Hitstat

21 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 3 Sabtu

Dimakamkan di dalam Gua Makhpela
Kejadian 23:19
“Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.”

Pada bagian akhir Kejadian pasal 22, Abraham, Sara, dan Ishak berdiam di Bersyeba. Tidak disangsikan lagi bahwa mereka hidup dekat sumur perjanjian dan pohon Tamariska. Ini adalah bentuk miniatur dari kehidupan gereja. Kehidupan gereja selalu berdampingan dengan sumur air hidup dan “pohon Tamariska”. Tiba-tiba pada awal Kejadian pasal 23 kita diberi tahu perihal kematian Sara. Meskipun mereka tinggal di Bersyeba, namun Sara mati dan dikubur di Hebron, tempat persekutuan dengan Allah. Kalau Tuhan menunda kedatangan-Nya, alangkah indahnya bila kita semua tetap tinggal di dalam hidup gereja serta meninggal dunia di dalam persekutuan dengan Allah.
Kejadian 23:6 menuliskan makam “pilihan”, menunjukkan makam yang terbaik. Ketika Tuhan Yesus di bumi, Ia tidak mempunyai tempat tinggal yang bagus. Tetapi setelah Ia mati, Ia ditaruh di dalam makam yang baik (Mat. 27:57-60). Ia hidup dalam rumah yang miskin, tetapi dikubur dalam kuburan yang terhormat. Dalam Alkitab, ini merupakan satu prinsip. Abraham lebih memperhatikan kuburan daripada kemah. Abraham adalah orang yang berkemah sepanjang hidupnya. Namun, kitab Kejadian tidak memberi tahu bagaimana Abraham membangun kemahnya, berapa uang yang dibayarnya, atau di mana tepatnya ia membangun. Sebaliknya, ia sangat memperhatikan tentang kuburan. Hal ini Abraham lakukan semata-mata karena ia dipenuhi pengharapan akan kebangkitan. Dalam batinnya, Abraham dipenuhi dengan pengharapan bahwa pada suatu hari istrinya akan berada di dalam negeri yang berdasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Inilah pengharapan akan kebangkitan.

Pengharapan Akan Kebangkitan
Kej. 23:9, 17, 19

Selagi ia mencari negeri yang lebih baik, istri tercintanya tiba-tiba meninggal. Tetapi Abraham tidak kecewa, malahan imannya semakin diteguhkan. Kejadian pasal 23 bukanlah pasal mengenai kebangkitan; melainkan pasal yang menyangkut pintu gerbang memasuki kebangkitan. Menurut pengertian Abraham, perihal kematian Sara adalah masuk ke dalam pintu gerbang kebangkitan. Walaupun ia tidak begitu memperhatikan perihal kemahnya, namun ia tidak memandang remeh atas tempat pemakaman istrinya. Maksud Abraham membeli gua Makhpela bukan hanya untuk mengubur Sara, juga untuk mengubur dirinya. Kata Makhpela dalam bahasa Ibrani mengandung arti “pasangan” atau “ganda”. Tiap orang yang dikubur di dalam gua ini merupakan pasangan: Abraham dengan Sara, Ishak dengan Ribka, Yakub dengan Lea (Kej. 23:19; 25:9; 49:29-32; 50:13). Dalam batinnya, Abraham dipenuhi dengan pengharapan bahwa pada suatu hari istrinya akan berada di dalam negeri yang berdasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Dalam Alkitab, ladang menandakan pertumbuhan hayat, yaitu kebangkitan. Jika kita tidak percaya akan kebangkitan, marilah kita memperhatikan ladang gandum. Tidak lama setelah butir-butir gandum ditanam, mereka akan bertumbuh. Inilah kebangkitan. Ladang yang sedang bertumbuh, membentangkan fakta kebangkitan. Abraham tidak meletakkan Sara di tempat kematian, melainkan di tempat yang penuh hayat, penuh kebangkitan. Gua tempat ia dikuburkan terletak di ujung ladang (Kej. 23:9), dan di dekatnya banyak tumbuh pohon-pohonan (Kej. 23:17), tempat yang penuh dengan harapan kebangkitan, penuh dengan hayat.
Kematian Sara tidak mengecewakan Abraham sehingga ia berhenti mencari negeri yang lebih baik dan kota yang berdasar. Sebaliknya, keadaan tersebut semakin mengobarkan pengharapannya terhadap hari yang akan datang. Karena itu, ia kian banyak mencurahkan perhatiannya dan mengeluarkan uang yang sangat banyak guna membeli kuburan untuk Sara, dirinya dan keturunan-keturunannya. Asal kita mempunyai sorotan Perjanjian Baru, kita akan mengenal bahwa ini menyatakan pengharapan akan kebangkitan. Nenek moyang kita, Abraham, orang yang dipanggil Allah, tidak banyak memperhatikan masa sekarang, tapi ia memperhatikan masa yang akan datang. Kuburan pilihan adalah untuk kelak hari. Kita jangan terlampau banyak mencurahkan perhatian kepada hari ini, tetapi lebih banyak kepada waktu yang akan datang. Kita sepatutnya tinggal di dalam kemah sambil mencari kota yang dinanti-nantikan oleh Abraham. Hidup yang demikian pastilah jauh lebih bernilai di mata Allah.

Penerapan:
Jika hari ini kita hanya memperhatikan kebutuhan tubuh dan jiwa saja, maka sia-sialah hidup kita di bumi. Namun, jika kita adalah orang yang memperhatikan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, kita adalah orang yang berbahagia. Karena itu, terang penghakiman Allah haruslah mengendalikan seluruh hidup kita, agar hidup kita hari ini diperkenan Allah dan kelak menerima upah yang layak. Hari depan kita bukan di dunia ini, tetapi di kelak hari.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, sibuk dengan duniaku sendiri. Tuhan, aku kurang memperhatikan Kerajaan dan kebenaran-Mu. Berilah aku kesempatan untuk melayani Engkau seumur hidupku.

No comments: