Hitstat

27 December 2006

Kejadian Volume 10 - Minggu 1 Kamis

Masih Mengandalkan Diri Sendiri
Kejadian 32:3
“Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom.”

Setelah Yakub berjumpa dengan kedua pasukan malaikat itu, Yakub seharusnya merasa terhibur. Akan tetapi dari catatan dalam Kejadian 32:3-8, kita tahu bahwa ia tidak bersandar sepenuhnya kepada kedua pasukan tentara malaikat itu. Maksud Allah memberi penglihatan akan malaikat-malaikat ini adalah untuk menabahkan hatinya, memantapkan, dan menguatkan dia agar mengandalkan pasukan surgawi Allah. Tetapi Yakub tidak menaruh kepercayaan terhadap apa yang telah dilihatnya. Agaknya Yakub masih mempercayai perjuangannya sendiri (Kej. 32:3-8). Dengan meniru kedua pasukan malaikat Allah itu, Yakub membagi orang-orangnya menjadi dua pasukan. Ia tidak menaruh keyakinannya kepada apa yang telah dilihatnya. Ia hanya meniru secara luaran. Mungkin Yakub berpikir bahwa kedua pasukan keluarganya akan dinaungi oleh kedua pasukan tentara malaikat itu.
Kejadian 32:7-8 mengatakan, “Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan. Sebab pikirnya: ‘Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput.’” Dalam perencanaannya, Yakub sama sekali tidak melibatkan Allah. Kalau Allah tidak melindungi dia beserta keluarganya, bukankah Esau dengan mudah mengalahkan pasukan yang pertama dan yang kedua? Orang yang tidak menaruh keyakinannya kepada Allah adalah orang yang bodoh. Tidak peduli betapa baiknya cara kita, kalau Allah tidak di pihak kita, semuanya itu adalah kebodohan belaka, sia-sia.

Yakub Takut Bertemu Esau
Kej. 32:3-8

Meskipun Yakub telah melihat visi tentang dua bala tentara Allah, tetapi dia masih memakai caranya sendiri. Dalam Kejadian 32:3-5 dikatakan, “Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom. la memerintahkan kepada mereka: Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini. Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu.” Setelah kita membaca sepotongan ayat ini, kita bisa melihat, bahwa Yakub memakai segala macam cara, sampai-sampai kata yang rendah pun ia ucapkan. Asal membuat dirinya tidak rugi, apapun bisa ia lakukan. Dia mengira perkataannya akan bisa mengubah sikap kakaknya. Dia telah lupa panggilan Allah, dia lupa pemeliharaan dan perlindungan Allah, dia lupa malaikat Allah.
Kejadian 32:6 melanjutkan, “Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan ia pun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang.” Yakub kembali menjadi bingung dan kacau. Kejadian 32:7 mengatakan, “Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati.” Di sini terlihatlah, bahwa orang yang makin pandai berencana, pandai bersiasat, maka kekuatirannya makin banyak, kegelisahannya makin banyak, ketakutannya makin banyak. Yakub hanya bisa berpikir, tidak bisa bersandar; hanya bisa berencana, tidak bisa percaya. Sepanjang hari itu dia tempuh dalam ketakutan dan kegelisahan. Inilah Yakub. Orang yang dagingnya belum ditanggulangi, hanya bisa bersandar kepada perhitungan dan rencananya sendiri, tidak bisa bersandar kepada Allah.
Perhitungan dan rencana Yakub tidak pernah habis, dia masih terus berupaya. Dia tahu bahwa Allah menghendaki dia kembali, tidaklah mungkin baginya menetap di Mesopotamia; bagaimanapun dia harus kembali. Dia bisa taat kepada Allah, namun tidak bisa bersandar dan percaya kepada Allah. Dia tidak bisa membiarkan Allah memikul tanggung jawab atas ketaatannya. Dia berpikir, bagaimana kalau dia sampai celaka karena menaati Allah? Banyak orang Kristen juga demikian; benar-benar mau taat kepada Allah, tetapi masih mempersiapkan pintu belakang. Yakub membagi orang-orangnya dan ternaknya menjadi dua pasukan (Kej. 32:7). Dia berpikir, “Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput” (Kej. 32:8). Hasil dari cara berpikir Yakub adalah bersiap-siap untuk melarikan diri. Ini bukanlah iman yang mutlak.

Penerapan:
Sejak kecil, kita telah dilatih dan terbiasa untuk memecahkan suatu masalah dengan mengandalkan akal budi dan cara-cara kita sendiri. Setelah menjadi orang Kristen, tanpa sadar hal itu masih terbawa, masih menjadi kebiasaan kita. Kita mungkin jarang membawa suatu masalah di dalam doa kepada Tuhan. Hasilnya, kita akan semakin merasa khawatir dan semakin gelisah. Marilah kita belajar mengandalkan Tuhan agar kita dapat menikmati perhentian dan damai sejahtera.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, buatlah aku mengenal bagaimana seharusnya bersandar kepada-Mu. Tuhan, ajarlah aku untuk sepenuhnya bersandar kepada-Mu tanpa sedikitpun membuka pintu belakang bagi usahaku sendiri.

No comments: