Hitstat

20 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 3 Jumat

Kesaksian Abraham
Kejadian 23:6
“Dengarlah kepada kami, tuanku. Tuanku ini seorang raja agung di tengah-tengah kami; jadi kuburkanlah isterimu yang mati itu dalam kuburan kami yang terpilih, ...”

Abraham menderita kehilangan istrinya yang terkasih. Namun, ia mempunyai kesaksian yang sangat kuat. Bani Het menyebutnya sebagai tuan dan memanggilnya “raja/pangeran agung” (Kej. 23:6). “Raja agung” dalam bahasa Ibraninya boleh diterjemahkan juga “pangeran Allah” (nesi Elohim). Kata “agung” di sini adalah kata yang dipakai untuk Allah. Abraham mengekspresikan Allah sebagai pangeran Allah dan cukup dihormati sebagai seorang pangeran yang agung. Dalam pandangannya sendiri, ia seorang musafir, tetapi dalam pandangan orang banyak, ia itu raja agung dan pangeran Allah. Ia benar-benar seorang yang berwibawa.
Kita perlu memiliki kesaksian yang sama dengan Abraham. Dalam lingkungan masyarakat, pekerjaan, dan sekolah, tidak sepatutnya kita sembarangan, tidak berbobot atau dipandang rendah. Sebagai orang-orang muda misalnya, kita jangan menempuh hidup sama seperti orang dunia umumnya. Di mana pun kita harus memiliki bobot dan berwibawa. Hanya memiliki kelakuan baik saja masih kurang berarti. Kita harus berbobot, baik dalam perkataan kita maupun dalam tindak-tanduk kita. Emas dan berlian itu berbobot, tetapi jagung kering itu ringan adanya. Sebagai kaum yang dipanggil Allah, kita harus berbobot. Ini harus menjadi kesaksian kita. Kita berbobot bukan karena latar belakang alamiah kita, tetapi karena kita memiliki Allah yang hidup di dalam kita. Untuk itu, kaum yang terpanggil perlu menyeru nama Yehovah, El-Olam. Semakin Abraham menyeru nama ilahi ini, semakin ia berbobot. Allah itulah “emas” yang sejati. Bila kita menyeru nama-Nya, kadar “emas” ilahi akan ditambahkan ke dalam kita.

Jujur dan Terhormat
Kej. 23:3-13; Kis. 20:28, 33-35; 1 Tes. 2:10; 1 Kor. 11:1

Sebagai raja agung, Abraham sangat dihormati (Kej. 23:6). Ia menghormati orang lain dan ia pun sangat dihormati mereka. Dia juga bijaksana (Kej. 23:3-13). Dalam pasal ini kita melihat bahwa Abraham berkomunikasi dengan orang-orang dengan penuh perasaan dan sikap yang bijaksana. Tambahan lagi, Abraham jujur dan tidak pernah mengambil keuntungan dari orang lain (Kej. 23:14-16). Tujuannya ialah membeli kuburan. Tanah itu hendak diberikan kepadanya sebagai pemberian. Namun setelah Abraham mengetahui bahwa tanah itu bernilai 400 syikal perak, ia lantas menyetujui untuk membayar penuh jumlah tersebut. Ia tidak mau menunggangi kesempatan agar meraih keuntungan dari orang lain, ia pun tidak mau tawar-menawar harganya. Ia membayar menurut harga yang diminta Efron, dan memberinya uang dalam jumlah yang penuh. Demikian juga, jangan kita memberi kesan pada orang-orang lain bahwa kita ini berhati sempit; kita harus menunjukkan “kekayaan” kita. Paulus berkata kepada para penatua di Efesus, “Kamu tahu, bagaimana aku hidup senantiasa di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini . . . Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapa pun juga. Kamu sendiri tahu bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah . . .” (Kis. 20:28, 33-35). “Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu yang percaya” (1 Tes. 2:10). Paulus dapat menjadi teladan semua orang, ia dapat berkata, “Ikutilah teladanku, sama seperti aku juga mengikuti teladan Kristus” (1 Kor. 11:1). Ini haruslah juga menjadi kesaksian kita.
Tingkatan moralitas dalam dunia pada umumnya sangat mengecewakan. Standar tingkah laku manusia makin lama makin merosot. Kita seharusnya mengekspresikan Allah, menunjukkan bahwa kita ini anak-anak Allah, berbobot, terhormat dan jujur. Kita rela menderita kerugian, tanpa mengambil keuntungan dari orang lain. Entah kita kehilangan, entah kita beruntung, semuanya itu tidak berarti banyak. Kita kehilangan, tetap masih hidup; kita beroleh sesuatu, itu pun tidak dapat membuat kita hidup lebih lama. Sejak hari kita dilahirkan kembali, kita perlu memiliki persekutuan yang normal dengan Allah sehingga unsur Allah ditambahkan ke dalam kita hari demi hari. Proses pertambahan unsur Allah ke dalam kita akan menghasilkan perubahan atas diri kita. Inilah kesaksian kesaksian kita yang sejati.

Penerapan:
Bila kita selalu belajar hidup bersatu dengan Tuhan, Kristus akan terpancar melalui kita. Kristus yang terpancar membuat kita kelihatan agung dan berwibawa dalam sikap dan perkataan kita. Oleh karena itu kita perlu dengan ketat menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering gagal memperhidupkan Engkau. Seringkali perkataan, sikap, dan tindakanku tidak memuliakan Engkau. Tuhan, hari ini aku bertobat dan menyeru nama-Mu. Biarlah melalui aku, orang bisa melihat dan mengenal Engkau.

No comments: