Hitstat

24 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 4 Selasa

Bertindak Menurut Rencana Allah
Kejadian 24:7b
“... kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini—Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.”

Abraham bergerak menurut rencana Allah (Kej. 24:3-8). Apa yang diperbuatnya untuk memperoleh seorang istri bagi Ishak adalah demi penggenapan tujuan kekal Allah. Jika segala apa yang kita perbuat itu menurut rencana Allah, bahkan pernikahan kita pun dapat menjadi sarana bagi terlaksananya rencana dan tujuan Allah. Kita perlu berkata, “Tuhan, apa saja yang aku perbuat hari ini kiranya menurut rencana-Mu. Suatu hari aku akan menikah. Biarlah perkawinanku menjadi salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan-Mu.” Inilah wahyu utama dalam Kejadian 24. Perkara terpenting dalam pasal ini adalah menempuh suatu kehidupan yang praktis menurut rencana Allah agar kehendak kekal-Nya terlaksana. Motivasi, tindakan dan segala sesuatu yang kita perbuat haruslah sesuai dengan rencana Allah.
Karena Abraham mengerti akan rencana Allah, ia kemudian bertindak dengan tepat. Ia memanggil hambanya yang tua, mengutusnya pergi ke negerinya untuk mengambil seorang istri bagi Ishak. Dalam sorotan terang Alkitab, kita nampak bahwa motivasi, tindakan, dan segala yang kita perbuat haruslah demi melaksanakan rencana Allah. Hal ini bukan sekadar menuntut kita mengerti kehendak Allah dan kemudian mengerjakan perkara-perkara tersebut. Bukan. Yang perlu yaitu hidup kita sehari-hari bersatu dengan Allah. Kapan kita adalah orang yang demikian, niscaya apa yang kita katakan merupakan ekspresi Allah, dan apa yang kita perbuat niscaya merupakan kegenapan kehendak-Nya. Kehidupan yang seperti inilah yang sangat kita perlukan hari ini.

Iman yang Hidup
Kej. 24:5-56

Kalau kita memperhatikan kisah Abraham, kita akan nampak beberapa prinsip rohani yang penting. Salah satunya adalah bahwa dalam hal mencari kehendak Allah, ia tidak bertindak menurut cara-cara duniawi yang tradisionil dan agamawi. Kejadian 24:40 menunjukkan bahwa Abraham berjalan (hidup) di hadapan Allah. Sebagai orang yang demikian, apa pun yang diperbuatnya merupakan kehendak Allah dan seturut rencana Allah. Abraham beriman kepada Tuhan Penguasa (Kej. 24:40). Seakan-akan Abraham berkata, “Allah pasti akan mengutus malaikat-Nya menyertaimu. Walaupun aku menugaskan engkau untuk mengerjakan pekerjaan ini, namun aku percaya kepada Allah. Aku percaya kepada Allah yang hidup. Engkau tidak perlu bingung ataupun khawatir. Pergilah dan lakukanlah hal ini, karena Allahku akan mengutus malaikat-Nya melaksanakan perkara bagimu.” Betapa menakjubkan hayat yang dimiliki Abraham! Jika kita ini Abraham, mungkin kita akan berkata, “Hambaku, engkau harus tahu bahwa aku telah berpengalaman banyak. Baiklah sekarang kuberi sebuah peta dan penjelasan tentang orang-orangnya serta adat kebiasaan mereka.” Abraham tidak berbuat ini. Ia hanya berpesan kepada hambanya bahwa Allah akan mengirim malaikat-Nya dan membuat perjalanannya berhasil. Di sini kita nampak iman Abraham yang hidup.
Hamba Abraham yang paling tua itu setia dan bertanggung-jawab (Kej. 24:5, 9, 33, 54, 56). Ia setia mengikuti jejak Abraham. Kita yakin bahwa ia telah terpengaruh oleh dan dengan cara hidup Abraham, melihat betapa Abraham melakukan segala sesuatu demi iman kepada Tuhan. Dan akibatnya, hamba itu pun beriman kepada Tuhan. Bukan hanya itu, hamba Abraham juga beriman kepada Tuhan atas tanggung-jawab yang dipikulnya (Kej. 24:12, 21, 42). Dengan gamblang, rendah hati, bahkan dengan cara yang sederhana sekali ia berdoa kepada Tuhan. Ketika ia tiba pada sumur dekat kota Nahor, ia berdoa, katanya, “TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum - dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu” (Kej. 24:12-14). Inilah contoh dari sebuah doa yang dihasilkan dari iman yang hidup.

Penerapan:
Manusia memperhatikan apa yang kelihatan di depan mata, tetapi Allah melihat motivasi di dalam hati. Kita perlu belajar bahwa apapun yang kita kerjakan, haruslah berasal dari motivasi yang bersih dan sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu, sebelum melakukan apapun, kita perlu berdoa terlebih dahulu. Doa yang demikian menyelamatkan kita dari melakukan kesalahan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, banyak hal telah kulakukan tanpa berdoa lebih dahulu. Selain itu motivasiku pun sering tidak murni. Tuhan, ampunilah aku, luruskanlah jalanku dan murnikanlah aku menurut kehendak-Mu. Tuhan, aku terbuka terhadap-Mu!

No comments: