah memberi kita bakat alamiah tertentu. Itu adalah sebiji benih gandum. Jika kita menyimpan bakat alamiah ini tanpa pernah mempersembahkannya kepada Allah, ia akan tetap sebagai sebutir biji gandum saja. Tetapi jika kita dengan rela mempersembahkannya kembali kepada Allah, benih ini akan kembali kepada kita di dalam kebangkitan bahkan menjadi berkat. Kesulitan terbesar di antara anak-anak Allah dalam hal mempersembahkan sesuatu adalah sering tidak nampak bahwa apa yang kita persembahkan kepada Allah akan dikembalikan oleh Allah kepada kita. Dalam pemikiran kita, apa yang kita persembahkan kepada Allah akan hilang. Konsep ini tidak benar. Apa yang kita persembahkan, bukan hanya akan dikembalikan kepada kita, bahkan akan menjadi berkat.

Kepatuhan Demi Iman
Kej. 22:1-12; Ibr. 11:17-19; Yak. 2:21-22; Rm. 4:17

Dalam Kejadian 22 kita mengetahui ketaatan Abraham adalah berasal dari iman. Sewaktu kita membaca pasal ini, kita tidak mengerti mengapa Abraham sebagai manusia dan sebagai seorang ayah bisa setega itu. Ketika ia disuruh mempersembahkan putra kesayangannya kepada Allah, ia serta merta melakukannya. Menurut catatan disini, kita tidak diberi tahu bahwa Abraham berbincang dengan istrinya mengenai perihal mempersembahkan Ishak. Kepada kita hanya diberi petunjuk bahwa ia menjawab perintah Tuhan dengan segera dan berani. Ia bangun pagi-pagi dan segera pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh Allah.
Dalam Perjanjian Lama kita tidak dapat mengetahui mengapa Abraham mematuhi Allah dengan cepat dan tegas. Tetapi dalam catatan Perjanjian Baru kita nampak bahwa Abraham percaya kepada Allah yang berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati (Ibr. 11:17-19; Yak. 2:21-22). Ia telah menerima janji yang tegas bahkan diperkukuh bahwa perjanjian Allah pasti terlaksana pada Ishak dan ia akan menjadi bangsa yang besar (Kej. 17:19-21). Jika Abraham mempersembahkan Ishak di atas mezbah, membunuhnya serta mempersembahkannya sebagai kurban bakaran kepada Allah, lalu Allah tidak membangkitkannya dari kematian, maka perkataan Allah akan sia-sia. Abraham mendasarkan imannya ke atas janji Allah yang telah diperkukuh oleh Allah sendiri.
Menyinggung tentang Abraham, Roma 4:17 mencatat bahwa Allah yang ia percayai itu adalah Allah yang mengaruniakan hayat kepada orang mati dan menyebutkan sesuatu yang tidak ada sebagai yang ada. Di sini kita melihat bahwa Abraham percaya kepada Allah atas dua hal. Pertama, kelahiran Ishak berkaitan dengan Allah menyebut sesuatu yang tidak ada sebagai yang ada. Kedua, kebangkitan berkaitan dengan Allah memberikan hayat kepada orang mati. Berhubung Abraham mempunyai iman seperti ini, maka ia segera menaati perintah Allah. Ibrani 11:17-19 mengatakan bahwa tatkala Abraham diuji, ia mempersembahkan Ishak demi iman, “ia beranggapan bahwa Allah berkuasa membangkitkannya sekalipun dari antara orang mati. Dan sejak itulah ia pun di dalam perlambangan telah menerimanya kembali” (Recovery Version). Kalau kita memiliki iman yang demikian, tidak akan ada kesulitan bagi kita untuk mempersembahkan apapun yang Allah kehendaki kita persembahkan. Iman yang sejati selalu memimpin kita kepada ketaatan yang mutlak kepada Allah. Kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki iman tetapi tidak bisa menaati Allah, itu pasti bukanlah iman yang sejati melainkan iman yang kosong.

Penerapan:
Jika kita rela mempersembahkan semua bakat alamiah, karunia rohani, pekerjaan, keluarga, dan pelayanan kita di atas mezbah, maka kita pasti akan menerimanya kembali dari Tuhan dan Dia akan menjadikannya berkat bagi kesaksian-Nya.
Karena itu janganlah kita menahan sesuatu dalam tangan kita, tetapi marilah kita belajar menjadi orang yang selalu mempersembahkan. Demikian barulah Tuhan dapat memakai kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus,aku mau belajar menjadi orang yang mempersembahkan sesuatu di atas mezbah. Ubahlah aku dari orang yang selalu ingin menerima menjadi orang yang selalu memberi, agar aku boleh menjadi berkat kesaksian-Mu.

No comments: