Hitstat

01 December 2006

Kejadian Volume 9 - Minggu 1 Sabtu

Akibat Memiliki Kesukaan Sendiri (1)
Kejadian 29:32
“Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: ‘Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.’”

Kedua istri Yakub bersaing dalam hal melahirkan anak. Persaingan ini menaruh Yakub ke dalam “oven”, membuatnya laksana semut di atas wadah yang panas. Empat perempuan, dua anak perempuan Laban dan kedua budak perempuan mereka, membuat susah hidup Yakub. Seandainya ia tidak mempunyai kesukaan sendiri, niscaya ia hanya memiliki seorang istri saja. Berhubung ia mempunyai kesukaan sendiri, akhirnya ia diberi empat istri. Sebagaimana telah kita lihat bahwa Rahel, istri pilihannya, sesungguhnya bukanlah istrinya yang sejati. Istrinya yang sejati itulah Lea, yang tidak dicintainya. Karena perseteruan antara Rahel dan Lea, maka kedua dayang mereka, Bilha dan Zilpa turut disumbangkan kepada Yakub sebagai istrinya (Kej. 30:4, 9).
Banyak orang Kristen hari ini lazim berkata, “Aku suka... Aku suka...” Kita mungkin menyukai sesuatu, tetapi Allah mungkin tidak menyukainya. Allah telah memanggil kita bukan supaya kita dapat memiliki kesukaan kita sendiri, melainkan supaya kita masuk ke dalam kehendak-Nya, yakni pengubahan kita ke dalam gambar-Nya. Tidak ada orang atau kelompok yang harus menjadi kesukaan kita. Kesukaan kita satu-satunya seharusnyalah adalah Kristus, Kristus yang ke dalam-Nya kita telah dipanggil oleh Allah. Kesukaan kita seringkali bersifat daging. Asalkan kita berpegang kepada kesukaan kita, berarti kita berada dalam daging. Di samping itu, memiliki kesukaan atau pilihan kita sendiri akan membuat kita kehilangan Kristus.

Akibat Memiliki Kesukaan Sendiri (2)
Kej. 30:4, 9

Di atas diri Ishak, kita tidak melihat adanya kerumitan. Namun, di atas diri Yakub banyak terjadi kerumitan-kerumitan sebagai akibat adanya pilihannya sendiri. Kita harus percaya bahwa Yakub memiliki kesukaannya sendiri ini pun juga ada di bawah pemerintahan Allah. Karena itu jangan meremehkan diri sendiri karena ketidaksederhanaan kita. Lebih baik kita bersyukur kepada Allah atas ketidaksederhanaan kita. Pernahkah kita memuji Allah atas ketidaksederhanaan kita? Jangan terlalu menyesali kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan di masa lalu. Justru kesalahan kita itu berada di bawah kedaulatan dan atas seizin Allah. Bila kita tidak pernah berbuat kesalahan sedikit juga, maka kemungkinan besar kita tidak ada di dalam kehidupan gereja hari ini.
Kalau kita dengan seksama membaca kisah penipuan yang dilakukan Laban terhadap Yakub, kita tentu merasa bahwa kejadian demikian sangat langka. Di dalam sejarah umat manusia, mungkin peristiwa ini hanya terjadi satu kali saja. Bagaimana mungkin seorang mertua menipu menantunya sendiri. Saat malamnya, Yakub bermimpi bahwa dirinya telah beroleh idaman hatinya. Tetapi, menjelang fajar menyingsing, ia tersadar bahwa dirinya telah dihadiahi seorang teman hidup yang tidak ia sukai. Di sini terlihat kedaulatan Allah. Yakub tentunya tidak berminat memiliki empat orang istri. Semua saudara yang telah menikah bisa bersaksi bahwa satu istri saja sudahlah cukup. Tetapi Yakub memiliki empat istri, dan tiga di antaranya tidak ia sukai. Ia kini tidak berdaya apa-apa. Ia dikepung oleh mereka, sampai-sampai kehilangan kebebasan untuk melakukan keinginannya sendiri.
Karena segala sesuatu adalah milik Allah dan bekerja bagi kita, kita tidak boleh begitu bodoh dengan memiliki pilihan pribadi atau kesukaan pribadi. Kita adalah bagi Kristus, dan Kristus bagi Allah. Allah diekspresikan melalui Kristus, Kristus diekspresikan melalui kita, dan kita disempurnakan oleh segala sesuatu. Segala sesuatu, setiap orang, dan setiap situasi adalah milik kita. Allah itu berdaulat, dan Dia mempergunakan segala sesuatu dan setiap orang untuk menyempurnakan mereka yang mengasihi Dia. Asalkan kita mengasihi Tuhan, kita boleh merasa yakin bahwa Dia mempergunakan segala sesuatu untuk menyempurnakan kita. Dalam terang perkataan ini, kita harus melihat bahwa segala sesuatu, entah itu baik atau buruk, adalah untuk menyempurnakan kita sehingga kita bisa menjadi ekspresi Allah. Karena itu marilah kita berhenti menggerutu atas situasi kita, sebaliknya marilah kita bersyukur atas semua pengaturan Tuhan dalam hidup kita.

Penerapan:
Jika kita mengenal kemustikaan Kristus yang ada di dalam kita, niscaya kita tidak akan memiliki kesukaan-kesukaan yang lain. Petrus mengenal Dia, Paulus juga mengenal Dia, lalu bagaimana dengan kita? Kita perlu terus datang ke dalam firman kudus-Nya, terbuka kepada-Nya, dan mengasihi Dia, maka Dia akan mewahyukan diri-Nya ke dalam kita. Pengenalan yang demikian akan mengubah hidup kita.

Pokok Doa:
Ya Tuhan Yesus, wahyukanlah diri-Mu lebih banyak ke dalamku agar aku nampak kemustikaan-Mu yang unggul. Ampunilah aku yang selama ini masih memiliki kesukaan diri sendiri selain Engkau. Biarlah kemustikaan-Mu menjadi kekuatan bagiku untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan duniawi.

No comments: