Hitstat

23 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 4 Senin

Hidup dalam Keesaan dengan Allah (1)
Kejadian 24:1
“Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal.”

Abraham adalah seorang yang hidup bersama-sama dengan Allah. Penempuhan hidup Abraham adalah di dalam keesaan yang praktis dengan Tuhan. Hasilnya Abraham memiliki visi yang jelas bahwa melalui dia dan keturunannya, Allah akan memberkati bangsa-bangsa. Untuk mencapai tujuan Allah ini, Ishak harus menikah. Menyadari akan hal ini, Abraham mulai memikirkan jodoh bagi anaknya, Ishak. Abraham tahu bahwa Ishak harus menikah dan bahwa pernikahan Ishak adalah demi menggenapkan tujuan Allah. Karena itu Ishak perlu memiliki keturunan.
Allah menghendaki kita hidup dalam persekutuan yang intim dengan-Nya. Kehidupan yang demikian akan membuat kita mengenal maksud hati Allah. Andaikata kita hidup bersama-sama dengan saudara tertentu dari hari ke hari, maka dengan sendirinya kita akan mengerti apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya. Demikian pula halnya hubungan kita dengan Allah. Sejujurnya, tidak banyak orang Kristen yang hidup di dalam keesaan dengan Allah. Seringkali ketika suatu perkara penting tiba, kita bertekuk-lutut dan berdoa, “Oh Tuhan, apakah yang menjadi kehendak-Mu?” Tapi akhirnya tetap saja kita tidak menuruti kehendak Allah, malahan kita melakukan menurut konsepsi kita sendiri.
Kita tidak akan bisa memahami apa yang menjadi kehendak Allah, kalau kita tidak hidup bergaul dengan-Nya. Bagaimanakah kita dapat bergaul dengan Allah? Dengan mengasihi Dia dan menuruti firman-Nya. Orang yang mengenal kehendak Tuhan pastilah orang yang mengasihi Dia dan firman-Nya. Kiranya kita juga memiliki kehidupan yang demikian.

Hidup dalam Keesaan dengan Allah (2)
Kej. 24:2-3

Kejadian 24:2-3 mengatakan, “Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: ‘Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam.’” Abraham tidak mau mengambil perempuan Kanaan sebagai istri bagi Ishak. Kalau kita yang menjadi Abraham, mungkin kita akan memilih jalan gampangnya dengan berkata, “Di sini, di tanah Kanaan ini banyak perempuan. Apa salahnya aku memilih salah satu di antaranya sebagai istri anakku? Kalau ada yang dekat, mengapa harus mencari yang jauh?” Abraham tidak berpikir demikian, melainkan mengirim seorang hambanya yang tua ke tempat yang jauh, ke negerinya sendiri, untuk mengambil seorang istri bagi Ishak. Kendati Allah tidak pernah berkata kepada Abraham untuk melakukan hal ini, tapi Abraham telah melakukannya sesuai dengan konsepsi dan kehendak Allah. Abraham mengerti kehendak dan pikiran Allah dikarenakan ia hidup dalam keesaan yang praktis dengan Allah. Kita mengetahui hal ini dari fakta bahwa Allah tidak menghalangi atau menegur Abraham berkenaan dengan maksudnya, malah Ia menyertai hambanya dan membuat perjalanannya berhasil.
Abraham seharusnya bukan satu-satunya orang yang mempunyai kehidupan seperti itu. Setiap anak-anak Allah di dalam gereja perlu memiliki kehidupan yang berada dalam keesaan dengan Tuhan agar tujuan Allah dapat tercapai. Bilamana kita hidup di dalam keesaan dengan-Nya, kita akan mengenal maksud hati-Nya, dan apa pun yang kita pikir dan kita lakukan akan seturut perasaan-Nya. Kita akan merasakan apa yang dirasakan-Nya, paham perasaan hati-Nya, karena kita hidup di dalam keesaan dengan-Nya.
Untuk itu ada dua hal yang kita perlukan. Yang pertama, kita harus selalu terbuka terhadap Tuhan. Jalan yang paling sederhana untuk terbuka terhadap Tuhan adalah belajar membuka segenap diri: membuka mulut, hati, dan roh kita. Kita buka segenap diri kita dan menyeru nama Tuhan, “O, Tuhan Yesus! Ya, Tuhan Yesus!” Kita harus belajar membuka diri kita terhadap Tuhan, menyeru nama-Nya. Bukan sekedar merenung atau menyebut nama Tuhan dalam batin, melainkan kita terbuka untuk menyeru Tuhan, “O, Tuhan Yesus!” Kedua, hendaklah kita belajar sungguh-sungguh bersentuhan dengan firman-Nya. Firman yang kita baca tidak cukup kita renungkan, tetapi jadikanlah itu sebagai doa kita. Hasilnya, firman Tuhan akan tersimpan di dalam hati kita.

Penerapan:
Konsepsi atau cara berpikir Allah tidak mungkin dikenal seseorang hanya melalui sesekali membaca Alkitab, sesekali berdoa, atau melalui sesekali hadir dalam perhimpunan gereja. Untuk mengenal konsepsi Allah, kita perlu secara praktis hidup bersama/bergaul dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, seringkali aku buta terhadap kehendak dan maksud-Mu, sehingga dalam kebodohanku aku berupaya dengan kekuatan sendiri. Tuhan, didiklah aku untuk senantiasa hidup bersekutu dan bergaul dengan-Mu.

No comments: