Hitstat

25 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 4 Rabu

Hamba yang Setia
Kejadian 24:10
“Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; demikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor.”

Kejadian 24:1-28 memperlihatkan kepada kita figur hamba Abraham. Walaupun namanya tidak disebutkan, namun ia merupakan teladan bagi semua hamba. Dia adalah seorang hamba yang baik yang menempatkan tanggung jawab tugasnya di dalam takut akan Allah. Ia tidak menjadikan dirinya figur di dalam dunia untuk mendapatkan pujian manusia. Di atas dirinya kita dapat memperhatikan betapa setianya dia membaktikan dirinya kepada tuannya. Setelah mendapat perintah dari tuannya, kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; demikianlah ia berangkat menuju Aram-Mesopotamia ke kota Nahor (Kej. 24:10). Semua barang berharga milik Abraham dipercayakan kepadanya untuk ditunjukkan kepada orang yang akan diperkenan oleh tuannya.
Sosok para pelayan haruslah seperti hamba Abraham yang mendedikasikan dirinya bagi kehendak majikannya. Kita semua adalah pelayan-pelayan dan Allah adalah majikan kita. Sebagai pelayan-pelayan Allah, kita harus rajin dan setia. Jika kita malas, tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan. Setiap pelayan Allah seharusnya menerima segala macam tanggung jawab ke atas dirinya; ia seharusnya tidak takut terhadap kesulitan-kesulitan. Kita harus menanggulangi kebiasaan buruk kita yang suka menghindar dari pekerjaan, masalah dan tugas-tugas. Kita harus menanggulangi hal ini dengan tegas. Seorang yang malas tidak pernah bisa melayani Allah. Setiap orang yang berguna di dalam tangan-Nya adalah orang yang rajin dan setia.

Ribka: Murni, Baik-budi, dan Rajin
Kej. 24:16-65

Kejadian 24:16 memberi tahu kita bahwa Ribka “berparas cantik sekali, seorang perawan”. Ribka murni dan suci. Ia pun baik budi dan rajin (Kej. 24:18-20). Ketika hamba Abraham minta minum dari padanya, ia segera memberikan kepadanya. Dia bahkan menimbakan air untuk unta-untanya. Menimba air dari sumur dan menuangkannya ke dalam palungan untuk diminum sepuluh ekor unta merupakan suatu pekerjaan yang berat bagi seorang perempuan muda, namun ia justru melakukannya. Saudara-saudari muda sangatlah perlu menjadi orang yang baik budi dan rajin. Perempuan muda yang tidak ramah, malas dan teledor biasanya akan tetap sendirian. Ketika orang-orang meminta kita mengerjakan suatu perkara, maka wajiblah kita mengerjakan dua perkara bagi mereka dan perkara yang kedua harus jauh melebihi perkara yang pertama. Apabila kita melakukan ini, niscaya kita sudah memenuhi syarat untuk memperoleh suami kita, yaitu “Ishak” kita. Inilah sedikit nasihat bagi semua saudari muda.
Ribka itu bersikap mutlak (Kej. 24:57-58, 61). Meski Ribka tidak pernah berjumpa dengan Ishak, namun ia rela pergi kepadanya tanpa ragu-ragu. Ia tidak berkata kepada ibunya, “Ibu, aku tidak pernah bersua dengan Ishak. Barangkali aku harus mengadakan surat-menyurat dulu, kemudian meminta dia berkunjung. Setelah itu, barulah aku bisa memutuskan apakah aku menikah dengannya ataukah tidak.” Ribka tidak bertutur demikian. Malahan saudara dan ibunya yang ragu-ragu, dan mengingini dia untuk tinggal lagi sekurang-kurangnya sepuluh hari. Namun ia berkata, “Aku pergi.” Sungguh mutlak sikapnya.
Banyak saudari-saudari muda yang menghadapi problem mental sebagai akibat memikirkan masalah perkawinan. Ada yang berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun untuk mempertimbangkan apakah pria tertentu itu adalah orang yang disediakan Allah baginya. Semakin mereka menimbang-nimbang, semakin menyusahkan. Jalan terbaik adalah menikah saja dengannya atau lupakan dia selamanya, maka selesailah urusannya. Jikalau saudari-saudari muda ingin menikah, belajarlah ramah-tamah, rajin dan sikap yang mutlak. Ribka juga bersikap patuh (Kej. 24:64-65). Sesaat ia melihat Ishak dan mengetahui siapa dia, “maka diambilnya telekungnya dan bertelekunglah dia.” Telekung adalah tanda ketaatan seorang perempuan. Begitu seorang perempuan menikah, ia bukan lagi menjadi kepala atas dirinya sendiri, melainkan suaminyalah yang menjadi kepala. Inilah makna sejati perkawinan. Semua budi pekerti yang indah ini dimiliki oleh Ribka.

Penerapan:
Keselamatan yang kita peroleh tidak hanya menjadikan kita anak-anak Allah, tetapi juga menjadikan kita pelayan-pelayan-Nya. Sebagai pelayan Tuhan, kita perlu memiliki kesetiaan dan kerajinan. Karena itu marilah kita berlatih untuk tidak menolak setiap pelayanan yang ditugaskan kepada kita atau tidak menunda-nunda dalam mengerjakannya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku mau menjadi orang yang berguna di tangan-Mu. Didiklah aku agar aku tidak menjadi malas dan kendor, tetapi biarlah aku boleh menjadi pelayan Allah yang rajin dan setia, seorang yang mengabdi pada-Mu.

No comments: